Chereads / Y&T / Chapter 4 - Chapter 30

Chapter 4 - Chapter 30

Saat Jefran dan Alfius sedang santai berisitirahat, terlihat semua kelompok sibuk mencari ikan. Terlihat Lidya dan Angga yang sangat serius mencari ikan. Sudah lama mencari namun ikan yang didapatkan baru 2 ekor. Itu pun ikannya berukuran sedang. Jika dimakan, hanya sekali hap langsung habis.

"Lily, coba deh serius nyari ikannya. Pasti kita bisa dapat banyak." Ujar Angga disela-sela sibuk mencari ikan.

"Woody, coba balik lihat ke sini deh. Gak lihat apa ini Lily udah berusaha tapi gak bisa juga. Lily kan pakai kacamata jadi susah lihat ikannya dimana." Jawab Lidya sedikit emosi.

Sudah tahu dia pakai kacamata malah dipaksa buat nyari ikan, walaupun airnya jernih tetap saja mata Lidya tidak bisa dengan cepat melihat ikan yang lalu lalang, yang dilihatnya hanya daun kering yang sesekali lewat.

"Ya udah, Lily istirahat saja biar Woody yang carikan. Jangan tolak permintaan Woody ya, kalau gak Woody bakal cium Lily di sini." Ancam Angga dengan senyum menakutkan.

Lidya yang takut langsung berlari menuju tepi sungai, Lidya memutuskan untuk duduk bersama Alfius dan Jefran. Ia takut duduk sendiri, ia berpikir kalau duduk sendiri tiba-tiba kemasukan setan. Kan gak lucu jadinya.

"Hai Jef. Hai Alfi." Sapa Lidya menghampiri mereka berdua.

"Mau ngapain ha lo? Mau ambil ikan punya kita ya. Jujur aja, Lid." Ujar Alfius curiga.

"Mau gue lempar kepala lo pakai sepatu? Kalau ngomong sembarang aja. Gue ke sini karena capek nyari ikan, gue nyari gak dapat juga. Ya sudah gue nyuruh Angga nyari sendiri. Terus ya gue juga takut kemasukan setan kalau duduk sendiri, jadi gue putuskan deh buat duduk bareng kalian." Jelas Lidya panjang lebar.

"Jujur aja kali, Lid. Gue tahu rencana jahat lo sama si Angga." Alfius bersikeras.

Karena kesal mendengar ocehan Alfius, Jefran langsung menutup mulut Alfius dengan tangannya.

"Lid, lo boleh kok duduk di sini bareng kita. Jangan hiraukan nih kutu kampret, dia memang lagi datang bulan jadi agak sensi gimana gitu." Ujar Jefran mempersilahkan Lidya duduk.

Lidya pun duduk di samping Jefran. Ia tidak mau duduk di samping Alfius. Hal tersebut akan mempersulit hidupnya saja.

"Makasih ya, Jef."

"Sama-sama, Lid."

Setelah itu baru Jefran melepaskan tangannya dari mulut Alfius.

"Memang benar-benar ya lo, Jef. Lihat aja kalau ikan kita di ambil." Ujar Alfius masih menuduh yang aneh-aneh kepada Lidya.

Jefran sengaja tidak mendengar Alfius, dia dan Lidya malah asik ngobrol.

"Oh jadi gitu ya awal cerita lo bisa kenal sama Rara." Ujar Jefran.

"Iya, untung ada si Wardana pacarnya si kutu kampret. Kalau gak nih ya, gue juga gak bakal kenal mereka." Jawab Lidya sambil melihat Alfius yang sedang emosi.

Mereka terus berbincang sampai waktu habis, mereka bertiga bangun dan pergi mengumpulkan hasil tangkapan mereka. Kemudian Pak Guru sibuk menghitung jumlah tangkapan masing-masing kelompok.

"Sesuai hasil perhitungan tadi, yang menjadi pemenang game kali ini adalah timnya Jefran dan Alfius dengan total sepuluh ekor ikan." Ujar Pak Guru.

Karena senang Alfius langsung refleks ingin memeluk Jefran namun dengan cepat Jefran menahannya.

"Mau gue tonjok ha? Udah cukup gue malu tadi pagi dipeluk sama lo. Nanti di kira kita homo benaran. Gak banget sumpah, Al." Kesal Jefran sambil memasang gerakan mau menonjok Alfius.

"Dikit aja kenapa sih, Jef. Pelit banget sama teman sendiri." Goda Alfius makin mendekat.

Jefran yang takut langsung berlari menjauhi Alfius. Melihat Jefran yang berlari, Alfius malah lebih semangat menggoda Jefran. Akhirnya terjadi kejar-kejaran antara mereka berdua. Semua murid yang melihat kejadian itu pun tertawa terbahak-bahak.

**

Malam telah tiba, sinar matahari yang tadinya bersinar terang kini tergantikan oleh sinar bulan yang menenangkan. Suara malam itu terasa begitu damai dengan hiasan kunang-kunang yang berterbangan. Sesuai janji tadi sore, semua murid akan mengadakan pesta bakar-bakaran kecil.

Ikan hasil tangkapan tadi sore menjadi menu utama mereka, para cowok bertugas membuat api sedangkan pada gadis memberikan ikan dan memberi bumbu.

"He ini gimana cara bersihinnya. Mana baunya amis banget." Omel Beby sambil memegang seekor ikan mati.

"Sini biar gue aja yang bersihin. Gue takut sebenar nih ikan bukan enak rasanya malah amis semua." Ujar Wardana mengambil alih semua ikan.

Wardana memang pintar masak karena dari kecil ia sudah diajarkan memasak oleh sang Ibu dan pernah ikut les memasak saat SD.

Setelah selesai membersihkan dan menaruh semua bumbu, ikan tersebut Wardana bawa agar dibakar.

"Bakarnya yang benar ya. Kalau gak bisa kasih tahu gue, biar gue ajarin." Ujar Wardana kepada cowok-cowok disana.

Mereka semua dengan cepat mengambil ikan tersebut dan langsung memanggangnya, mereka takut melihat otot yang terlihat ditangan Wardana. Wardana sengaja menaikkan lengan bajunya agar lebih leluasa bergerak ketika membersihkan ikan.

"Al, kok bisa ya cewek lo bisa jadi ganteng dan cantik?" Tanya Jefran disaat mereka sibuk memanggang.

"Gue juga gak tahu woi, awal kenalan tuh dia bawaannya perempuan banget pada umumnya. Lah pas sampai gini gue heran kok malah kayak cowok. Mana ototnya ganteng bikin dia jadi ganteng banget." Jawab Alfius juga heran.

"Yang lebih herannya lagi tuh ya, kenapa coba dia mau pacaran sama lo? Kenyataannya kan lo yang modelan kayak gini bisa coba di mau. Jangan sampai mata si Wardana lagi buta." Ujar Jefran sengaja memancing emosi Alfius. Ia suka sekali menggoda Alfius untuk marah.

"Namanya juga orang ganteng ya jadi sudah takdir." Bukannya marah, Alfius malah membanggakan dirinya.

Akhir-akhir ini seperti Alfius salah makan deh, sikapnya mulai berubah menjadi rempong saat di Desa X.

Jefran pun pasrah mendengar jawaban Alfius. Ia kemudian kembali melanjutkan kegiatan bakar-bakar tersebut, 15 menit berlalu dan ikan bakaran mereka sudah matang. Kini waktunya mereka untuk menyantap. Seperti biasa, Wardana lah yang paling banyak mengambil makanan. Ia mengambil dua ekor sekaligus. Mana ikan yang dia ambil adalah ikan yang paling besar.

"War, gue bukannya mau ngelarang lo buat ngambil banyak. Tapi coba lo lihat deh teman-teman lo. Mereka belum dapat bagian eh malah sudah habis. Mending ditaruh kembali deh tuh ikan-ikan." Nasihat Aditya. Ia juga termasuk orang yang belum mendapatkan ikan bakar.

"Waduh, sorry ya. Gue tadi sempat gelap mata jadi gak lihat yang lain." Maaf Wardana.

Ia kemudian pergi kembali menaruh kedua ikan tersebut dan kembali sebagian saja dari ikan itu.

Sekarang semua orang sudah mendapatkan bagian mereka sendiri-sendiri, mereka makan dengan wajah yang ceria. Mereka tidak menyangka kalau bumbu yang diracik Wardana sangat enak.

"Wardana, ikan yang kamu racik sungguh enak. Bapak menyukainya." Puji Pak Guru. Pak Guru terlihat begitu lahap memakan ikan racikan Wardana.

"Itu tadi karena saya yang bakar, Pak. Jadi rasanya makin enak." Alfius menjawab. Wardana yang sedang bersedih hati langsung melempar sendal miliknya tepat mengenai wajah Alfius.

"Mampus lo, lain kali jangan aneh-aneh ya sayang. Wardana gak suka." Ujar Wardana tersenyum paksa.

"Iya deh, maaf ya yang." Jawab Alfius meminta maaf. Ia langsung tobat dan terdiam seribu bahasa.

Suasana hati Wardana malam ini begitu sedih, ia seperti tidak bernyawa. Wajahnya terlihat muram.

"Malam ini gue harus nahan lapar deh, makan ikan dikit doang kayak gini gak kenyang." Ujar Wardana dalam hati.

Ia terus memakan ikan tersebut walaupun terpaksa, tak apa sedikit, yang penting dia bisa makan. Ini adalah alasan utama Wardana bersedih.