Minggu pun begitu cepat hingga kini berganti menjadi hari senin. Hari di mana hari yang paling dibenci beberapa orang karena hari paling melelahkan menurut mereka. Siswa SMA A termasuk kedalamnya. Hari senin ini mereka akan melaksanakan ujian semester setelah menghabiskan beberapa bulan mereka untuk belajar. Kini waktunya mereka menunjukkan hasil belajar mereka melalui ujian semester.
Di dalam kelas 11 IPA 1 terlihat beberapa anak yang terlihat tertekan saat membaca soal matematika. Hari pertama ini mereka mendapatkan soal ulangan matematika. Beby dan Feby yang duduk berdampingan memasang wajah kebingungan.
"Woi ini soalnya ada Cos sama Sin nya gitu. Lo belajar nggak materi yang ini," bisik Beby kepada Feby.
"Semalam gue ingat kalau gue belajar itu Beb. Cuma tadi pagi sebelum gue ke sekolah, gue sempat nonton drakor dulu. Jadi gue lupa deh apa yang tadi gue belajar semalam," jawab Feby menunjukkan senyum tak berdosanya.
"Kalau gitu kita cap cip cup aja. Nih nilai juga nggak bakal turun kalau kita salah semua," ajak Beby dan di setujui oleh Feby.
"Eh Ngomong-ngomong nih tuh drakor yang lo nonton judulnya apa? Kek nya seru deh. Gue juga mau nonton," bisik Feby.
Akhirnya mereka berdua pun asik bercerita tentang drakor yang Feby tonton. Sebenarnya di depan mereka itu ada dua orang pengawas. Namun karena dua gadis ini pintar menyusun strategi, mereka pun bisa bercerita tanpa di ketahui oleh pengawas di depan.
Berbeda dengan Feby dan Beby. Di belakangnya mereka ada Lidya dan Jefran yang begitu mudah bahkan terlihat senang saat mengerjakan soal-soal yang berisi begitu banyak angka serta simbol itu. Kertas cakaran mereka penuh dengan angka-angka dan rumus yang bertebaran.
Jika di bandingkan dengan kertas cakar Feby dan Beby, kertas mereka hanya terlihat coretan bahasa Korea dan deretan judul film korea yang mereka tonton.
Dari 11 IPA 1 kini berpindah ke kelas 11 IPA 3. Bukan namanya Reva kalau tidak jago dalam matematika. Otak Reva hampir setara dengan guru matematika mereka. Walaupun ia pintar dalam hal matematika, jangan tanyakan ia soal kimia dan Fisika. Ia akan menghilang seperti di telan dunia.
"Rev bagiin gue jawaban nomor 10 sama 11 dong. Kalau bisa sama nomor 12,13,14,15, sampai 40 deh. Gue udah cape mikir sumpah. Kepala otak gue kek nya dikit lagi meledak deh sama nih soal yang penuh sama angka kehidupan. Terus yah gue tuh ..." Bisik Wardana panjang lebar. Kata-kata ia terpotong karena Reva tiga menyerahkan lembar jawabannya kepada Wardana.
"Mending lo salin jawaban gue deh. Tapi ingat yah, traktir gue boba di depan sekolah," ujar Reva kepada Wardana.
"Siap bos, demi jawaban hamba akan mentraktir apa pun yang bos mau," jawab Wardana ala-ala. Kemudian dirinya pun mulai menyalin semua jawaban Reva tanpa ketahuan pengawas.
Rara yang di belakang mereka hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan sahabatnya itu. Ia sudah terbiasa melihat pemandangan ini setiap kali ujian matematika. Bagaimana dengan dirinya? Oh aman karena semalam dia belajar begitu keras. Bahkan di dalam mobil pun dia masih berusaha menghafal semua rumus yang ia tulis di dalam ponselnya.
2 jam berlalu dan akhirnya ujian hari ini pun berakhir. Wajah semua murid SMA A terlihat begitu ceria karena telah melewati ujian matematika pertama mereka.
"Rev lo masih ingat kan yang semalaman gue ngomongin ke lo di chat," bisik Wardana saat pengawas mereka keluar.
"Aman say, jadi sekarang kita ajak dia ke bawah kan?" Bisik balik Reva. Wardana membalas dengan mengangkat jempol ke arah Reva.
"Lo berdua lagi demam apa gimana sih? Dari tadi bisik-bisik mulu," tanya Rara yang bingung melihat kedua sahabatnya makin aneh.
"Ga kok. Gue sama Reva lagi latihan buat besok ujian kimia," jawab Wardana asal.
"Oalah, bagus deh kalau gitu. Besok jangan lupa yah bagi gue jawaban War. Lo kan pintar Kimia sama fisika. Otomatis lo harus bantuin kita berdua," pinta Rara.
"Apa sih yang nggak untuk sayang-sayangku ini," jawab Wardana seraya memeluk Reva dan Rara.
"Eh teman-teman kita ke kantin di lantai 3 yok. Katanya ada nasi uduk yang enak di sana. Sekalian kan siapa tau kita ketemu sama Kak Angga bersama dua pengawalnya," ajak Reva.
Ini sudah termasuk dalam rencana dirinya bersama Wardana.
"Gue malas sumpah naik ke atas. Tenaga gue udah terkuras buat kerjain soal matematika tadi guys," tolak Rara.
"Gue traktir deh gimana? Bilang aja gue ini tanda terima kasih gue karena udah di kasih jawaban matematika tadi," ujar Wardana.
"Nah kalau kaya gini sih gue nggak bisa nolak. Tiba-tiba gue semangat gue penuh. Tumbenan juga Wardana mau traktir," jawab Rara setuju.
Akhirnya mereka bertiga pun keluar pergi ke atas. Saat baru saja sampai di depan pintu kelas, mereka melihat Nadial bersama Catrin yang sedang berbincang di emperan kelas.
"Nadial, Catrin. Ayok kita ke atas yok. Si Wardana mau traktir nasi uduk di kantin atas. Udah lama juga kita nggak ngumpul sama-sama," ajak Reva.
Wardana hanya menarik nafas panjang setelah mendengar ajakan Reva.
"Tekor lagi deh gue," batin Wardana.
"Nad, ayok kita gabung. Mumpung si Wardana lagi baik," ajak Catrin kepada Nadial. Kemudian Nadial pun mengangguk.
Tak lama perjalanan yang mereka tempuh, kini mereka sudah sampai di kantin lantai 3.
"Ini kok kenapa mejanya penuh semua. Gue rasa kemarin pada sepi deh," Omel Wardana saat melihat kantin begitu penuh.
Namun tiba-tiba dari belakang ada suara yang memanggil namanya. Dengan cepat Wardana berbalik ke atas suara itu. Suara yang sangat ia kenal.
"Sayang juga di sini yah. Berarti kita ini memang," Sapa cowok yang tadi memanggil Wardana. Siapa lagi kalau bukan Alfius. Semua orang yang berada di situ ingin saja muntah ketika melihat kebucinan kedua orang ini.
"Ini kalau kalian berdua terus lepas rindu kapan yah kita makannya," omel Feby.
"Bilang aja iri gegara ayangnya di sini," sindir Adit.
"He kutu kampret. Lihat aja ayang gue datang bakal gue laporin," balas Feby.
"Coba aja kalau berani," tantang Adit yang tak mau kalah.
"By, lihat Adit nih," ujar Beby sambil merengek seperti anak baik.
Tak lama kemudian ada yang memeluk Feby dari belakang.
"Iya by, kenapa nangis heum?" Tanya orang itu yang tak lain ialah Jorgas.
"Astaghfirullah by, aku kirain tadi cuma halusinasi eh ternyata betul. Kok bisa sih sampai disini," kaget Feby.
"Tuh ayangnya Angga nelepon nyuruh datang ke sini. Kata si ayang Angga dia rindu sama Angga yaudah langsung deh capcus ke sini. Tau kan si Angga bucin banget," jelas Jorgas sambil menujuk ke arah Lidya dan Angga.
"Jadi kapan kita makannya? Gue udah cape berdiri dari tadi loh," protes Beby.
"Maaf Beb tadi tungguin Angga datang ke sini," jawab Lidya.
"Iya maaf yah. Jangan cemberut kaya gitu karena sebentar lagi Kak Nathan bakal datang. Tadi gue udah telepon kok," tambah Angga agar Beby tidak banyak berbicara.
Kini mereka semua mencari tempat duduk yang pas agar mereka bisa duduk berdekatan. Ternyata tempat duduk yang mereka tempati pas dengan jumlah mereka semua. Wardana duduk bersama dengan Alfius. Reva bersama dengan Aditya atas kemauan mereka berdua. Mereka ingin ngobrol lebih banyak walaupn tiap hari mereka tiap hari saling mengirim pesan tanpa henti. Tetap saja itu akan berbeda jika bertemu secara langsung.
Angga tentunya dengan Lidya. Feby dan Jorgas. Catrin bersama satria dan Nadial. Dan yang terakhir adalah Rara dan Jefran. Sebenarnya maksudnya makan bersama ini adalah rencana yang telah di susun oleh Jefran, Alfius, bersama Lidya sebelum ujian. Tujuan utamanya seperti persetujuan mereka hari itu. Agar Rara bisa kembali lagi bersama Jefran.