Impian yang sejak dulu Bella harapkan, kini harus ia sudahi ketika sudah berada di pertengahan jalan. Rasanya sungguh berat saat mulutnya terucap ingin menghentikan harapannya itu, tapi tak ada cara lain karena Bella hanya bisa menuruti perkataan dari suaminya.
"Bagaimanapun dia adalah imam ku."
Dengan begitu tak berdaya untuk bisa terus-menerus terlihat kuat, dan Bella dengan sengaja menunduk untuk menyembunyikan kesedihannya sekarang. Rasanya sangat sulit ketika harus terlihat biasa saja di tengah kesedihan yang kembali ia dapatkan.
Dengan perlahan air mata mulai turun membasahi kedua pipinya, namun Saga bisa melihat tetesan air mata yang perlahan terjatuh ke bawah. Saga mengetahui bahwa dirinya telah sangat berlebihan, namun apa daya semua ini demi sebuah pembalasan dendam.
Akan tetapi, Saga masih mencoba berpikir sesuatu dalam batinnya. "Tunggu dulu, jika aku melarang Bella, maka aku tidak dapat mengetahui tentang pria tersebut, dan pastinya Bella akan menahan setiap langkahnya. Tapi, jika aku memberikan sedikit ruang gerak untuknya, mungkin saja aku bisa melihat sisi lain dari Bella yang mungkin belum sepenuhnya aku ketahui. Dengan begitu aku bisa semakin besar menimbulkan rasa sakit jika mengetahui impiannya nanti akan kembali hancur. Baiklah aku akan mengikuti permintaannya, tapi tidak dengan menghentikan permainanku."
"Um, baiklah aku memberikan izin agar aku mengikuti dansa," ucap Saga dengan tiba-tiba.
Seketika membuat Bella terkejut di saat mendengarnya, ia bahkan tak bisa percaya bahwa Saga akan memberikan izin untuknya. Tanpa berkata sepatah kata pun terlebih dahulu, Bella segera berlari untuk bisa memeluk tubuhnya Saga dengan erat. Ia bersyukur saat suaminya mendengar permintaannya.
Dalam pelukan tersebut yang lumayan lama, bisa membuat Bella senang. Sungguh ia tidak sedang merekayasa pelukan tersebut, dan hanya ketulusan yang semakin ia berikan dalam setiap detik waktu berjalan.
"Terima kasih banyak, Mas Saga. Aku benar-benar bahagia karena kamu mau mengabulkan permintaanku. Jujur saja, aku tidak menyangka kalau Mas akan mau memberikan aku izin. Sejujurnya aku sudah ketakutan, tapi aku yakin kalau kamu adalah pria yang baik," ucap Bella sembari terus memeluk tubuhnya Saga, namun tiba-tiba sebelum melepas ia juga memberikan sebuah kecupan di pipi pria itu untuk pertama kalinya.
Sontak membuat Saga tidak menyangka bahwa Bella akan bersikap manis seperti ini, namun ia mencoba untuk tidak terbawa perasaan. Berbeda dengan Bella yang malah semakin terlihat menempel kearah Saga, bahkan ia dengan sengaja mengalungkan kedua tangan di leher suaminya.
"Hey, kenapa kamu diam saja, Mas Saga? Aku sedang mengajakmu berbicara." Bella sedikit kebingungan, padahal ia sudah banyak tingkah, namun tetap Saga terlihat enggan untuk sedikit memberikan senyuman.
"Aku tidak apa-apa, hanya sedikit heran melihat sikapmu," sahut Saga dengan perlahan.
"Ya ampun, aku memang seperti ini, Mas Saga. Jika aku merasa senang maka aku akan melampiaskan rasa senang itu dengan bertingkah berlebihan. Jika seseorang ada di dekatku saat aku ceria, maka dia juga akan ikut ceria ataupun kesal karena kekonyolan yang aku perlihatkan. Tapi, percayalah bahwa izin mu tidak akan aku sia-siakan karena aku akan bekerja keras untuk dapat membuatmu bangga." Bella menatap tanpa ada hentinya, dan kejujuran begitu terlihat jelas.
"Oh ya? Aku rasa kamu akan mengecewakan aku, Bella." Saga menjawab dengan sekedarnya, dan berniat mematahkan semangat dari istrinya.
Tetapi, Bella sudah kebal akan hal itu karena sangking bahagianya, ia sampai tidak peduli sekalipun suaminya tidak memberikan dukungan. Namun, ia percaya satu hal. "Aku tahu kalau kamu sebenarnya juga ikut bangga denganku, Mas Saga."
Ya, hanya ada sebuah isyarat yang membuat Bella mengerti bahwa Saga juga sebenarnya menyukai keceriaannya itu, buktinya Saga sekalipun tidak melarang atau melepaskan ketika Bella mencoba untuk memperlihatkan rasa terima kasihnya melalui tindakan yang cukup berlebihan.
"Meskipun kamu tidak percaya kalau aku tidak akan mengecewakan atas semua izin ini, tapi aku yakin hati kecilmu akan selalu berdoa untuk kebahagiaanku. Baiklah karena memang kamu sudah mengabulkan permintaanku, dan sekarang aku juga ingin meminta satu hal lagi. Jadi, kamu juga akan mengizinkan aku untuk berlatih dansa bersama dengan teman pria ku kan? Bagaimanapun kamu suamiku dan aku berhak memberitahukan terlebih dahulu," tanya Bella dengan keikhlasan hatinya untuk menjadi seorang istri yang baik.
"Oh ya? Lakukanlah karena aku juga tidak akan cemburu," sahut Saga dengan cepat sembari ia melepaskan kedua tangannya Bella dari lehernya.
"Tapi, kamu seperti terlihat cemburu."
"Cemburu? Hey, perkataan bullshits apa itu, Bella? Sudahlah aku ingin istirahat, jadi jangan ganggu tidurku." Saga tetap terlihat dingin sembari ia meninggalkan Bella yang masih terdiam membisu dalam kebingungan.
"Dia pikir tingkahnya itu sangat menarik? Dasar pengkhianatan, lihatlah kehancuran atas balas dendam ku yang masih belum selesai, Bella," batinnya Saga sambil ia berjalan masuk ke dalam kamarnya sendiri.
Sudah menjadi suami dan istri, namun mereka berdua tetap tidak pernah saling bersentuhan intens, tetapi semua itu hanya dirasakan oleh Bella tidak dengan Saga yang sudah melihat Bella seperti seorang istri yang hormat akan melayani suaminya.
Terlepas dari semua tingkah lakunya Saga yang membuat Bella kembali merasa bingung, namun dirinya tidak ingin menambah menjadi beban pikiran yang baru. Ia pun melangkah pergi masuk ke dalam kamarnya tanpa lupa untuk mengunci pintu.
Merasa was-was jika malam ini ia kembali di datangi oleh pria dengan sosok yang misterius. Hingga membuat Bella berusaha untuk mengecek kondisi setiap jendela kamar bersama dengan pintu kamar. Ia berpikir jika semuanya sudah aman terkunci rapat.
Membuang rasa ketakutannya di malam hari yang memang selalu tidur sendirian, meskipun memang ia pernah ia memimpin untuk dapat bermalam dengan suaminya, namun hanyalah mimpi di siang bolong yang tak perlu ia pikirkan terlalu banyak.
Sebelum mengistirahatkan tubuhnya, Bella dengan menggantikan pakaiannya dengan pakaian tipis yang sering ia kenakan untuk berlatih dansa, ia juga dengan sengaja menghidupkan musik khusus, dan memulai sedikit gerakan dansa untuk semakin melatih dirinya dengan gerakan-gerakan baru yang akan ia pelajari nantinya.
Tanpa terasa sudah hampir dua jam ia sibuk berdansa seorang diri, dan tidak tersadar waktu sudah menunjukkan tepat pukul dua malam. Seketika Bella teringat dengan sosok pria misterius bertopeng yang sering mengganggu dirinya.
Dalam sekejap terdengar suara langkah kaki yang mengarah ke pintu kamarnya, sontak membuat Bella berusaha untuk bersembunyi dibalik penutup jendela kamarnya.
Dugaannya ternyata benar bahwa pria dengan sosok misterius bertopeng itu kembali datang masuk ke dalam kamarnya, namun anehnya ia mendengar jelas suara kunci pintu yang terbuka dari arah luar.
"Ya aku yakin sekali bahwa ini bukanlah sebuah halusinasi ku saja karena hanya manusia yang masuk dengan membuka kunci pintu, tidak mungkin ini siluman. Tapi, siapa sebenarnya pria bertopeng ini? Dan apa tujuannya padaku?" batinnya Bella.