"Ya, aku mencintainya. Jadi, sekarang pergilah," ucap Saga sesuai dengan permintaan dari Grace. Namun lagi-lagi ia tidak bisa menatap wajah wanita itu di saat dirinya tahu pasti tidak akan bisa membuatnya bisa berkata dengan jujur.
Sungguh tidak bisa Grace percayai dengan semua jawaban yang begitu mudah Saga utarakan, hatinya begitu tidak yakin akan semua keputusan yang sedang Saga ucap.
Membuat Grace tersenyum kecil ketika mendengarnya, namun ia tahu apa yang harus ia lakukan untuk sekarang ini. Dengan sengaja Grace memegang wajahnya Saga dengan kedua tangannya dengan kuat-kuat.
"Katakan padaku bahwa semua itu bohong, Saga! Aku tahu kau tidak akan mungkin bisa mencintai seseorang selain diriku, jadi katakan dengan menatap wajahku. Jika tidak, aku tidak akan pergi dari sini," paksa Grace dengan tidak akan berhenti berusaha.
"Aku sudah bilang kalau aku mencintainya," sahut Saga, namun sayangnya ia justru menundukkan wajahnya. Entah mengapa ia begitu tidak bisa menjawab dengan yang tidak hatinya inginkan.
"Baiklah aku tidak akan pergi dari sini, sebab aku tahu kau tidak bisa menjawab dengan menatapku." Grace tidak akan melepaskan pegangannya, namun tiba-tiba Saga menatap matanya, tetapi tidak berkata apapun melainkan hanya terdiam.
Seperti sedang berbicara dari hati ke hati sampai membuat keduanya tidak berkata apapun, dan hanya berdiam diri sambil terus bertatapan.
Saat itu, Grace tahu dengan semua sikap Saga yang terlihat dingin, itu karena kebencian di dalam hatinya yang membuatnya sampai harus bersikap dingin dan tak acuh kepada orang lain. Memang benar, semua itu setelah ia berjuang seorang diri.
Tatapan mata mereka terus bertemu dan tidak saling berkedip, namun tiba-tiba seperti memiliki hasrat yang lain untuk semakin berdekatan, dan dengan perlahan keduanya pun saling memberikan kecupan setelah sekian lama berpisah. Begitu lama dan begitu erat pegangan tangannya berganti untuk merangkul di lehernya Saga.
"Maafkan aku telah membuatmu kesusahan seorang diri, tapi sekarang aku berjanji akan selalu ada untukmu. Saga, aku masih sangat mencintaimu." Grace memeluk setelah mengutarakan segala perasaan di dalam hatinya.
Namun tidak dengan Saga, ia hanya menerima setiap ucapan tersebut tanpa menjawab apapun.
Setelah berbincang-bincang salam ketegangan, akhirnya Grace diizinkan untuk menetap di tempat yang sama dengannya. Memang di sini tidak akan kekurangan kamar, namun saat itu membuat Grace kebingungan ketika menyadari bahwa sejak tadi ia tidak melihat istrinya Saga.
"Tapi, ngomong-ngomong di mana istrimu, Saga? Bahkan sejak tadi kita berbicara dengan suara yang lantang, apa dia tidak mendengarnya?"
"Aku rasa tidak karena dia sedang tidak enak badan, jadi mungkin sudah tertidur," sahut Saga dengan perlahan. Namun, ia masih tetap kepikiran dengan keadaan Bella, hingga membuat batinnya berkata. "Apa mungkin Bella mengalami sakit yang berat setelah dia menerima semua perlakuan buruk dariku tadi? Sepertinya memang lebih tepat agar aku mencoba bersikap lebih manis demi membuatnya semakin masuk ke dalam perangkap pernikahan ini."
"Oh, jadi dia sedang sakit? Apakah aku bisa bertemu dengannya?" tanya Grace.
"Untuk apa? Kau ingin mengatakan kepadanya bahwa kau mencintaiku, begitu? Jangan lakukan hal yang bodoh, Grace."
"Bukankah semua itu benar, Saga? Aku memang mencintaimu," sahut Grace dengan cepat. Tetapi masih membuat Grace tidak mengerti dengan semua yang ia lihat, hingga ia berpikir dalam benaknya. "Kenapa Saga harus berpura-pura cacat seperti ini? Aku kembali memang setelah tahu bahwa dirinya telah sembuh."
"Ya aku tahu, tapi kau tidak perlu mengatakan apapun kepada istriku, Grace. Sudahlah sekarang kamu sebaiknya beristirahat, dan nanti pelayan yang akan menunjukkan kamarmu."
"Tapi, aku masih ingin di sini denganmu, Saga?" Grace terlihat tidak ingin berpisah, dan Justin memegang tangan pria itu.
"Jangan bertingkah karena aku tidak ingin istriku melihat kita seperti ini."
"Baiklah aku mengerti. Ya sudah aku masuk ke dalam kamarku dulu, dan terima kasih atas kepedulian mu," ucap Grace sembari memberikan sebuah kecupan singkat di bibirnya Saga.
Saat tubuh Grace berjalan membelakangi tubuhnya Saga, masih membuat dia tidak mengerti dengan semua kebohongan yang sedang Saga mainkan. Ia tahu bahwa pria itu tidak lagi cacat, sebab ia pernah melihatnya saat berada di rumah sakit.
Akan tetapi, semua itu tidak begitu penting bagi Grace. Sebab, sekarang yang ia inginkan hanyalah menjadi nyonya rumah dari seorang tuan muda seperti Tuan Saga. Tentu saja Grace sudah banyak menyelediki dengan latar kehidupan pria itu setelah ia kembali.
Berbeda dengan Saga, yang merasakan bahwa dirinya mulai mengakui akan keberadaan dari Bella di dalam hidupnya.
"Kenapa aku terus-menerus mengakui Bella sebagai istriku? Meskipun dia menang benar istriku, tapi aku harusnya senang karena Grace telah kembali, namun anehnya aku seperti biasa saja. Tidak ada kebahagiaan di dalam hatiku. Sebenarnya ada apa denganku?" batinnya Saga yang terlihat cemas.
Kembali ke dalam kamarnya, namun saat itu Sam masih berada di pintu kamar tuannya.
"Untuk apa kau masih di sini, Sam?"
"Aku hanya ingin memastikan bahwa Tuan Saga baik-baik saja, namun tadi apa aku tidak salah melihat kalau kalian berciuman? Jadi, Tuan menerima Grace kembali?" tanya Sam yang hanya ingin tahu.
"Aku masih belum tahu, tapi aku pastikan padamu jika memang bisa selidiki perihal tentang kepergian dari Grace dalam lima tahun yang lalu."
"Tapi, Tuan Saga. Kita sudah mencoba menyelidikinya, namun tidak ada hasil selama beberapa tahun ini. Aku rasa kepergian Grace memang begitu aneh," sahut Sam dengan cepat membantah daripada mendapatkan tugas yang rumit.
"Kau benar juga, tapi aku mendengar jika dia pernah diculik oleh seorang pria bernama Calvin. Aku berharap bukan Calvin untuk sekarang ini sedang menjadi teman dansanya Bella," ucap Saga yang terlihat sedikit cemas.
Namun, Sam terlihat aneh karena tidak biasanya tuannya mencemaskan Bella seperti ini.
"Um, maksudnya Calvin teman dansa Nona Bella? Apakah Tuan juga takut jika sampai terjadi sesuatu dengan Nona Bella? Ini sebuah kejutan karena Tuan sedang mencemaskan istrimu."
"Sam, kau jangan berlebihan."
"Ya, maafkan aku. Kalau begitu aku permisi dulu, Tuan Saga."
"Tunggu dulu, apa Bella sudah sadar? Bagaimana keadaannya?"
"Dia belum sadar, Tuan Saga. Sepertinya dia mengalami sakit yang lumayan parah apalagi tadi sempat pingsan."
"Segera panggilkan dokter untuk datang ke sini."
"Baik, Tuan Saga."
Lagi-lagi membuat Sam tidak bisa mengerti dengan tuannya ini. Di satu sisi, Saga menginginkan agar bisa membuat Bella jera dengan dendam yang sudah memberikan api kebencian, tetapi di sini lain Saga terlihat cemas. Padahal, semua tindakan buruk itu juga disebabkan olehnya, dan disembuhkan olehnya juga.
Saga bergegas masuk kembali ke dalam kamarnya Bella, namun dengan identitasnya sebagai seorang pria misterius.