Chapter 22 - 13 -A

Keyra tampak terdiam, mengenai semua ucapan yang dikatakan oleh Salsa memang tak sepenuhnya salah, bahkan lebih dari itu adalah, apa yang dikatakan oleh Salsa benar adanya, bagaimana tidak, dalam masalah ini, seberapa pun uang yang dia dapatkan, pada akhirnya yang akan rugi adalah dirinya sendiri. Terlebih ketika sebuah perjanjian itu mengatakan jika Fabian hanya menginginkan anak dari dirinya, setelah Keyra benar-benar hamil dan memberikan keturunan untuk Fabian, apakah Keyra benar-benar mampu untuk berpisah dengan buah hatinya? Keyra bahkan tidak bisa untuk memikirkan bahkan sampai di titik sejauh itu, hati Keyra tiba-tiba terasa sakit, bahkan rasanya untuk bernapas pun terasa begitu sesak, tak pernah terpikirkan sama sekali dalam hidupnya jika pada akhirnya dia akan berada di titik seperti ini, merasakan rasa sakit dan takut kehilangan bahkan pada sosok yang belum pernah hadir di dalam hidupnya. Lalu, jika nanti Keyra jatuh cinta dengan seorang lelaki, lantas apa yang akan dia perbuat?

Memikirkan hal itu, Keyra tampak tersenyum kecut. Jatuh cinta? Bahkan merasakannya pun Keyra tak pernah sama sekali, hatinya terasa sudah mati rasa untuk sekadar mengenal rasa yang mungkin dulu adalah sebuah rasa yang selalu merayapi mimpinya di setiap malam yang sunyi. Ketika dia mengetahui jika Keyra—saudari kembarnya memiliki kekasih, pergi berkencan dan selalu menceritakan banyak hal tentang bagaimana cinta itu benar-benar terasa sangat indah, dan hal tersebut kadang-kadang membuat Keyra iri dan berpikir, ya … mungkin suatu saat dia juga akan merasakan hal yang sama juga, jatuh cinta kepada seorang lelaki yang mencintainya juga, lantas keduanya bisa hidup bahagia bersamanya. Namun buktinya, cinta yang dimiliki oleh Keyra membawanya pada sebuah neraka yang tak berujung, kematian akhirnya telah merenggut nyawanya dengan sempurna, hanya karena satu kata cinta. Lantas apakah Keyra masih memikirkan jika cinta itu benar-benar ada? Dan apakah dia masih berharap jika hatinya bisa merasakannya? Keyra tidak senaif itu, setelah semua yang terjadi dia kini mulai paham dan sadar jika apa yang ayahnya ucapkan adalah benar, di dalam kehidupan ini, di dunia ini ada banyak hal yang jauh lebih penting dari pada cinta, dan ada banyak pengorbanan yang jauh lebih bermanfaat dari pada cinta, dan cinta pada akhirnya hanyalah luapan emosi yang egoistis yang tidak pernah memiliki dangkal dan nalar yang benar-benar nyata.