Chereads / Aku (Bukan) Kupu-kupu Malam / Chapter 12 - Ancaman Raline

Chapter 12 - Ancaman Raline

"Ayo ikut saya, wanita murahan tidak berguna, anak sialan, sampai kapan kau terus menyusahkan saya!" maki Sarah dan benar-benar menyeret Raline dari sana.

"Jangan, Tante!" cegah Bian, namun Sarah tetap tidak menghiraukannya, bahkan beberapa orang yang berlalu di sana memperhatikan mereka.

"Bu, aku mohon biarkan aku di sini dulu, setidaknya biarkan aku temenin ayah selama ayah dioperasi," ucap Raline terus memohon.

"Tidak, kau harus bekerja sekarang juga!" Sarah bahkan sama sekali tidak peduli dengan keadaan suaminya saat ini.

"Baiklah kalau begitu," ucap Raline, dia menggigit lengan Sarah agar terlepas dari cengkraman wanita paruh baya itu, Raline berlari ke arah jalan tanpa melihat kanan kiri.

"Raline!" teriak Bian dengan cepat dia menyambar lengan Raline karena ada mobil yang melaju dengan cepat.

"Kamu udah gila huh? Mau cepet mati?" tanya Bian dengan suara tinggi.

"Biarin aku mati, setidaknya aku bisa menunggu ayah di alam lain," jawab Raline.

"Dasar bodoh, Om Farhan pasti selamat jangan melakukan hal yang konyol kayak gini lagi," ucap Bian.

"Kau sudah bisa mengancam aku?" tanya Sarah.

"Aku tidak mengancam Ibu, aku benar-benar melakukan itu kalau Ibu tidak membiarkan aku untuk menemani ayah saat dioperasi besok," jawab Raline.

Sarah semakin marah mendengar ancaman Raline, ingin sekali dia menyeret Raline kembali ke rumah Kumara saat ini juga, namun dia tidak ingin benar-benar kehilangan Raline, saat ini dia adalah aset berharga untuk Sarah

"Oke, besok malam aku yang akan menjemputmu, kau tidak boleh kabur lagi!" ucap Sarah.

"Ya, aku janji gak akan kabur!" ucap Raline lirih, lalu Sarah segera pergi dari sana.

"Jangan balik lagi ke tempat itu, Raline," pinta Bian.

"Aku gak ada pilihan lain Bian, setidaknya untuk saat ini aku bisa menemani ayah," ucap Raline.

"Oke, aku mengerti keadaan kamu, aku siap kapanpun membantu kamu," ucap Bian.

"Terima kasih, Bian," ucap Raline, setelah itu mereka kembali ke ruang ICU.

***

"Kalian belum menemukan di mana mereka?" tanya Ramdan saat sedang bicara dengan orang suruhannya di telpon.

"Belum, Tuan," jawab seseorang di ujung sana.

"Baiklah, kalau kalian sudah mendapatkan informasi segera hubungi saya," ucap Ramdan lalu dia memutuskan sambungan telponnya.

"Papa cari dia atau anak kita?" tanya Diandra yang mendengar semua pembicaraan suaminya.

"Dua-duanya, Ma," jawab Ramdan.

"Masih belum tau di mana mereka, Pa?" tanya Diandra lirih, Haris pun hanya menggelengkan kepalanya dengan perlahan dia sangat tau bagaimana perasaan Diandra saat ini, perasaan seorang ibu yang kehilangan anaknya selama dua puluh tahun lebih.

"Dea pasti udah besar, Pa," ucap Diandra tak terasa dia sampai meneteskan air matanya.

"Iyalah Ma, umur Daffa aja sekarang udah dua puluh tujuh tahun," ucap Ramdan.

"Gimana dia sekarang, tinggal sama siapa, dia bisa sekolah kayak Daffa atau enggak, atau dia udah meninggal ...."

"Mama jaga ucapannya, Dea pasti baik-baik aja in sya Allah ada orang baik yang menjaga dan merawat Dea," ucap Ramdan menyela ucapan Diandra.

"Semoga, Pa," ucap Diandra lalu dia menghapus air matanya.

"Lebih baik sekarang Mama siap-siap sana, katanya mau coba lagi ajak Daffa makan malam," ucap Haris.

"Oh iya tapi kok, anak itu belum pulang ya Pa, apa dia gak pulang lagi?" tanya Diandra.

"Mungkin dia udah di kamarnya, Ma," ucap Ramdan.

"Ya udah, Mama liat dulu ke kamarnya, awas aja kalau dia sampai menolak lagi ikut makan malam sama Meta." Diandra lalu dia pergi ke kamar Daffa.

"Benar-benar gak menyerah mau menjodohkan anak yang kayak kulkas berjalan itu," gumam Ramdan lalu dia juga keluar dari kamarnya untuk menuju ruang kerjanya dan Daffa.

"Daffa gak ada di kamarnya, Pa," ucap Diandra.

"Di ruang kerja kali Ma, jangan dibikin heboh kayak gitu, lagian Mama udah tau gimana jawaban dia, kenapa Mama terus memaksa mau menjodohkan Daffa sama Meta," ucap Ramdan.

"Kalau Daffa gak dijodohin dia gak bakalan nikah, Pa," ucap Diandra.

"Ya ampun Ma, ngomongnya kok kayak gitu, Daffa pasti menikah tapi emang belum waktunya aja," ucap Ramdan.

"Makanya Mama harus menjodohkan dia Pa, Daffa harus menikah sama wanita pilihan Mama, dia gak boleh menikah sama wanita sembarangan apa yang orang lain katakan kalau Daffa menikah sama perempuan yang gak jelas asal-usulnya," ucap Diandra panjang lebar, namun Ramdan tidak menghiraukan ucapan sang istri, dia berlalu begitu saja menuju ruang kerjanya.

"Anak sama papanya sama aja kayak begitu, suka banget bikin kesel," ucap Diandra, lalu dia menghubungi Daffa, namun Daffa lagi-lagi tidak menjawab panggilan telponnya.

"Anak itu ke mana sih, selalu aja kayak gini kalau ditelpon mamanya!" ucap Diandra dengan kesal sambil mondar-mandir di ruang tamu dengan gelisah, namun matanya memicing saat melihat taksi yang datang ke halaman rumah mewahnya.

"Halo, Tante!" sapa seorang wanita yang baru saja turun dari taksi dan langsung masuk ke rumah mewah itu.

"Halo, Sayang, jam segini udah dateng," ucap Diandra lalu memeluk wanita itu.

"Kan biar kita gak telat Tante, jangan sampai Daffa sama Tante nunggu aku lama," ucap wanita itu.

"Ya ampun Meta, kamu itu emang selalu bisa ambil hati orang," ucap Diandra.

Meta Pramesti, anak dari salah satu teman Diandra yang akan dia jodohkan dengan Daffa. Bahkan, Daffa dan Meta sudah lama saling kenal, Meta memang mencintai Daffa, tak jarang juga Meta menyatakan cintanya kepada Daffa, namun pria itu sama sekali tidak pernah menanggapi perasaan Meta.

"Tante kalau Daffa menolak lagi, gimana?" tanya Meta dengan raut wajah dibuat sesedih mungkin.

"Kali ini, Tante jamin Daffa gak bakalan menolak, kamu tunggu di sini dulu ya, kita shoping dulu sambil nunggu Daffa pulang," jawab Diandra.

"Oke, Tante," ucap Meta, lalu Diandra pergi ke kamarnya untuk mengambil tas.

"Kali ini, semua rencanaku harus berhasil," ucap Meta dengan senyuman penuh kelicikan tersungging di bibirnya.

"Nah, kebetulan dia pulang!" ucap Diandra yang baru keluar dari kamar dan melihat Daffa masuk ke rumahnya, Daffa langsung memasang wajah datar saat dirinya melihat Meta ada juga di rumah mewahnya.

"Awas kamu jangan kabur lagi, kamu sama Meta harus pergi makan malam," ucap Diandra dengan senyuman penuh kemenangan.

"Aku capek Ma, aku pulang mau istirahat bukan mau pergi makan malam sama dia," ucap Daffa.

"Pokoknya Mama gak mau dengar alasan kamu lagi kamu harus pergi kencan sama, Meta," ucap Diandra.

"No!" ucap Daffa dia berlalu dari hadapan Meta dan Diandra.