Chereads / Aku (Bukan) Kupu-kupu Malam / Chapter 23 - Rahasia Vika

Chapter 23 - Rahasia Vika

"Iya kita cuma tidur, emangnya ngapain lagi," jawab Raline.

"Wow ternyata kamu beruntung," ucapan Vika membuat kening Raline berkerut.

"Beruntung gimana maksudnya?" tanya Raline.

"Ya beruntung artinya pria gila itu gak ngapa-ngapain kamu," jawab Vika.

"Emang biasanya kenapa?" tanya Raline.

"Ya ampun ini anak kelewat polos atau gimana ya, kok susah banget jelasin sama dia," jawab Vika.

"Aku bingung sama kamu," ucap Raline.

"Intinya kamu beruntung karena dapat pelanggan yang pengertian, kayak aku waktu pertama kali datang ke sini," ucap Vika.

"Kamu ngalamin juga?" tanya Raline.

"Iya," jawab Vika dengan tersenyum tipis.

"Tapi, gimana nasib aku malam ini?" tanya Raline dengan raut wajah yang kembali berubah dengan sendu.

"Kamu mau tau gak caranya?" tanya Vika dengan alis yang terangkat.

"Cara apa?" tanya Raline dengan kening yang berkerut.

"Ya cara biar kamu bisa lepas dari pria bejat kayak mereka, kamu gimana sih," jawab Vika.

"Gimana caranya?" tanya Raline dengan alis yang terangkat.

"Tapi kamu janji dulu ini rahasia kita, gak boleh ada orang lain yang tau," jawab Vika.

"Iya, aku janji," ucap Raline lalu Vika membisikkan sesuatu kepada Raline.

"Kamu serius belum pernah melakukannya?" tanya Raline dengan mata yang terbelalak sempurna saat mendengar apa yang Vika katakan.

"Iya, sampai sekarang aku belum memberikan apa yang seharusnya mereka dapatkan dari aku," jawab Vika.

"Kalau ketauan Mami gimana? Kita gak bakalan selamat, Vika," ucap Raline.

"Makanya tadi aku bilang, jangan sampai Mami tau, kamu mau ikutin cara aku?" tanya Vika.

"Oke, aku coba," jawab Raline.

"Deal ya, gak boleh ada yang tau rahasia kita," ucap Vika.

"Oke," ucap Raline lalu Vika memberikan obat kepada Raline.

"Emangnya ini aman kalau kita pakai?" tanya Raline.

"Aman, lagian buaya darat kayak mereka emang pantas buat diberi pelajaran, tapi kalau mereka sampai mati, kita juga sih yang kena masalah," jawab Vika dengan santai.

"Mereka kamu sebut buaya darat, terus apa bedanya dengan kita? Bukannya yang mereka tau kita ini wanita panggilan yang siap kapan saja untuk menuntaskan hasrat mereka," ucap Raline.

"Ya, panggilan itu akan melekat untuk kita, namun jika kita bisa bertahan melakukan ini sampai kita keluar dari sini, ada sesuatu yang bisa kita jelaskan kepada suami kita kelak," ucap Vika.

"Suami?" tanya Raline.

"Hmm ... suami, emangnya nanti kamu gak mau nikah?" tanya Vika.

"Apa ada laki-laki yang mau menerima kita setelah keluar dari sini, walaupun kita mempertahan apa yang kita miliki, rasanya gak ada laki-laki yang mau menikahi wanita seperti kita," jawab Raline.

"Pasti ada laki-laki yang menerima kita apa adanya, Ra, terlepas apapun masa lalu kita," ucap Vika.

"Aku gak yakin," ucap Raline dengan lirih.

"Vika, udah belum!" ucap Kumara dari luar sambil mengetuk pintu kamar mereka.

"Ya ampun, kita jadi lupa kalau kamu harus segera siap-siap," ucap Vika.

"Terus, gimana?" tanya Raline.

"Sebentar lagi, Mi!" teriak Vika.

"Ya, jangan lama-lama, kamu juga harus segera pergi!" teriak Kumara lagi.

"Oke, Mi!" ucap Vika.

"Ayo, Ra, kita siap-siap," ucap Vika lalu mulai memoles wajah Raline dan menata rambut gadis itu.

"Biasanya, kamu pake berapa butir biar mereka tidur?" tanya Raline.

"Tiga atau empat butir," jawab Vika.

"Ya ampun, banyak banget," ucap Raline.

"Itu dosis yang aman kok, kalau mereka minum tiga sampai empat pil, mereka cuma tidur paling sebentar delapan jam," ucap Vika sambil merias wajah Raline.

"Kayaknya, kamu ngerti banget soal obat-obatan," ucapan Raline membuat Vika menghela nafasnya dengan panjang.

"Kenapa?" tanya Raline.

"Aku ini sarjana keperawatan, Ra, orang tua aku di kampung udah habis uang banyak biar aku bisa kerja di rumah sakit ternama yang ada di Jakarta lewat teman mereka, tapi ternyata saat sampai di sini, aku ditipu sama dia, sampai akhirnya aku ketemu Mami Kumara. Mami Kumara menawarkan pekerjaan yang bagus sama aku, lagi-lagi aku kena tipu, aku malah terjebak di tempat ini," jawab Vika.

"Orang tua kamu tau keadaan kamu kayak gini di sini?" tanya Raline, Vika pun hanya menggelengkan kepalanya dengan perlahan.

"Ya ampun maaf Vika, tadi aku udah berkata yang buruk sama kamu," ucap Raline.

"Gak apa-apa, Ra, kamu kan gak tau apa yang sebenarnya terjadi," ucap Vika.

"Kamu udah coba kabur kan dari sini?" tanya Raline.

"Waktu awal-awal, aku sering coba buat kabur, tapi hasilnya malah aku yang kena hajar anak buah Mami Kumara, bahkan saat itu aku sampai masuk rumah sakit, dari situ aku mulai mencoba untuk menerima kenyataan dan terus melakukan yang aku katakan sama kamu sampai sekarang," jawab Vika.

"Semoga kita bisa segera keluar dari tempat ini, Vika," ucap Raline.

"Ya, semoga aja, aku udah muak bohong terus sama orang tua aku, setiap bulan aku memang kirim uang buat mereka, tapi bukan uang halal yang sesuai dengan mereka harapkan," ucap Vika sambil menghapus air matanya yang mulai menetes.

"Kamu gak pernah pulang menemui mereka?" tanya Raline, lagi-lagi Vika hanya menggelengkan kepalanya.

"Aku gak berani berhadapan sama mereka, Ra, apa yang harus aku katakan sama mereka, mereka mati-matian membiayai sekolah aku, agar aku bisa mencapai cita-cita aku, tapi ternyata, aku malah membuat mereka kecewa," jawab Vika yang malah semakin kencang menangis, Raline pun beranjak dari tempatnya lalu memeluk Vika.

"Ini bukan kesalahan kamu, Vika, keadaan yang membuat kamu seperti ini, kamu anak yang baik, aku yakin orang tua kamu bangga sama kamu," ucap Raline.

"Gak ada yang bisa mereka banggakan dari anak seperti aku, Ra," ucap Vika setelah melepaskan pelukan dari Raline.

"Kalau keadaannya seperti ini, aku yakin suatu saat ada pria baik yang membebaskan kamu dari sini, dia akan memperlakukan kamu seperti ratu dan akan membuat kamu menjadi terakhir yang ada di dalam hidupnya," ucap Raline.

"Aku juga yakin, suatu saat kamu akan menemukan pria yang sangat baik dan bisa menyelamatkan kamu dari sini," ucap Vika lalu tersenyum.

"Semoga," ucap Raline dengan senyuman tipis yang hadir di sudut bibirnya.

"Ya udah, Ra, aku keluar duluan, sebelum Mami teriak-teriak lagi," ucap Vika.

"Oke, terima kasih ya, Vika," ucap Raline.

"Sama-sama, oh iya, kalau obat yang aku kasih sama kamu habis, kamu harus cepat-cepat beli di apotik, jangan sampai mereka bisa menyentuh kamu seenaknya," ucap Vika.

"Oke, aku pasti melakukan apa yang kamu lakukan," ucap Raline.

"Good job, Ra, bye!" ucap Vika.

"Bye, Vika," ucap Raline lalu Vika pun segera keluar dari ruangan itu.