Berdiri di balkon kamarnya dengan angin yang menusuk kulit membuat Hanin tidak berdering. Wanita itu hanya bisa terdiam, menatap setiap tetes demi tetes air hujan yang masih turun ke bumi.
Berulang kali Hanin menghembuskan nafasnya panjang, wanita itu tidak tahu harus bersikap seperti apa. Sungguh penolakan yang dilakukan oleh Galang kepadanya membuat Hanin tahu, jika tidak akan pernah ada lagi perasaan untuk dirinya.
Jalan itu sudah tertutup dengan rapat, jalan yang seharusnya dia lewatin dipaksakan untuk tertutup. Karena sang pemilik jalan, lebih memilih orang lain dibandingkan dirinya yang pergi melalui tempat itu.
Setelah cukup lama di sana, Hanin masuk ke dalam kamarnya. Rasanya sangat banyak hal hari ini yang terjadi, membuat Hanin ingin merebahkan dirinya.
***
Di lain tempat, Galang bukannya kembali ke rumah sakit. Pria itu berhenti di tengah jalan. Perasaan nya mengambang, setelah mengucapkan semuanya di depan Hanin bukan perasaan legah yang ada tapi perasaan sesak.
Galang mencoba mengatur nafasnya, tapi tetap saja sesak di dalam dadanya itu tidak bisa dihindari.
"Ada apa dengan aku. Harusnya aku bisa tenang, tapi kenapa malahan jadi seperti ini," ujar Galang sembari menutup matanya. Mencoba untuk bersikap tenang tapi tetap saja tidak bisa, bayangan air mata yang mengalir dari sudut mata Hanin membuat Galang semakin bersalah.
Meskipun dibawa guyuran air hujan, tapi Malik masih bisa melihat bagaimana sang istri menangis.
Di jalankan nya mobil itu, lalu pergi menuju rumah sakit. Galang tidak mau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan lagi, sungguh kejadian ini benar benar membuat Galang tidak karuan, Galang rasanya ingin teriak sekuat tenaga.
Sesampainya di rumah sakit, Galang tidak sengaja bertemu dengan Yusuf adik sepupunya yang selalu membuat Galang kesal dan marah.
"Eh mas Malik. Gue kira lo, masih antar mbak Hanin," ujar Yusuf. Galang hanya menatap datar ke arah sepupunya itu. Keduanya tidak pernah akur, entah apa yang akan membuat mereka bisa akur nantinya.
"Ngapain kamu ke sini. Ini sudah malam," ucap Galang.
"Cie cie perhatian. Ha ha ha tapi Mas bukan gue yang harus nya lo tanya keadaannya."
Galang malas berbicara dengan Yusuf segera pergi dari sana meninggalkan sepupunya seorang diri. Sedangkan Yusuf hanya tertawa, melihat tingkah Malik yang sudah akan marah.
***
Pagi harinya, Hanin mencoba beranjak dari tempat tidurnya namun, kepala wanita itu sungguh sangat pusing tapi Hanin tidak bisa bersantai ria hari ini, dirinya harus pergi ke kantor.
Tiga hari yang lalu, Hanin baru saja mendapatkan pekerjaan baru dan dirinya akan meninggalkan semua aktivitasnya sebelumnya, dan hari ini Hanin sudah mulai masuk ke kantor.
Wanita itu tidak boleh, bersikap manja karena sejak dulu, dia selalu mandiri dalam segala hal. Hanin sengaja mencari pekerjaan selain mengurusi Cafenya, dirinya harus bisa berjuang sendirian dan dengan bekerja Hanin sedikit banyaknya, bisa melupakan Galang dan perasaannya.
Pukul 07.15 pagi ojek online yang dipesan oleh Hani sudah sampai di depan rumah. Segera Hanin naik ke atas motor, wanita itu lebih memilih untuk naik motor karena jam yang sudah hampir telat.
Tepat pukul 07.30 dirinya sampai di sebuah perusahaan terbaik di kota ini. Perusahan yang tak kalah hebat, dengan milik Galang dan keluarganya.
Jika ditanya kenapa dirinya lebih memilih bekerja tanpa bantuan siapa pun itu karena, Hanin sudah terbiasa melakukannya seorang diri.
"Terima kasih Pak," ucap Hanin.
Setelah itu Hanin sedikit merapikan dandannya dan mulai berjalan menuju resepsionis. Ternyata sudah ada beberapa orang yang sama seperti dirinya.
"Kamu anak baru juga kan? Devisi apa?" tanya orang tersebut. Hani segera memberitahukan tempatnya, dan ternyata semua orang di tempat itu sama dengannya mereka satu devisi.
"Kalian silakan pergi ke meja masing masing, di tempat ini sudah ada lebel nama kalian."
Semua orang yang terdiri 3 orang baru itu langsung menuju ke mejanya masing masing. Hanin begitu sangat semangat dengan pekerjaan baru ini.
***
"Kantin yok," ajak seorang wanita yang juga karyawan baru di sana. Hanin mengangkat kepalanya, lalu tersenyum. "Kalian aja, nih tanggung dikit lagi," jawab Hanin sembari menunjukkan kerjaannya.
Hari ini Hanin mendapatkan pekerjaan, yang cukup banyak meskipun hari pertama tapi dirinya sudah harus menyelesaikan beberapa hal.
"Nanti aja selesaikan. Kamu kelihatan pucat banget Nin," ujar Ucy. Sudah sejak tadi Hanin memang sedikit pusing, tapi dirinya masih berusaha untuk menahan karena tidak mungkin hari pertama kerja sudah izin pulang lebih cepat.
"Aku gak apa apa kok. Kalian buruan ke kantin, nanti jam makan siang habis," ucap Hanin. Ucy dan lainnya saling pandang, mereka memang baru kenal tapi Hanin memiliki pribadi yang sangat ramah. Melihat kebimbangan pada temannya itu, Hanin langsung mengatakan bahwa dia baik baik saja.
"Ya sudah nanti kita bawain bubur ya buat kamu," sahut Ola. Hani hanya menganggukkan kepala. Mereka bertiga pun, segera pergi meninggalkan Hanin di san seorang diri.
Kepala Hanin semakin pusing, wanita sudah tidak kuat lagi. Hingga akhirnya Hanin hampir saja terjatuh kalau tidak seseorang itu membantunya.
Semua orang histeri melihat hal itu, bagaimana tidak saat ini seorang pemilik perusahaan menggendong karyawannya apa lagi tatapan mata sang boss terlihat khawatir.
"Segera berikan penanganan kepada karyawan saya," ujar pria itu kepada dokter perusahaan yang ada di ruangan kesehatan.
Ucy, Olla dan Indra langsung menuju ruang kesehatan ketika mendengar Hanin jatuh pingsan. Ketiga orang itu terlihat panik, apalagi Ucy dan Olla.
"Kalian mau apa di sini?" tanya pria itu dengan dingin.
"Teman kami di dalam pak," jawab Indra.
"Satu orang saja. Yang lainnya pergi makan siang," ucap pria itu lalu pergi meninggalkan ruangan kesehatan.
Ketiganya masih menunggu, dokter memeriksa keadaan Hanin. Tak lama dokter tersebut, keluar dan memberitahu bagaimana keadaan Dita saat ini.
"Pasien demam tinggi, dan sepertinya asam lambungnya naik. Setelah pasien sadar, berikan obat dan makanan ini. Jika kalian butuh bantuan kembali, langsung hubungi saya," ucapnya lalu meninggalkan mereka di dalam sana.
"Cy, lo di sini jagain Hanin. Biar gue dan Indra ke ruangan, gak enak sama Mbak Jesi kalau kita di sini semua," ucap Olla. Keduanya setuju, Ucy menemani Hanun hingga sadar. Wanita itu terlihat takut dengan kondisi Dita saat ini yang belum juga sadar.
Tak lama akhirnya Hanin sadar dan hal itu membuat Ucy begitu lega dengan hal tersebut.
"Thanks ya Cy. Maaf jadi merepotkan kamu," ujar Hanin.
Saat ini Hanin di antar oleh Ucy sampai ke rumahnya, sebenarnya Hanin tidak enak pulang lebih cepat tapi karena Mbak Jesi sudah menyuruh dirinya untuk pulang dan akhirnya Hanin pun pulang bersama dengan Ucy.
"Gak masalah lo harus minum obat yang diberikan dokter tadi. Jangan hujan hujanan lagi, kayak anak kecil aja," ledek Ucy.
Hanin tersenyum, wanita itu lalu membuka pintu mobil milik Ucy dan keluar. Setelah itu mobil yang dikendarai oleh Ucy, melesat dengan sempurna meninggalkan area rumah Hanin.
Saat Hanin baru saja masuk ke dalam rumah, wanita itu dikejutkan dengan kedua orang yang sedang bermesraan di sofa ruang tamu.
Deg
##
Hayo siapa wkwk. Selamat membaca ya dan terima kasih.