"Hanin!!!"
Hani menoleh, tatapan matanya tajam. Wanita itu terdiam di tempatnya membeku dan tidak tahu harus bersikap seperti apa. Tiba-tiba perasaannya berubah menjadi gugup, ya seorang pria tampan memanggil namanya. Senyum di bibir Hanin terbit, begitu juga dengan pria tersebut.
"Kamu apa kabar?" tanyanya dengan berusaha menyentuh tangan Hanin.
"Baik," jawab Hanin dengan singkat.
"Kamu di sini sendirian? Ayo sama aku aja, nanti kamu nyasar lagi."
"Ish apaan sih Bay," gerutu Hanin kesal. Pria itu adalah Bayu, salah satu teman Hanin di masa kuliah pria yang dengan terang-terangan bersaing dengan semua orang untuk mendapatkan Hanin. Bayu bahkan sering mengancam beberapa orang yang mencoba mendekati Hanin, hanya karena pria itu tidak suka.
"Ayo!!" ajaknya. Hanin yang memang bosan berjalan sendirian akhirnya ikut pergi dengan Bayu, tak lupa wanita itu pergi ke kasir untuk membayar semuanya. Namun, lagi dan lagi sikap Bayu yang seperti suami kepada istri membuat dada Hanin berdenyut nyeri, bagaimana tidak seharusnya Bayu bersikap seperti itu, dan saat ini adalah waktunya bersama dengan sang suami namun, apa yang terjadi di luar ekspektasi mereka.
***
Banyak tempat wisata yang ternyata tidak dikunjungi oleh Hanin, untunglah dirinya bertemu dengan Bayu. Kalau tidak, Hanin pasti akan kecewa karena belum sempat mengunjungi beberapa tempat destinasi yang luar biasa tepat.
"Siniin kameranya. Biar aku fotoin kamu," ujar Bayu. Hani segera memberikan ponselnya, wanita itu benar benar menikmati kegiatannya yang sangat indah.
Keduanya menghabiskan waktunya bersama, dengan berjalan jalan. Bayu sejak dulu benar benar bisa membuat Hanin nyaman, dengan semua hal yang dirinya lakukan.
Hari semakin sore, Hanin dan Bayu menghabiskan waktu bersama.
"Kita mau ke mana lagi?" tanya Bayu.
"Aku tuh pengen, melihat menara eiffel di malam hari," ujar Hanin.
"Ya udah ayok. Kita lihat menara Eiffel, sekarang," jawab Bayu sembari menatap jam yang ada di tangannya.
"Hah? Serius, kamu bercanda. Kita udah pergi seharian loh Bay, dan sekarang kamu mau kita pergi lagi. Gimana sama kerjaan kamu," balas Hanin.
Bayu tersenyum, apa yang diucapkan oleh Hanin memang benar adanya. Dirinya mengaku bahwa dia ada pekerjaan, di sini tapi sejak tadi Bayu hanya menemani Hanun sepanjang hari.
"Pekerjaan aku bisa di kerjakan di hotel, jadi kamu tenang saja," jawab Bayu.
Hanin baru saja akan menjawab ucapan Bayu namun, Bayu segera mengajak Hanin untuk pergi dari tempat itu. Mau tidak mau Hanin akhirnya mengikuti kemana Bayu pergi mengajaknya.
***
Di lain tempat Galang sudah gelisah dengan keadaan sekarang, Galang sudah sejak tadi menghubungi sang istri namun, sejak tadi ponsel Hani tidak bisa di hubungi. Apalagi saat ini sudah sore dan Hanin belum juga pulang.
"Kamu kenapa sih sayang? Dari tadi, kenapa kayak gelisah gitu," ucap Wina, wanita itu sudah kesal dengan sikap Galang yang mengajaknya buru buru pergi dari tempat mereka tadi, lalu sampai ke apartemen malahan Galang sibuk dengan kegiatannya.
Galang tetap diam, pria itu sibuk mencari keberadaan Hanin, sungguh pria itu tidak tenang dengan keadaan saat ini.
Ting tong
Suara bel berbunyi, segera Galang membuka pintu apartemen nya, mata pria itu melotot dengan sangat tajam ketika melihat kehadiran Hanin, bukan seorang diri namun, bersama dengan seorang pria. Raut wajah Galang terlihat sangat kesal apalagi melihat Bayu menggandeng tangan Hanin.
"Dari mana?" tanya Galang dengan nada dingin.
"Oh iya Mas, tadi aku keliling di sini, soalnya kalau di rumah bosan. Makanya jalan jalan," jawab Hanin.
"Kenapa gak nunggu aku."
"Aku takut kalian lama. Makanya jalan duluan," jawab Hanin dengan tenang. Padahal sebenarnya Hanin sudah sangat deg degan di tanya oleh Galang seperti saat ini.
"Dia siapa?" tanya Galang lagi, dengan nada dinginnya.
"Ini Bayu teman aku Mas. Bay kenalin ini Mas Galang," ucap Hanin.
"Galang suami Hanin," ucapnya sembari menekan kata 'suami' Hanin terkejut dengan apa yang disampaikan oleh Galang.
Bukan hanya Hanin yang kaget, tapi Bayu juga. Pria itu tidak menyangka jika, wanita yang ada di sampingnya ternyata sudah menikah, dan kenapa Hanin tidak mengatakan hal tersebut.
Bayu lalu pamit dari tempat tersebut, pria itu sebenarnya ingin mendengar penjelasan dari Hanin namun, melihat kondisi seperti ini membuat Bayu mengurungkan niatnya. Hanin masuk ke dalam apartemennya dengan Galang masih menatap Hanin dengan tajam, melihat tatapan Galang seperti itu membuat Hanin hanya bisa menundukkan kepalanya. Gadis itu tidak berani, melihat ke arah Galang.
"Kamu harusnya ngomong kalau keluar. Apalagi ini negara orang. Kalau kamu nyasar yang susah, itu aku kamu tahu gimana nanti Mama atau Papa akan bersikap kalau terjadi sesuatu dengan kamu," ucap Galang dengan penuh penekanan.
Hanin hanya terdiam, gadis itu tidak tahu harus bersikap seperti apa. Hanin juga bingung harus bersikap seperti apa.
"Sudahlah sayang. Kenapa kamu harus bersikap seperti itu, biarkan lah dia mau kemana. Gak ada untungnya juga buat kita," sahut Wina.
Galang menatap ke arah Wina dengan tatapan dingin lalu berkata. "Tidak usah ikut campur, ini bukan urusan kamu," jawab Galang dengan nada dingin.
Mendengar ucapan Galang seperti itu membuat, Wina kesal wanita itu masuk ke dalam kamar dan membanting pintu, Wina tidak suka dengan sikap Galang yang seperti ini.
***
Suasana malam pun semakin canggung, Hanin hanya diam sedangkan Galang selalu menatap tajam. Wanita itu tidak mengerti dengan apa yang dilakukan oleh Galang. Apa sebegitu salahnya dirinya, sehingga suaminya harus bersikap seperti ini kepadanya. Helaan napas berat terdengar dengan sangat jelas.
Hanin lalu beranjak dari tempat duduknya, wanita itu menuju ke dapur. Saat ini tenggorokannya begitu kering. Melihat Hanin pergi ke dapur, barulah Galang menarik napasnya panjang, pria itu tidak menyukai hal yang sebelumnya terjadi.
Brak
Suara piring pecah, di dapur membuat Malik yang berada di ruang televisi segera berlari menuju dapur.
"Ada apa?" tanya Galang dengan nada khawatir.
"Maaf Mas. Aku tidak sengaja menjatuhkan nya," balas Hanin dengan rasa takut wanita itu sangat, takut jika Galang akan marah lagi dengan dirinya.
Galang segera mengambil tangan Hanin lalu di bawah nya ke arah wastafel, mencuci tangan Hanin dengan begitu lembut.
"Lain kali hati hati, kamu mikirin apa sih? Sampai piring bisa pecah seperti ini," ujar Galang. Pria itu lalu mengambil kotak obat, yang ada di dekat televisi dengan segera dirinya mengobati jari Hanin, yang terluka.
Keduanya sangat dekat, hal ini membuat jantung Hanin berdetak dengan sangat kencang.
"Kenapa? Deg degan?" ledek Galang. Mendengar hal itu, membuat Hanin terkejut suaminya itu benar benar bisa membuat dirinya bertingkah tidak karuan.
"Hah gak ada ya, apaan sih Mas," balas Hanin dengan wajahnya yang sudah memerah. Melihat Hanin yang sudah memerah membuat Galang, semakin gemas ingin menggodanya. Pria itu semakin semangat melempar godaan kepada sang istri.
Galang seolah lupa dengan kemarahannya dan kecemburuannya tadi, ketika berada sangat dekat dengan istrinya.
Keduanya tertawa bahagia, hingga membuat seseorang di balik pintu menggeram kesal. Siapa lagi kalau bukan, Wina wanita itu sangat kesal melihat kedekatan Galang dan Hanin seperti ini.
"Lihat saja, sebentar lagi tidak ada tawa bahagia di bibir kamu, saudaraku tersayang," ucap Wina dengan kesal.
###
Selamat membaca dan terima kasih.
Oh ya aku ada buku baru juga judul "Love After Agreement" kalau kalian mau mampir boleh ya.