"Menurutku sih, kamu harus tetap tinggal di tempat Igho apapun juga alasannya. Terutama kamu harus menepati janji kamu pada Ibumu. Terus, barangkali saja kamu bisa membuat hati Igho luluh?"
"Sepertinya tidak mungkin Jar, Igho benar-benar kepala batu. Bahkan sekarang ini dia malah keluar dari rumah."
"Keluar? Maksudnya dia kabur?"
"Bukan, tapi Igho di usir oleh Om Manaf."
"Hah, di usir? Kok bisa?"
"Iya, dia di usir karena Igho tidak mau satu atap denganku," ucap Alyn terus berkeluh dengan wajah yang muram.
"Sabar, ya Lyn. Ini cobaan buat kamu,"
Alyn menganggukan kepalanya tahu kalau pada akhirnya ia tetap harus bersabar saja.
Setelah puas menumpahkan semua isi hatinya, Alyn merasa hatinya sedikit lega. Ia lupa akan hatinya yang tadi penuh dengan kepenatan.
"Ini udah mau sore, kita pulang yuk!" ajak Anjar.
"Ayok, eh tapi ada satu tempat lagi yang ingin aku datangi. Kamu tidak keberatan kan kalau mengantarku ke tempat itu?"
"Kemana?"