Waktu telah menunjukkan pukul tiga sore, kelima gadis yang ketiduran terbangun kaget karena teriakan Wardana.
"Woi lah ini udah pagi, cepat bangun." Teriak Wardana.
Kelima gadis tersebut di buat kalang kabut oleh Wardana. Mereka langsung terbangun dari tidur, dengan tergesa-gesa mereka semua mengambil handuk dan bergegas ke kamar mandi.
"Hahaha gue bohong aja kali, ini baru jam tiga sore." Ujar Wardana terbahak-bahak.
"Memang kawan gak baik sih lo, War. Masa teman lagi pulas tidur di ganggu. Dosa tahu, War." Kesal Rara.
Wardana merasa bersalah. "Ya maaf, gue sengaja bangunin kalian semua karena sejam lagi kita bakal ke sungai buat pelajaran olahraga. Kan game ketiga belum kita lakukan, nah terus kalian semua belum pada makam siang kan?" Tanya Wardana mengalihkan perhatian.
Ia malas berdebat karena ia tahu kalau dia ada di jalan yang benar. Ya walaupun sedikit bersalah karena cara dia membangunkan kelima gadis tersebut agak aneh.
Tiba-tiba perut Feby berbunyi. Mereka semua tertawa, sedangkan Feby tertunduk malu. Tanpa meminta jawaban dari kelima gadis tersebut juga Wardana sudah tau apa jawabannya.
"Kalau begitu kalian langsung saja ke dapur, kasian cacing di perut Feby sudah teriak-teriak minta makan." Canda Wardana.
"Kita pamit ya, War. Dah."
Kelima gadis tersebut langsung keluar dari kamar meninggal Wardana sendiri. Karena tidak tahu mau melakukan apa, Wardana memutuskan untuk berbaring sambil memainkan handphone. Selagi Wardana sibuk memainkan handphone, teman-temannya sibuk makan di dapur.
"Untung si Wardana cepat bangunin kita, kalau gak nilai olahraga kita gak ada." Ujar Beby.
"Nah itu, kalau gitu kita kasih apa ya buat hadiah terima kasih." Tanya Lidya.
"Itu gak sih?" Tunjuk Reva ke arah kue Y yang sedang di masak oleh tukang masak dapur tersebut.
"Ide bagus."
Sehabis makan mereka langsung pergi ke tukang masak itu. Mereka meminta beberapa potong kue Y untuk Wardana. Selesai dari dapur dengan kue bawaan, mereka langsung bergegas kembali ke kamar.
"War, ada hadiah buat lo nih." Teriak Beby menyadarkan Wardana yang sibuk memainkan handphone. Ia menyerahkan kotak kue tersebut ke Wardana.
"Eh ini kotak apaan. Jangan aneh-aneh deh, gini-gini nih jantung gue gak kuat kalau kaget." Jawab Wardana.
"Buka sendiri lah. Nanti Lo tahu isinya apaan." Ujar Beby kemudian berlalu ke tempat tidur.
Karena tidak sabar akhirnya Wardana membukanya dan.
"Aaaaaa." Ia berteriak histeris.
Para cowok yang kebetulan lewat gedung cewek langsung berlari mendengar teriakkan itu. Dengan cepat Alfius langsung menendang pintu kamar.
"War, lo kenapa?" Tanya Alfius dengan wajah khawatir menghampiri Wardana.
Para gadis penghuni kamar kaget melihat para cowok masuk tanpa izin, para cowok juga memasang wajah bingung.
"Maaf sebelumnya, tadi gue teriak gegara dapat hadiah kue Y dari mereka, saking senangnya jadi gue teriak deh." Jelas Wardana.
"War, ayo cepat request mau mati cara gimana, sudah emosi banget nih gue." Ujar Satria sudah sangat emosi.
Dia sudah dari tadi kebelet ingin buang air, namun saat mendengar suara teriakan ia langsung berlari. Anehnya, ia tidak merasakan sakit perut lagi.
"Santai dong bang. Gue kan dah minta maaf, maaf ya untuk kedua kalinya." Wardana bangun dan menyalami tangan Satria tanda meminta maaf.
"Untung cewek, kalau cowok pasti udah gue tinju." Kesal Satria.
"Mau gak gue tinju? Sudah lama gue gak latihan sama Ayah." Tawar Wardana. Mendengar itu Satria langsung merinding.
"Gak deh, War. Gue gak tegaan sama cewek. Terus kalau gue kalah dari lo kan malu banget." Ujar Satria malu.
Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia salah menantang orang.
"Ya sudah kita pergi dulu biar siap-siap ke sungai di taman, ingat ya War, jangan teriak lagi kayak gitu. Kasihan nanti yang punya riwayat jantungan bisa meninggal tiba-tiba." Nasihat Angga kemudian berlalu bersama cowok yang lain.
**
Waktu yang di tunggu pun telah tiba, semua murid sudah berkumpul di bibir sungai kecil itu. Ada yang sudah melipat kaki celana mereka karena akan masuk ke air.
"Sore semua, game ketiga kali ini adalah menangkap ikan. Bapak juga sudah menyiapkan saringan ikan agar kalian mudah menangkap ikan. Usahakan mencari ikan yang besar agar sebentar malam kita bisa buat pesta bakar kecil-kecilan, apakah kalian setuju?" Tanya Pak Guru.
"Setuju." Jawab semua serentak.
"Ya sudah, kalau begitu satu orang ambil satu saringannya. Terus setiap kelompok wadahnya satu saja." Perintah Pak Guru.
Semua murid dengan tertib mengambil benda tersebut, Alfius dan Jefran yang sudah tidak sabar langsung masuk ke dalam sungai kecil itu. Ternyata tidak dalam, kedalamannya hanya sampai dibawah lutut dan airnya sangat jernih.
"Matematika aja yang lo pintar Jef ternyata." Ujar Alfius tiba-tiba.
"Memangnya kenapa? Lo iri ya, sudah pasti jawabannya iya." Jawab Jefran pede.
"Bukan itu maksud gue Jef. Masa masuk ke dalam air pakai sepatu sih. Kebanyakan makan rumus matematika jadi mabuk ya lo, Jef. Gak ngerti lagi gue sama lo." Ujar Alfius sambil ketawa.
Jefran kaget dan langsung berlari keluar membuka sepatunya. Sebenarnya saat awal masuk ke dalam sungai ia sudah melihat Jefran memakai sepatu, namun ia menunda untuk memberitahu. Karena tidak tahan ingin tertawa maka dia langsung memberitahu Jefran.
"Nak, kenapa kamu keluar dari air. Kamu gak kuat dingin ya?" Tanya Pak Guru heran.
"Bukan gitu, Pak. Ini anu tadi karena terlalu semangat aku sampai lupa lepas sepatu. Sekarang sepatu aku sudah basah deh." Jelas Jefran sambil menggaruk kepalanya.
Pak Guru hanya menggelengkan kepala mendengar penjelasan Jefran.
"Anak zaman sekarang memang aneh-aneh ya, bikin pusing kepala saja."
Jefran kembali ke dalam sungai menemani Alfius yang sibuk mencari ikan, ternyata susah juga mencari ikan seperti itu.
"Jef, lo udah dapat berapa ikan?" Tanya Alfius.
"Nih, banyak kan." Jawab Jefran sambil menunjuk wadah kosong yang berisikan air.
"He setan, mau ngajak berantem apa gimana ha? Gue tanyanya serius bukan bercanda." Alfius memasang wajah emosi.
"Ikannya transparan jadi gak kelihatan. Kalau mau lihat mesti pakai mata kaki, dijamin kalau lo ngikutin kayak gue, berarti lo goblok sih." Jawab Jefran sambil ketawa.
Alfius yang makin emosi langsung menyerang Jefran dengan air, air sungai seketika membasahi baju Jefran.
"Lah malah diajak main, oke gue ladenin."
Jefran yang juga terpancing emosi langsung menyerang balik Alfius. Terjadilah perang air antara mereka berdua, alhasil baju olahraga yang semula kering menjadi basah kuyup.
"Hahaha seru juga ya ternyata." Alfius tertawa ketika mereka selesai main perang-perangan.
"Seru sih tapi kita berdua belum dapat ikan seekor juga." Jawab Jefran sambil menunjukkan wadah Mereka yang masih kosong.
Dengan sisa waktu yang ada mereka berdua berusaha keras mencari ikan. 20 menit berlalu dan kerja keras mereka membuahkan hasil yang baik, tak disangka mereka mendapatkan sepuluh ekor ikan besar. Bolehlah buat mereka entar bakar saat malam hari.
"Jef, kita keluar dari sungai yuk. Ikannya juga sudah banyak, gue jamin sih kita bakal menang lagi." Ajak Alfius.
"Ayo, gue juga udah malas dalam air terus." Jawab Jefran menyetujui Alfius.
Mereka berdua keluar bersama dengan pakaian yang basah kuyup akibat perang kecil tadi.
"Pak, kita kan sudah selesai nangkap ikan nih. Berarti bisa dong istirahat sekarang." Bujuk Jefran kepada Pak Guru.
"Ya sudah Bapak izinkan. Untuk hasil tangkapannya kalian bawa dulu, nanti baru Bapak hitung bersama kelompok yang lain. Jangan lupa ditulis nama kalian berdua diwadah itu biar gampang Bapak ambil nilainya."
Setelah mendapat izin, mereka berdua pergi beristirahat di pinggir sungai. Tak lupa membawa wadah berisi ikan mereka.