"Kiel, kamu serius mau nungguin aku di sini sampai jam pulang? Aku pulang nya jam dua loh. Ini aja baru jam sepuluh," tanya Rara khawatir.
"Memangnya wajah aku kelihatan bohong?" Tanya balik Kiel.
"Ga juga sih. Kelihatannya kamu serius banget," jawab Rara sesudah melihat wajah Kiel yang terlihat begitu serius tanpa ada guratan kebohongan.
"Nah itu kan. Mending sekarang kamu ke kelas deh, dikit lagi jam pelajaran berikutnya dimulai. Kamu ga mau kan di hukum gegara terlambat masuk kelas? Terus jangan pikirin aku gimana di sini. Aku aman kok, ada Pak Nathan juga yang nemenin," ujar Kiel meyakinkan Rara sembari mengelus kepala Rara lembut, "Hati-hati yah Ra." lanjut nya.
Dengan cepat Rara langsung berlari cepat menuju ke kelasnya. Sedangkan Kiel langsung berbalik belakang menuju pintu ruangan Pak Nathan. Tadi sehabis makan, ia dan Rara langsung berjalan menuju ke ruangan Pak Nathan.
"Jantung gue kenapa coba. Dag dig dug kaya mau meledak aja," ujar Rara sambil memegang dadanya.
"Ga mungkin banget gue salting gegara di elus Kiel. Masa gue baper sama kakak-kakak sih," lanjutnya.
Tak lama kemudian akhirnya Rara sampai di lantai dua gedung sekolah di mana letak kelasnya. Karena letak kelasnya yang tidak jauh lagi, ia memutuskan untuk jalan saja. Ia sudah cape berlari dari ruangannya Pak Nathan yang berada di lantai satu tadi.
"Ra, wajah lo kenapa merah? Habis di tinju sama siapa lo?" Tanya Wardana ketika Rara baru saja masuk ke dalam kelas.
"Kalau ngomong suka sembarangan aja lo. Ga lihat apa keringat di wajah gue. Gue baru selesai lari dari lantai 1 ke sini karena takut terlambat." Jelas Rara yang masih ngos-ngosan.
"Ya udah maaf. Gue kan ga tau jadi gue asal nebak aja." Jawab Wardana.
Rara pun kini berjalan menuju tempat duduknya untuk duduk, "Eh bentar, lo ngapain di lantai satu Ra? Nyari duda apa berondong?" Tanya Reva begitu semangat sambil mencondongkan wajahnya ke depan tepat di samping Rara.
"Santai dong bro sama pertanyaannya. Gue ke bawah tuh buat makan bakmie nya Buk Minah. Rindu banget sumpah, udah seminggu ga makan bakmie Buk Minah sama kaya ga makan nasi selama setahun." Jawab Rara begitu dramatis sambil membayangkan kembali menimbulkan bakmie yang tadi dia makan.
"Dihh, ga setia kawan yah lo Ra. Masa ga ngajak kita berdua," protes Wardana.
"Bukannya gue ga setia kawan tapi emang udah takdir. Gue kan lupa bawa buku pr jadi otomatis gue keluarlah sesuai kata Pak Guru tadi. Masa gue harus nyuruh kalian berdua buat ikutan di hukum." Jelas Rara.
Wardana dan Reva yang mengerti pun kemudian mengangguk paham. Sesaat kemudian Reva ingin membalas perkataan Rara, Guru Biologi pun masuk. Otomatis mereka diam dan duduk di tempat masing-masing.
Tak terasa waktu berjalan begitu cepat dan kini saat waktu untuk pulang, terlihat Rara yang sedang merapikan buku pelajarannya.
Jefran yang juga baru seleksi pelajaran langsung bergegas menuju ke kelasnya Rara. Syukur Rara masih berada di dalam kelas sendiri jadi dia bisa meminta penjelasan tentang tadi pagi. Sebenarnya ia mau menelepon Rara, tapi lebih baik untuk mendengarnya secara langsung.
"Ra." Panggil Jefran. Dengan cepat Rara langsung berbalik ke arah suara yang begitu dia kenal.
"Iya Jef, ada perlu apa?" Jawab Rara.
"Gue bisa minta penjelasan nggak soal tadi pagi?" Tanya Jefran langsung ke intinya. Kini Rara mulai terlihat gugup setelah mendengar pertanyaan tersebut.
"Gue mesti jawab apa coba? Masa gue harus jujur kalau tadi pagi gue di marahin Mama." Bantin Rara.
Rara masih terdiam memikirkan apa yang harus dia jawab, Jefran yang melihat Rara yang melamun langsung saja melemparkan pertanyaan kembali.
"Ra, denger kan tadi gue nanya apa. Atau mau gue ulang lagi biar jelas?" tanya Jefran memastikan Rara.
Dengan cepat Rara menjawab, "Eh itu yah yang tadi pagi. Oh itu tadi kenapa yah Rara lupa deh." Jawab Rara dengan raut wajah kikuk.
Ia juga menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal sama sekali, Jefran kini makin di buat bingung oleh sikap Rara yang menurutnya tidak seperti biasa.
"Ra, lo lagi nggak sembunyiin sesuatu dari gue kan?" Tanya Jefran dengan suara yang kedengaran serius.
Rara pun kini di buat makin takut di tambah bingung. Ketika ia ingin menjawab tiba-tiba seseorang memanggilnya dari luar kelas, Rara dan Jefran refleks berbalik ke arah suara.
"Gue langsung balik yah Jef, sebentar baru gue chat." Pamit Rara dan langsung menuju ke luar kelas.
"Untung aja nih manusia datang tepat waktu. Duh, kalau nggak gue dah mati berdiri di interogasi sama Jef." Batin Rara.
Ternyata yang memanggil dirinya lain tidak lain ialah Ezrakiel.
"Maaf yah tadi masih ada urusan bentar sama teman. Ayok ke parkiran sekarang," kata Rara saat baru saja menghampiri Kiel.
"Teman apa teman heum?" Jawab Kiel dengan suara menggoda.
"Temanlah masa pacar. Kalau punya pacar pasti di marahin sama Ayah dan Mama. Rara takut di makan sama mereka." Jawab Rara sambil memeragakan gerakan singa yang ingin menerkam mangsa, Rara terlihat begitu menggemaskan di mata Kiel.
"Itu pasti Jefran kan yang tadi pagi kamu bilang." Ucap Kiel dengan santai.
Rara langsung berhenti berjalan karena kaget mendengar ucapan Kiel tadi. Kiel pun ikut berhenti tepat di samping Rara.
"Jujur deh, Kiel pasti dukun kan. Masa bisa tau kalau cowok tadi itu Jefran." Curiga Rara sambil menunjuk tepat di depan wajah Kiel.
"Kalau ngomong nggak pernah di pikir dulu nih yang modelan begini." Ujar Kiel.
"Rara memang kalau ngomong nggak pakai pikir. Rara biasa ngomong pakai mulut." Jawab Rara polos. Kiel hanya geleng-geleng melihat sikap calon istrinya ini.
"Gini yah Ra, kan gue tadi nyoba nebak aja. Eh malah betul tebakan gue." Jawab Kiel asal. Karena tidak menerima jawaban dari Kiel, Rara kembali marah.
"Rara nggak terima jawaban macam gitu. Pasti lo mata-matai gue kan. Jujur deh, kalau bohong dosa loh," ucap Rara dengan wajah sedikit serius.
"Biasalah Ra, orang ganteng tuh selalu benar." Jawab Kiel percaya diri kemudian berjalan meninggalkan Rara.
"Hey orang stres jangan tinggalin gue sendiri. Lihat aja sebentar gue bakal cepuin lo ke Mama." Ujar Rara berteriak. Ia pun segera berlari mengejar Kiel yang sudah jauh di depan.
**
"Tugas matematika udah beres. Tugas sejarah juga udah beres. Sekarang apa lagi yang belum selesai yah?" Ujar Rara sambil berjalan ke sana kemari di dalam kamarnya. Ia terlihat seperti setrika yang sedang di pakai ibu-ibu. Tiba-tiba ponselnya yang ia taruh di atas kasur berbunyi tanda ada yang mengirimkan pesan. Dengan gaya secepat kilat Rara langsung mengambil ponselnya. Tertera nama Jeplan dengan Imbuhan bentuk love di belakangnya, tak menunggu lama ia langsung membuka isi pesan dari Jeplan alias Jefran.
Isi pesan.
[Ra, gue mau nangih yang tadi pas sepulang sekolah] Isi pesan tersebut.
"Ha? Memangnya gue ada ngutang sama Jefran?" Bingung Rara sambil menggaruk kepalanya. Ia terus berpikir keras apa yang sedang di tagih oleh Jefran.
Di tempat berbeda terlihat Jefran yang sedang menunggu balasan dari Rara. "Nih anak kenapa balasnya lama. Biasanya kalau gue chat nggak sampai tiga puluh detik pun sudah di balas. Kok ini dah lima menit nggak dibalas sih," jar Jefran. Ia terus menatap layar ponselnya yang masih dalam obrolan dirinya bersama Rara.