Dengan cepat Raline menggunakan hoodie itu lalu dia bergegas keluar dari apartemen Daffa namun Raline heran karena Daffa terus mengikutinya.
"Kenapa?" tanya Daffa dengan alis yang terangkat karena Raline terus memandangnya.
"Kau mau pergi juga?" tanya Raline.
"Aku akan mengantarmu," jawab Daffa.
"Tidak perlu aku bisa pergi sendiri," ucap Raline.
"Kau pasti sudah tau jika aku tidak suka dibantah, jadi jangan banyak bertanya ikuti saja aku," ucap Daffa lalu dia masuk ke lift lebih dulu, begitu juga dengan Raline.
"Ya ampun, dia ini siapa sih, kenapa sikap dia kayak begini sama aku," ucap Raline di dalam hatinya sambil melirik Daffa yang sudah fokus memegang ponselnya.
Sesampainya di basement mereka langsung masuk ke mobil Daffa dan segera menuju rumah sakit, di dalam perjalanan tidak ada satu pun yang memulai pembicaraan karena Raline merasa sangat segan duduk di samping Daffa yang selalu memasang wajah datarnya. Bahkan saat mereka sampai di rumah sakit, tidak ada dari mereka yang memulai pembicaraan.
Raline langsung menuju ruangan Farhan ternyata di sana masih ada Hanna dan Bian. Sedangkan Daffa menunggu Alvaro datang di lobby.
"Ra, kamu dari mana aja, dari tadi ditelpon gak aktif lagi," ucap Bian saat melihat Raline baru masuk ke ruangan Farhan.
"Hp aku lowbat, Bian, aku lupa charge," ucap Raline.
"Pantesan," ucap Bian.
"Tante, terima kasih udah temenin ayah, sekarang Tante bisa pulang dan istirahat, sekali lagi terima kasih banyak," ucap Raline.
"Gak apa-apa, Ra, Tante juga seneng kok bisa bantu kamu," ucap Hanna.
"Bian, maaf ya aku belum bisa ganti uang kamu," ucap Raline.
"Gak papa Ra, jangan kamu pikirin aku gak masalah kok, lagian aku cuma bisa bantu kamu sedikit," ucap Bian.
"Tapi tetap aja Bian, aku harus ganti uang kamu," ucap Raline.
"Kamu gak kerja sama Mami Kumara lagi kan, Ra?" tanya Bian dengan alis yang terangkat.
"Aku gak tau, Bian," jawab Raline dengan lirih.
"Tante Sarah paksa kamu lagi, Ra?" tanya Bian, namun Bian tidak menghiraukan pertanyaannya dia mengambil uang yang tersisa di dompetnya.
"Tante, ini uang untuk mengganti kalung yang aku pinjam waktu itu, tapi maaf jumlahnya belum sesuai, nanti aku kembalikan lagi saat aku sudah mendapatkan uang," ucap Raline sambil memberikan uang kepada Hanna.
"Kamu simpan aja dulu uangnya untuk jaga-jaga kalau ada keperluan lain, Ra, lagian Tante belum terlalu butuh," ucap Hanna.
"Tidak Tante, aku ingin bebanku sedikit berkurang Tante dan Bian sudah banyak membantu aku," ucap Raline.
"Kalau begitu, anggap aja itu bantuan dari Tante untuk pengobatan ayah kamu, kita belum tau kapan Mas Farhan akan sadar, dia juga pasti membutuhkan perawatan lebih lanjut," ucap Hanna.
"Tapi, Tante ...."
"Ra, kamu jangan terus mengalihkan pembicaraan," ucap Bian.
"Mengalihkan pembicaraan apa maksud kamu, Bian?" tanya Raline, sebenarnya dia sudah mengerti apa yang dimaksud oleh Bian tapi Raline tidak mungkin menjelaskan hal itu kepada Hanna dan Bian, dia tidak ingin mereka salah paham karena sebenarnya Raline juga tidak benar-benar melakukan pekerjaan terlarang itu. Raline juga tidak ingin melakukan itu karena sebenarnya dia dipaksa oleh Sarah.
Tapi setidaknya untuk saat ini Raline masih selamat, entah apa yang akan terjadi esok hari.
"Jawab aku, Ra, kamu gak bakalan balik ke tempat itu lagi kan?" tanya Bian yang mulai meninggikan suaranya karena Raline.masih enggan memberi penjelasan kepadanya.
"Bian kontrol ucapan kamu, jangan ikut campur apa yang Raline lakukan, Raline tau apa yang terbaik untuk dirinya dan Mas Farhan, apalagi Sarah terus memaksa Raline untuk bekerja." Hanna mencoba menenangkan Bian karena dia tidak ingin Bian lepas kendali dan membuat keributan di rumah sakit.
"Jadi Mama membenarkan Raline bekerja di tempat itu?" tanya Bian.
"Mama tidak membenarkan itu. Tapi coba kamu pahami keadaan Raline dari sisi yang lain, semua ini tidak mudah buat Raline, Bian. Kamu gak berhak menghakimi Raline kayak gitu, beri dia waktu untuk menerima semua ini dan biarkan dia berpikir dengan tenang dulu, setidaknya untuk saat ini keadaan Mas Farhan sudah lebih baik," jawab Hanna terus memberi pengertian kepada Bian, tanpa mereka sadari jika ada yang mendengarkan perdebatan mereka dari luar ruangan.
"Ra, aku gak rela kalau kamu benar-benar kerja di tempat terkutuk kayak gitu, aku masih bisa bantu kamu, Ra," ucap Bian.
"Aku bisa mengurus semuanya sendiri Bian, kamu gak perlu ikut campur urusan aku," ucap Raline.
"Ra, aku cuma mau kamu ...."
"Cukup Bian, kamu gak tau apa yang aku rasakan saat ini, kamu juga gak tau
"Dia bekerja denganku." Bian dan Hanna menoleh saat mendengar suara seorang pria ternyata orang itu adalah Daffa yang datang bersama dengan Alvaro.
Mata Raline membulat sempurna melihat kedatangan kedua pria itu. Raline takut Daffa dan Alvaro mengatakan semua yang terjadi kepada Hanna dan Bian.
"Bukankah kau pria yang tadi datang ke sini mencari Raline?" tanya Bian dengan alis yang terangkat.
"Ya, apa ada masalah?" tanya Daffa dengan wajah datarnya.
"Tentu masalah, pasti kau memanfaatkan kesulitan Raline agar dia bekerja denganmu," jawab Bian.
"Itu bukan urusanmu, aku sudah membayar semua gaji Raline sebelum dia bekerja jadi Raline harus menuruti semua perintahku!" ucap Daffa dengan tatapan tajamnya.
"Tuan, lebih baik kita bicara di luar," ucap Raline mencoba menengahi perdebatan Daffa dan Bian.
"Tunggu, Ra, kamu beneran kerja sama dia?" tanya Bian yang masih enggan percaya dengan perkataan Daffa
"Ya," jawab Raline dengan singkat. Hal itu membuat raut wajah Bian berubah seketika.
"Bohong, Kamu pasti dipaksa sama dia kan, kamu jangan diam aja, Ra, jangan sampai dia berbuat seenaknya sama kamu," ucap Bian dengan memandang lekat wajah Raline. Lalu Bian meraih lengan Raline hal itu membuat Daffa melayangkan tatapan tajamnya.
"Ra, kamu jangan takut, bilang sama aku apa yang terjadi biar aku bisa bantu kamu," ucap Bian.
"Bian, ini urusan aku, mau kerja apapun itu, yang penting saat ini ibu bisa mendapatkan perawatan yang terbaik, aku cuma mau ayah sembuh," ucap Raline lirih.
"Tapi gak menghalalkan segala cara kayak gini, kamu tau kan kerja di tempat itu ...."
"Raline kerja di rumahku, dia asisten pribadiku yang harus menyiapkan segala keperluanku, kau puas sekarang!" ucap Daffa sambil menepiskan tangan Bian yang menggenggam tangan Raline. Bahkan apa yang Daffa lakukan membuat Raline terperanjat.
"Asisten pribadi?" tanya Bian.