Chereads / Imperfect Marriage / Chapter 19 - SELIMUT YANG SAMA

Chapter 19 - SELIMUT YANG SAMA

Galang tidak bisa tertidur, pria itu mencoba memutar badannya kekiri dan kekanan namun, tetap saja tidak mau terpejam. Galang juga mencoba memeluk Wina, tapi bukan kenyamanan yang dirasakan tapi ada perasaan hampa. Pria itu lalu memutuskan untuk berjalan keluar dari dalam kamarnya, teringat dengan Hanin yang tidur diluar.

Ada perasaan tidak nyaman dengan hal itu, tapi Galang tidak bisa berbuat apa-apa pria itu tidak mungkin membiarkan Wina tidur di luar.

Ceklek

Pintu kamar tersebut, dibuka dengan sangat pelan. Galang tidak mau membangunkan Wina, jika hal itu terjadi bisa gawat jika wanita sampai terbangun. Dengan langkah pelan dirinya keluar dari dalam sana, hal pertama yang dia lihat adalah Hanin yang masih terjaga dan sedang menatap ke arah televisi.

Entah apa yang membuat wanita itu masih membuka matany.

"Belum tidur?" tegur Galang. Hanin menoleh ke arah suara, wanita itu terkejut dengan apa yang dia lihat. Di sana ada Galang yang sedang berdiri, Hanin kira suaminya itu sudah tidur dengan kekasihnya di dalam sana. Mengingat hal itu, membuat hati Hanin merasakan sebuah hantaman yang begitu keras.

"Oh. Belum Mas, aku masih mau nonton ternyata di sini ada siaran Korea juga. Jadi nonton film dulu," ujar Hanin. Galang menganggukan kepalanya, pria itu lalu duduk di dekat sang iatri. Hal itu semakin membuat Hanin terkejut, apalagi pria itu juga mengambil cemilan yang sudah di siapkan oleh Hanin untuk menemani dirinya menonton.

Keduanya terdiam, menyaksikan film yang sedang berputar. Sesekali Hanin melirik ke arah Galang yang fokus dengan filmnya. Lidah Hanin keluh, wanita itu ingin menanyakan sesuatu tapi entah kenapa tidak mampu berkata-kata.

"Maaf."

Mendengar ucapan itu membuat Hanin bingung kenapa suaminya itu meminta maaf, Hanin lalu mulai mengubah posisinya supaya bisa menghadap ke arah Galang.

"Maaf untuk apa Mas? Emang kamu udah buat salah apa sama aku?" tanya Hanin. Terdengar helaan napas berat di bibir Galang, pria itu lalu menoleh ke arah istrinya.

"Maaf karena Wina datang membuat aku gak bisa menemani kamu jalan-jalan," ucap Galang. Mendengar hal itu membuat Hanin terdiam, wanita itu langsung menetralkan ekspresinya dan tersenyum. Hanin lalu mengatakan bahwa dirinya tidak masalah, dia juga tidak ingin pergi kemanapun. Mendengar ucapan itu membuat Galang merasa sangat bersyukur.

"Terima kasih. Kamu memang teman terbaikku," jawab Galang. Mendengar kata teman kembali membuat nyeri di hati Hanin dan semakin sakit, wanita itu berusaha untuk tetap tersenyum meskipun hatinya sudah menjerit tidak karuan.

***

Pagi harinya, Galanh merasakan tangan sedikit kebas. Pria itu segera membuka matanya hal pertama yang dia lihat adalah wajah cantik Hanin. Ya, saat ini keduanya ada di bawah selimut yang sama.

Dipandangi wajah Hanin sangat dekat, senyum tipis terukir di bibir Galang. Meskipun sedang tertidur seperti ini, kecantikan alami Hanin sangat terlihat. Wanita itu begitu anggun saat tidur, apalagi bibir milik Hanin yang selalu jadi candu buat Galang.

Dengan sangat pelan, Galang lalu menarik tangannya. Pria itu tidak ingin, ketika Wina bangun nanti melihat dirinya bersama dengan Hanin hal itu akan membuat wanita itu marah dan histeris. Galang sangat mengenal bagaimana sikap kekasihnya itu.

Tak lama dari Galang beranjak dari tempatnya, Hanin membuka matanya. Wanita itu langsung duduk dan minum air putih, sudah menjadi kebiasaan Hanin setiap pagi saat bangun dari tidurnya akan melakukan hal tersebut.

Setelah selesai Hanin, lalu langsung melipat kembali selimutnya dan mulai masuk ke dalam kamar mandi. Pagi ini dirinya akan membuat nasi goreng, makanan yang menjadi favorit dari sang suami.

"Segarnya," ujar Hanin.

Wanita itu segera masuk ke dalam dapur, menyiapkan beberapa bumbu untuk sarapan mereka nanti.

"Kamu udah bangun?" tegur Galang. Hanin lalu menoleh ke arah belakang, senyum terbit ketika melihat suaminya itu sudah terlihat rapi dengan baju kaos berwarna hitam.

"Iya Mas. Sebentar kamu mau dibuatkan apa?" tanya Hanin. Galang membalas dengan menggelengkan kepalanya.

"Gak usah. Saya mau jalan dengan Wina, jadi kamu gak perlu repot."

Mendengar ucapan tersebut membuat Hanin terdiam namun, secepat mungkin dirinya langsung merubah ekspresi wajahnya supaya sang suami tidak curiga.

"Oh gitu. Ya sudah pergi lah," ucap Hanin. Galang langsung memanggil Wina, keduanya pun keluar dari tempat tersebut. Hanin hanya mampu melihat keduanya pergi, tidak ada sedikitpun bagi Hanin untuk bisa mencegah kedua manusia yang baru saja keluar dari dalam apartemen.

Setelah keduanya keluar, setetes air mata Hanin menetes dengan cepat wanita itu langsung menghapusnya. Hani tidak mau terlihat lemah, wanita itu akan mencoba merebut kembali suaminya. Mau seperti apa hubungan mereka, saat ini hanya Hanin yang pantas untuk Galang. Karena status hubungan mereka yang sah.

"Aku gak akan pernah melepaskan kamu Mas. Kecuali kamu yang meminta aku pergi," ucap Hanin. Setelah itu, dirinya mulai memasak nasi goreng untuk dirinya seorang diri.

***

Siang harinya, Hanin tidak tahu harus pergi kemana. Mau masak, bahan bahan sudah tidak ada. Sehingga membuat Hanin harus pergi keluar apartemen tersebut. Dengan bermodalkan keberanian Hanin pergi dari sana, hal pertama yang dia lakukan ada mencari taksi untuk bisa membawanya ke supermarket.

Di depan lobby apartemen ternyata, banyak taksi. Hanin segera naik ke dalam mobil tersebut.

"Permisi Nona, kita akan kemana?" tanya supir tersebut.

"Minimarket terdekat dari sini saja Pak. Saya mau membeli beberapa kebutuhan saya," jawabnya. Supir taksi tersebut menganggukkan kepalanya, lalu menjalankan mobilnya.

Meskipun tidak selancar Galang, tapi Hanin juga sedikit mengerti. Sepanjang jalan menuju tempat tersebut, Hanin menatap keluar jendela. Pemandangan siang yang begitu indah di tempat tersebut, tiba-tiba ponsel Hanin bergetar menandakan ada sebuah notifikasi masuk.

Namun, pesan singkat itu diabaikan olehnya saat melihat dari jendela ponselnya notifikasi dari Wina yang mengunggah sesuatu.

Mata Hanin menatap ke arah postingan yang baru saja dia buka, di sana Wina dengan mudahnya mengecup pipi Galang dan mempostingnya ke akun media sosialnya.

Helaan napas berat terdengar jelas, wanita itu hanya bisa pasrah. Sungguh alangkah teganya Wina melakukan semua ini kepadanya, seorang saudara yang tega menyakiti saudaranya sendiri. Memikirkan hal itu, membuat Hanin hanya bisa bersabar.

***

Setibanya di minimarket, Hanin langsung mengambil keranjang belanja. Wanita itu akan membeli beberapa bahan, mereka hanya tinggal 2 hari lagi, dan itu artinya selama 2 hari ini Galang akan pergi bersama Wina dan dirinya hanya akan seorang diri.

Membayangkan hal itu saja, membuat Hanin marah dan kesal. Namun, mau bagaimana lagi, dirinya tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya bisa pasrah.

Satu demi satu lorong ia lewati, bahkan saat ini Hanin sudah berdiri di depan perdagingan. Hanun sangat suka membuat olahan dari daging, hal itu juga karena Galang juga menyukai hal tersebut.

Hanin banyak tahu, apa saja yang disukai oleh suaminya itu dari sang mama mertua dan juga adik iparnya, keduanya tidak pernah lupa untuk memberitahukan apa saja yang diinginkan atau tidak diinginkan oleh Galang.

Saat Hanin sedang mencari beberapa barang, tiba-tiba dari arah belakang, ada seseorang memanggil namanya.

"Hanin!!!"

Hanin menoleh, tatapan matanya tajam. Wanita itu terdiam di tempatnya membeku dan tidak tahu harus bersikap seperti apa.

##

Aku datang membawa bab baru. Selamat membaca yaaa.