Hanin pulang ke rumah dengan perasaan yang tidak baik, kejadian di restoran tadi siang membuat dirinya begitu terpukul, hampir saja Galang menampar dirinya hanya karena wanita lain. Tak lama Galang pulang ke rumah dengan emosi yang sudah ada di ubun ubun, pria itu keluar dari dalam mobil dengan tergesa gesa, Galang juga meneriaki nama Hanin terus menerus.
Hanin yang akan masuk ke dalam kamarnya kembali, berjalan menuju ke lantai bawah di mana saat ini, Galang sudah berada di depan pintu dengan ekspresi wajah yang begitu tidak bersahabat.
"Hanin!!!" teriaknya.
Galang langsung menatap ke arah Hanin, yang mendekat dan berjalan ke arahnya. Tanpa basa basi, Galang segera mendekat ke arah sang istri.
"Ada apa Mas?" tanya Hanin.
Galang menarik tangan istrinya itu membuat Dita menjerit kesakitan.
"Apa yang sudah kamu katakan kepada Papa. Sehingga dia marah kepadaku hah? Apa tidak cukup sudah membuat aku menderita, kamu mau apa wanita murahan," ucap Galang lalu mendorong tubuh Hanin, hingga dahi Hanin terbentur ke sudut meja.
Setelah itu Galang kembali, menarik rambut Hanin dengan begitu kencang membuat kepala Hanin pusing.
"Kamu memang mencari gara-gara dengan aku? Dasar wanita tidak tahu malu!!"
Plak
Plak
Dengan sangat tega, Galang menampar kedua pipi Hanin, dengan begitu keras. Pria itu tidka memikirkan bagaimana keadaan Hanin sekarang, hingga membuat sudut pipi Hanin mengeluarkan darah.
"Itu adalah hukuman untuk kamu yang sudah berani, menampar saya tadi siang!!! Ingat saya bisa memberikan SIKSAAN yang lebih lagi, dari pada ini. Jangan pernah bermain-main dengan saya," bentak Galang. Setelah melakukan hal tersebut, Galang langsung masuk ke dalam kamarnya, meninggalkan Hanin dengan perasaan yang sangat hancur.
Air matanya, mengalir dengan begitu deras. Rasanya Hanin ingin menyerah namun, lagi dan lagi hati nuraninya tetap memintanya untuk tetap berada di dekat sang suami.
***
Keesokan paginya, Hanin terbangun seperti biasa. Hanin lalu segera masuk ke dalam kamar mandi, tidak membutuhkan begitu banyak waktu, Hanin segera turun ke lantai bawah. Wanita cantik ini, seolah tidak peduli dengan kejadian sebelumnya, padahal semalaman Hanin menangis di dalam kamarnya.
Dirinya segera memasak untuk sarapan pagi mereka, sebenarnya Hanin tahu akan seperti apa jadinya semua masakannya namun, seolah tidak pernah lelah Hanin terus saja mencoba untuk mempersiapkan semuanya.
"Mari kita masak!!" gumam Hanin.
Gerakan gangan Hanin, begitu lincah dirinya melakukan semuanya dengan mudah, setelah memotong semua sayuran Hanin mulai membuat bumbu untuk tumisan dan menggoreng ayam. Waktu yang digunakan, jadi lebih singkat dan tepat.
"Selesai juga!!" Hanin segera menatap makanannya, dari arah tangga muncul Galang dengan kemeja berwarna biru dongker. Penampilan Galang memang begitu luar biasa, pria itu berjalan menuju ke pintu keluar.
Melihat hal tersebut, membuat Hanin segera mengejar suaminya.
"Mas … mas Galang, mau kemana? Aku udah masak!" ucap Hanin. Tangannya sudah mencapai tangan sang suami, Galang langsung melepaskan tangan Hanin dengan begitu kuat.
Galang semakin tidak peduli dengan perasaan istrinya apakah akan sedih ataupun tidak.
"Jangan pernah berani menyentuh aku!! Dan satu hal, aku tidak akan pernah Sudi memakan semua masakan dari wanita hina seperti kamu." Setelah mengatakan hal yang sangat menyakitkan, Galang segera meninggalkan Hanin. Pria itu segera masuk ke dalam mobil dan pergi meninggalkan rumah dengan kondisi kesal.
Jangan tanya kemana Galang di pagi hari ini, apalagi ini adalah hari weekend, pria itu pasti akan pergi menuju ke apartemen milik Wina, lebih memilih untuk menghabiskan waktunya bersama dengan wanitanya dan menyakiti hati sang istri. Mobil yang dikendarai oleh Galang, sudah sampai di parkiran apartemen, pria itu segera keluar dari dalam mobil dan menuju ke lift.
Seseorang yang tak jauh, dari mobilnya menatap bingung ke arah Galang yang tiba-tiba muncul di apartemen tersebut.
"Bukankah dia mempunyai rumah!!"
Namun, orang tersebut tidak mau ambil pusing. Dirinya segera masuk ke dalam mobilnya dan pergi meninggalkan area parkir. Meskipun rasa ingin tahunya begitu besar.
Ting!
Pintu lift terbuka dengan lebar, Galang segera melangkahkan kakinya menuju ke arah pintu unit apartemen milik Wina. Pria itu memasukan kodenya, setelah pintu terbuka Galang langsung masuk.
Suasana apartemen begitu sepi, pria itu langsung masuk ke dalam kamar Wina, terlihat kekasihnya tersebut sedang tertidur. Senyum di wajah Galang terbit dengan begitu indah, dengan langkah pelan Galang lalu mendekatkan dirinya ke ranjang Wina.
"Good morning," bisik Galang. Wina yang baru membuka matanya, terkejut akan kehadiran Galang di depannya saat ini. "Selamat pagi, Sayang," lanjut Galang. Sambil mendaratkan sebuah ciuman singkat di bibir Wina.
***
Di lain tempat Hanin baru saja pulang dari rumah tetangga yang ada di komplek ini. Wanita itu membagikan masakan yang dirinya masak tadi sebelumnya, bukan tanpa sebab Hanin melakukannya. Wanita itu tidak mau semua makanan tersebut, nantinya akan berakhir di kotak sampah.
Ketika Hanin baru saja sampai di depan rumah, handphonenya bergetar, dilihatnya foto sang suami yang berada di tempat tidur yang sama dengan saudaranya sendiri. Helaan napas kecewa, terdengar sangat jelas. Hanin segera menghapus chat tersebut, tidak mau berpikir terlalu dalam.
"Mungkin tidak sekarang," ucapnya. Hanin langsung masuk ke dalam kamarnya, sejak tadi kepalanya pusing.
Malam harinya, Hanin tidak memasak untuk suaminya itu. Wanita itu lebih memilih berada di dalam kamarnya, bahkan dirinya juga tidak menyambut kedatangan Galang seperti biasanya. Bukan karena dirinya tidak mau menjalankan tugasnya tapi, karena pusing di kepala Hanin, belum juga sembuh sejak tadi. Sehingga dirinya lebih banyak menghabiskan waktu di dalam kamar.
"Di mana wanita itu? Tumben tidak membuat kehebohan di sini," ucap Galang.
Galang mencari keberadaan Hanin di dapur namun, tetap sama wanita itu tidak ada lalu dirinya pun berjalan ke area cuci pakaian tapi tetap saja Hanin tidak ada di sana. Hal itu membuat Galang semakin bingung, karena tidak biasanya Hanin seperti sekarang. Wanita itu akan selalu heboh jika dirinya pulang.
Tiba-tiba pikiran Galang memikirkan sesuatu, pria itu lalu berjalan menuju ke lantai atas dimana kamar Hanin berada. Tanpa basa basi, Galang segera mendekat dan membuka pintu kamar tersebut.
Pintu kamar Hanin terbuka, hal pertama yang dilihat oleh Galang adalah seorang wanita yang sedang tertidur dengan selimut menutupi sebagian wajahnya. Galang berjalan mendekati tempat tidur Hanin, hingga akhirnya sampai di sisi tempat tidur istrinya itu.
Galang menatap sekeliling kamar ini, kamar yang tidak terlalu besar tapi tetap rapi ditata oleh sang istri. Wanita itu bisa mengatur semua barang-barangnya sehingga terlihat sangat rapi dan pas.
Pandangan mata Galang lalu beralih ke tempat tidur di liriknya wajah sang istri yang begitu indah hingga tanpa Galang sadari dirinya mengucapkan sebuah kata yang tidak pernah diucapkan sebelumnya.
"Cantik!" gumam Galang tanpa sadar. Pria itu masih menatap ke arah sang istri dengan begitu intens. Hingga Hanin sedikit bergerak membuat Galang segera memalingkan wajahnya.
"Bodoh. Ngapain juga menatap wajahnya," ucap Galang kesal. Galang pun segera keluar dari kamar Hanin dan masuk ke dalam kamarnya, sepertinya saat ini otaknya harus didinginkan supaya, masih bisa berpikir dengan baik lagi. Baru saja menatap Hanin sebentar sudah, membuat Galang tidak karuan.
Setelah Galang keluar dari dalam kamar, Hanin mencoba membuka matanya, wanita itu tadi seolah melihat sebuah bayangan suaminya berada di dalam kamar. Namun, Hanin kembali menyingkirkan pikiran tersebut. Tidak akan mungkin, suaminya itu berada di dalam kamarnya. Melihat dirinya saja, sang suami sudah rasanya tidak sudi apalagi jika masuk ke dalam kamarnya.
"Tapi apa mungkin itu tadi Mas Galang? Atau karena pusing yang sangat berat tadi membuat aku jadi membayangkannya. Astaga Hanin, kamu harusnya sadar. Udahlah mending aku tidur lagi," ucap Hanin kepada dirinya sendiri.
Wanita itu kembali, memejamkan matanya efek obat yang diminum Hanin sebelumnya membuat dirinya masih terasa ingin tidur. Hanin kembali merebahkan dirinya di atas tempat tidur mengistirahatkan semua pikiran yang ada.
###
Selamat membaca dan terima kasih.