"Haiish ... kenapa kau jadi sangat bodoh seperti ini!" maki Daffa.
"Kau kenapa?" tanya Alvaro.
"Cepat katakan di mana dia!" bentak Daffa.
"Calm down, Bro, aku share loc sekarang," ucap Alvaro lalu Daffa memutuskan sambungan telponnya. Tak lama kemudian, Alvaro mengirimkan lokasi di mana dia berada sekarang.
"Dasar pria gila, ternyata dia pergi ke sana!" maki Daffa, dia pun melajukan mobilnya menuju tempat yang sudah diberikan oleh Alvaro.
Hampir dua puluh menit mencari, akhirnya Daffa sampai di sana, dia menghela nafasnya dengan panjang karena melihat mobil Alvaro sudah ada di sana, pria itu pasti sudah mendapatkan teman tidur untuk malam ini.
"Cih ... sangat menjijikan!" maki Daffa mau tidak mau dia harus masuk ke sana agar dia bisa menemukan Raline.
Saat masuk ke rumah itu ada beberapa wanita yang langsung menghampiri Daffa dengan menggoda pria itu, namun Daffa malah memaki mereka dan menepiskan lengan mereka dengan sangat kasar hingga menimbulkan keributan di sana, Kumara yang sedang menyambut kedatangan Alvaro pun segera keluar karena dia tidak ingin semua anaknya membuat masalah dengan pelanggan.
"Tuan Daffa, ternyata Anda di sini?" tanya Kumara namun Daffa hanya memasang wajah datarnya.
"Dia tamu VIP baru di sini, jadi kalian jangan sembarangan menggoda Tuan Daffa," ucap Kumara kepada para wanita yang masih berdiri di dekat Daffa.
"Ayo, Tuan, ikut ke ruangan saya," ucap Kumara lalu dia pergi lebih dulu masuk ke ruangannya dan di sana ada Alvaro yang sudah duduk manis di sofa.
"Kau datang ke sini juga?" tanya Alvaro dengan alis yang terangkat.
"Diam atau aku akan melenyapkanmu," jawab Daffa lirih dengan tatapan tajamnya.
"Silahkan duduk, Tuan Daffa," ucap Mami.
"Aku tidak ingin basa-basi, aku ke sini untuk ...."
"Jadi, wanita seperti apa yang Anda inginkan untuk menemani Anda malam ini, Tuan?" tanya Kumara menyela ucapan Daffa.
"Di mana dia?" tanya Daffa dengan tatapan tajamnya.
"Dia siapa, Tuan?" tanya Kumara.
"Kau jangan berpura-pura tidak tau, pasti kau yang memaksa dia untuk melayani pelanggan lain malam ini, di mana dia sekarang?" tanya Daffa dengan nada tinggi dan membuat Alvaro beranjak dari tempatnya.
"Semua wanita di sini memang bekerja seperti itu, Tuan. Jadi kau ...."
"DI MANA RALINE? CEPAT BERI TAU AKU ATAU AKU AKAN MEMBAKAR TEMPAT INI SEKARANG JUGA!"
"Tenang Daffa. Kau ini kenapa, mencari dia seperti orang kesetanan," ucap Alvaro.
"Diam!" bentak Daffa dengan tatapan tajamnya, lalu dia kembali menatap Kumara.
"Cepat katakan di mana, Raline!" bentak Daffa lagi.
"Aku tidak akan memberitahumu, kau bisa mengganggu Raline dan membuatku rugi," ucapan Kumara membuat Daffa semakin naik pitam, lalu Daffa mengambil dompetnya dan mengeluarkan semua uang yang ada di sana, entah nominalnya berapa juta Daffa tidak peduli, dia hanya ingin tau di mana Raline berada.
"Kau ambil ini!" maki Daffa sambil melemparkan uang itu kepada Kumara.
"Ini tidak cukup untuk mengganti rugi," ucap Kumara.
"VARO!" ucap Daffa dengan tatapan nyalang.
"Beri tau dia di mana Raline, sisanya aku yang akan mengurus, sebelum dia benar-benar membakar tempat ini dan membuat kau menyesal seumur hidup," ucap Alvaro.
"CEPAT KATAKAN!" bentak Daffa lagi sambil memukul meja dengan sangat kencang.
"Raline ada di salah satu hotel yang tak jauh dari sini," ucap Kumara lalu dia menyebutkan nama hotel di mana Raline berada, tanpa berkata apa-apa lagi, Daffa pun segera pergi mencari Raline.
"Aku akan datang lagi setelah urusan Raline dan Daffa selesai," ucap Alvaro.
"Kau tidak akan menipuku, Tuan?" tanya Kumara.
"Cih ... untuk apa aku menipu wanita murahan sepertimu," ucap Alvaro lalu dia juga pergi dari tempat itu untuk menyusul Daffa.
"Jordi!" panggil Kumara.
"Ada apa, Mi?" tanya Jordi.
"Kita ikuti mereka, jangan sampai mereka membawa kabur aset berhargaku!" jawab Kumara lalu dia mengambil tasnya dan pergi bersama Jordi.
Beberapa menit di perjalanan, akhirnya Daffa sampai di hotel tempat Raline berada, ternyata hotel yang Raline datangi adalah hotel milik keluarga Daffa, dia cepat-cepat masuk ke hotel itu dan ternyata Raline masih berada di lobby, terlihat dengan jelas Raline merasa sangat risih dirangkul oleh pria bertubuh tambun yang ada di sampingnya.
"Raline!" panggil Daffa dengan rahang yang mengeras, Raline dan pria itu pun menghentikan langkahnya lalu menoleh kepada Daffa.
"Tuan Daffa!" sahut Raline lalu Raline menepis lengan pria yang ada di sampingnya dan segera menjauh dari pria itu.
"Kau jangan mencoba kabur, aku sudah membayarmu dengan mahal," ucap pria itu, namun malah dibalas dengan tinju yang melayang dari tangan Daffa.
"Beraninya kau menyentuh wanitaku!" bentak Daffa.
"Kau ini siapa, huh? Dia itu pelacur yang sudah aku bayar!" maki pria itu.
Namun Daffa kembali menghantam pria itu tanpa ampun hingga kedua sudut bibirnya mengeluarkan darah. Tak berapa lama kemudian Alvaro pun datang bersama Kumara dan Jordi, diikuti oleh kedua satpam karena mereka mendengar keributan di lobby.
"Hentikan, kalian mengganggu kenyamanan tamu yang lain!" ucap salah satu satpam dan berusaha untuk melerai Daffa dan pria itu.
"Kalian jangan ikut campur atau kalian tidak akan bekerja di sini lagi!" maki Daffa kepada kedua satpam itu dan siap menghantam lagi pria yang sudah terkapar tidak berdaya, sedangkan Kumara dan Jordi bersiap untuk membawa Raline pergi dari tempat itu.
"Daffa, kendalikan emosimu!" ucap Alvaro. Namun Daffa tidak menghiraukan ucapan sahabatnya, dia langsung menghantam Jordi yang akan membawa kabur Raline.
"Diam atau kau mati!" ucap Daffa sambil menodongkan pisau lipat yang ternyata selalu dia siapkan di dalam mobilnya.
"Daffa!" ucap Alvaro sambil menepiskan lengan Daffa. Alvaro pun tidak mengerti kenapa sikap Daffa menjadi seperti ini, apa yang sebenarnya terjadi di antara Daffa dan Raline.
"Tuan, kami bisa melaporkan Anda ke polisi jika Anda terus bersikap anarkis seperti ini," ucap salah satu satpam.
"Aku tidak peduli, kau lakukan itu, maka kau akan kehilangan pekerjaanmu atau mungkin kehilangan nyawamu juga!" ancam Daffa.
"Kami tidak takut, Tuan, karena kami di sini hanya menjalankan tugas," ucap satpam itu lagi.
"Varo, bawa Raline masuk ke mobilku, aku akan mengurus semua sampah ini!" ucap Daffa tanpa berkata apa-apa lagi, Alvaro langsung menghampiri Raline.
"Ikut aku," ucap Alvaro.
"Aku tidak mau," ucap Raline dengan suara yang gemetar karena ketakutan.
"Ayolah, jangan sampai pria itu benar-benar membunuh mereka," ucap Alvaro.
"Ba-baik, Tuan," ucap Raline dan mau tidak mau dia harus mengikuti apa yang Alvaro katakan lalu mereka segera menuju mobil Daffa.