Malam itu, menjadi malam yang membuat Alyn sangat gelisah.
Keringat kecil dan keringat besar nampak berbaur saling berlomba keluar dari pori-pori keningnya. Ia membalikan tubuhnya bolak balik di atas ranjang itu. Alyn benar-benar sulit untuk tidur di karenakan ia sudah tak sabar ingin segera pergi ke Jerman.
Namun ia sendiri tidak tahu kepergiannya ke Jerman adalah ahl yang baik, atau malah buruk untuknya nanti yang jelas pagi itu, Alyn bangun dengan mata panda yang sudah membiru.
"Alyn, kamu baik-baik saja kan?"
"Baik kok yah!" Alyn pun bergegas menarik kursi yang tersisip di atas meja makan itu. Lalu ia melipat tangannya sigap untuk menyantap sarapan pagi itu.
"Tapi, kenapa mata kamu terlihat sembab? Kamu sudah menangis?"
"Ah, masa? Alyn gak nangis kok yah."
"Lihatlah di cermin, mata kamu terlihat seperti panda," ucap Manaf sambil menyodorkan cermin kecil yang bisa di genggam dalam satu genggaman saja.