Galang masuk ke dalam kamarnya, aroma kamar ini masih sama seperti terlahir kali dirinya tinggalkan namun, ada aroma yang sangat khas dan juga begitu nyaman membuat Galang langsung menyukainya.
Saat Galang akan merebahkan dirinya pintu kamar mandi terbuka dan aroma yang bikin khas itu kembali tercium. Kedua mata mereka saling bertemu satu dengan lainnya, bahkan Hanin terkejut dengan kehadiran sang suami.
Hanin baru saja membersihkan dirinya, wanita itu menggerutu karena lupa membawa pakaian ganti, sedangkan Hanin mengira jika suaminya tidak akan segera masuk. Dengan langkah pelan, Hanin langsung membuka lemari pakaian dan mengambil pakaian yang akan dirinya gunakan.
Namun, naasnya Hanin hampir saja terjatuh jika tidak Galang menangkapnya. Keduanya saling menatao satu dengan lainnya, hingga Galang mendorong tubuh istrinya.
"Kamu mau menggoda saya!!" Ucapan dingin itu, membuat raut wajah Hanin merah. Wanita itu tidak ingin berlama-lama berada di dekat Galang.
Hanin langsung masuk ke dalam kamar mandi, meninggalkan Galang yang kesal akibat perbuatan Hanin. Bagaimana tidak kesal, aroma tubuh Hanin begitu harum membuat Galang candu akan aroma tersebut.
"Gila!!! Kenapa gue jadi gini," umpat Galang kesal.
***
Di lain tempat, Wina saudara tiri Hanin sedang duduk di sebuah restoran dengan seorang pria. Keduanya asyik bercerita dan tertawa bersama hingga tidak menyadari jika ada orang lain yang merekam kedekatan tersebut.
"Kamu masih jalan dengan Galang?" tanyanya. Wina segera menganggukkan kepalanya sambil memakan makanan yang sengaja mereka pesan.
"Gimana dengan Hanin? Kamu tahu kan kalau mereka sudah menjadi suami dan istri?" tanyanya kembali.
"Gue tahu. Cuma gue gak akan pernah tinggal diam, dia selalu mengambil apa yang gue pengen. Jadi gue akan rebut kembali Mas Galang," jawab Hanin dengan enteng. Pria yang ada di depannya hanya bisa menggelengkan kepalanya, Hanin memang terkenal dengan ambisinya.
Wina akan melakukan apa saja untuk bisa mendapatkan semua hal. Pria itu kembali memperingati Wina untuk tidak merusak hubungan Hanin dan Galang namun, Wina terlalu keras kepala untuk bisa menerima setiap kata yang terucap. Wanita itu, bahkan tidak pernah mau diberitahu.
"Aku udah peringati kamu. Jangan bermain api, nanti kamu jadi ikut terbakar," ucapnya.
"Joe. Lo teman gue, kan. Jadi gue harap loe juga bisa dukung gue, Mas Galang bertemu dengan gue duluan. Tapi karena perjodohan konyol itu, gue dan dia gak bisa bersatu. Jadi gak ada salahnya, kan kalau gue merebut apa yang jadi hak gue," jawab Wina.
Jonathan pria itu adalah teman Wina sejak SMA, pria yang bekerja di bidang properti itu selalu menjadi teman curhat Wina dalam segala hal. Itulah ketika Wina mengatakan bahwa dirinya masih berhubungan dengan Galang, bahkan sudah keluar dari rumah kedua orang tuanya demi bisa menjalin hubungan bersama Galang membuat Joe kecewa.
Pria itu berulang kali memperingati Wina namun, tetap saja Wina tidak mau mendengarkan setiap ucapan orang lain.
"Tuhan punya rencana Win. Kalau kalian berjodoh, sekuat apapun orang yang membuatnya menjauh, pasti akan mendekat. Begitu juga dengan hubungan Hanin dan Galang, kalau mereka ternyata ditakdirkan bersama bagaimana? Kamu bisa apa," ucap Joe.
Mendengar ucapan yang sahabatnya itu membuat Wina terdiam, menatap Joe dengan tatap kesal dan marah.
"Gue pulang!!" ucap Wina sembari beranjak dari duduknya. Namun, Joe langsung mencegahnya, pria itu mengerti sikap Wina seperti ini. Joe akhirnya mengalah pria itu menghela napasnya berat, dan mengantar Wina untuk pulang.
Sebagai seorang pria, tidak mungkin Jonathan membiarkan Wina pulang seorang diri di tengah malam seperti saat ini.
"Aku antar," ucapnya. Namun, Wina tetap diam wanita itu tidak mengucapkan sepatah katapun. Wina hanya mengikuti kemana Joe membawanya.
Selama di dalam perjalanan, tidak ada sedikit pun kata yang diucapkan oleh Wina. Joe sesekali melirik ke arah sahabatnya itu helaan napas berat terdengar sangat jelas. Tidak membutuhkan banyak waktu, dua puluh menit berlalu. Wina dan Joe sudah sampai di depan lobby apartemen milik Wina.
Joe lalu menatap ke arah Wina, yang masih berdiam diri. "Maaf kalau ucapan aku membuat kamu marah. Aku cuma gak mau kamu kecewa," ucap Joe tulus. Mendengar hal itu Wina lalu segera menoleh dan menatap ke arahnya, senyum tipis tercetak dengan sangat jelas. Wina lalu menganggukkan kepalanya, saat Wina akan keluar tangannya di cekal oleh Joe.
Keduanya saling berhadapan hingga, bibir Joe mendarat dengan mulus di bibir Wina. Keduanya saling melumat, Joe dan Wina sering melakukannya sentuhan seperti ini sudah menjadi hal biasa bagi keduanya.
"Maaf," ucap Joe kembali.
"Gak masalah. Bahkan kita sudah sering melakukannya, kamu semakin berani sekarang," balas Wina. Keduanya tersenyum, dan kembali menyatu kedua bibirnya. Tangan Jonathan sudah memegang tengkuk Wina menahan penyatuan mereka.
Keduanya memang bersahabat namun, selain bersahabat ada hal lain yang sering kedua lakukan. Bahkan setiap kesempatan, keduanya pasti akan saling memuaskan.
***
Berbeda dengan kedua orang tersebut, saat ini Hanin sulit memejamkan matanya. Hal itu dikarenakan ada Galang di sampingnya, membuat jantung Hanin rasanya akan lepas. Ini adalah pengalam pertama bagi keduanya untuk tidur dalam satu kasur.
Ada getaran berbeda di hati keduanya, Galang merasa sesuatu hal yang mengganjal begitu juga dengan Hanin.
"Kamu bisa diam gak sih," ucap Galang. Hanin yang mendengar hal itu membalik badannya ternyata suaminya itu belum juga tertidur. Hanin menggigit bibir bawahnya hingga pemandangan itu membuat Galang menelan liurnya.
"Mas Galang kenapa belum tidur?" tanya Hanin. Suara itu membuat Galang tersadar, pria lalu memalingkan kepalanya. Dan mulai menarik napas, baru beberapa menit Hanin ada di dekatnya tapi dirinya sudah hampir kehilangan kontrol.
"Gak bisa tidur ada orang di samping," ucap Galang seadanya. Mendengar ucapan tersebut membuat Hanin tertegun, hingga akhirnya beberapa detik kemudian Hanin mencoba beranjak dari tidurnya wanita itu mengambil bantal dan mulai berjalan ke arah sofa. Melihat hal itu membuat Galang bingung.
"Kamu mau kemana?" tanya Galang yang sudah duduk di atas tempat tidur.
"Aku di sini aja Mas. Kasihan Mas Galang terganggu jadi gak bisa tidur, karena aku disana. Jadi mendingan aku tidur di sofa aja," jawab Hanin.
Nyut
Nyeri di hati Galang, ketika mendengar ucapan itu. Pria itu jadi salah tingkah di buat Hanin, Galang tidak akan mungkin membiarkan istrinya itu tidur di sofa. Apa lagi jika sang Mama atau adiknya tahu mengenai hal itu bisa saja, dirinya akan di sidang oleh mereka.
"Gak usah kamu di sini. Jangan tidur di sana," ucap Galang.
"Ta-tapi Mas ...,"
"Udah cepatan tidur di sini. Sekarang, saya gak mau kamu tidur di sana," potong Galang.
Mendengar ucapan itu membuat hati Hanin berseri, Galang bisa saja membuat perasaan Hanin terbang ke langit ketujuh. Namun, pergerakan Hanin terhenti ketika, mendengar kelanjutan ucapan dari suaminya itu.
"Aku gak mau tiba-tiba Mira masuk ke dalam kamar, dan melihat kamu di sana. Bisa-bisa aku dimarahi, dan membuat hariku kesal. Jadi sebelum Mira marah mending kamu kembali ke atas kasur, sekarang!!" lanjut Galang.
Rasanya Hanin ingin menolak permintaan sang suami namun, tidak bisa apa yang diucapkan oleh Galang memang benar, Hanin kembali menuju kasur dan tidur membelakangi sang suami. Meskipun rasanya saat ini, hatinya kembali hancur dengan apa yang dilakukan oleh suaminya namun, Hanin hanya bisa diam dengan air mata yang mengalir.
###
Selamat membaca dan terima kasih.