Lift masih dalam perbaikan. Membuat Nazam kembali bad mood setelah capek habis pergi ke kantor cabang untuk mengusut masalah pembatalan kontrak kliennya.
Cukup membuat kesal, karena Nazam tak mampu membuat kliennya itu berubah pikiran. Semua karena kepala cabang kantor yang mengacaukan.
Ingin sekali Nazam pecat, tetapi dia juga masih punya hati dan pikiran. Kesalahannya baru terjadi sekali, tetapi lumayan membuat perusahaan rugi.
"Mul, kok lama sekali diperbaikinya? Heran!"
Mulyo menghela napas. Nelangsa benar nasib menjadi seorang bawahan. Kenapa pula Nazam terus menanyakan itu kepadanya? Sedangkan tahu sendiri dari pagi hingga sore ini Mulyo setia di belakang ketiaknya. Mengekor ke mana-mana.
"Saya tidak tahu, Pak."
"Sialan," umpatnya kesal.
Sungguh. Umpatan itu bukan untuk Mulyo, tetapi laki-laki jomlo itu salah paham. Dia kira dirinya yang dikatai sialan oleh Nazam. Mulyo pun banjir keringat dingin.