Gelapnya malam sudah tergantikan dengan terangnya langit, suara burung-burung berkicau terdengar sangat jelas. Meskipun gelap sudah berganti terang, suasana yang dingin membuat siapa saja akan terus berada di alam mimpinya.
Sama seperti Galang dan Hanin, keduanya masih tertidur dengan sangat lelap. Tidur dengan saling berpelukan di cuaca dingin dan hujan seperti saat ini, keduanya tidak sadar dengan apa yang mereka lakukan.
Hingga Galang merasakan berat di tangannya, mencoba membuka matanya. Pria itu terdiam, menatap sosok wanita cantik yang ada di depannya. Mata yang indah, lalu bibir yang tipis, bibir itu berhasil membuat fokus Galang terganggu.
Rasa kebas di tangannya seketika menghilang ketika melihat apa penyebabnya. Galang memandangi istrinya itu dengan intens, hingga tanpa sadar sudut bibir Galang sedikit terangkat.
"Cantik!!" gumamnya, Galang lalu terdiam hingga akhirnya dia tersadar dengan apa yang sudah diucapkannya sebelumnya. Segera Galang beranjak dari tempat tidur tersebut, sebelumnya Galang menggantikan tangannya dengan guling, supaya istrinya itu tetap nyaman dalam tidurnya.
Galang beranjak dari tempat tidurnya, jika dirinya berlama lama di sana tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Pria itu masuk ke dalam kamar mandi, menyiram diri dengan air dingin supaya bisa membuat otak Galang yang saat ini sangat liar menjadi lebih baik.
***
Suasana dapur sangat berbeda, bagaimana tidak pagi ini Anita datang sangat pagi bahkan wanita itu sudah memasak sarapan pagi dengan sangat mewah, Hanin yang tadi bangun siang jadi tidak enak dengan sang mertua.
"Maafin Hanin ya, Ma. Maaf karena Hanin, bangun siang jadi ngerepotin Mama," ucap Hanin dengan nada menyesal. Bagaimana tidak dirinya bangun ketika semuanya sudah siap. Hanin juga kesal dengan sang suami yang dengan sengaja tidak membangunkannya.
Anita tersenyum, dengan sangat lebar wanita itu mengerti dengan apa yang terjadi. "Gak masalah kok. Mama juga pernah muda, jadi santai aja," jawab Anita. Mendengar hal itu semakin membuat Hanin tidak enak, wanita itu segera membantu sang Mama mertua membawa makanan yang sudah dimasak untuk ditata ke atas meja makan.
Di sana sudah ada Anggoro dan juga Galang keduanya sibuk dengan handphone masing masing.
"Mama buatin sup ikan buat kamu," ujar Anita.
"Makasih Ma."
Wanita paruh baya itu, menganggukkan kepalanya. Lalu berjalan ke arah meja di depannya tak lupa kopi yang sudah disiapkan untuk sang suami sudah siap.
"Mira mana?" tanya Anggoro
"I am here," jawabnya dengan raut wajah bahagia. Semuanya sudah berada di meja makan, sarapan pagi ini sangat nikmat bukan hanya karena makanan yang luar biasa tapi juga karena kebersamaan yang selama ini tidak bisa Hanin rasakan. Dirinya juga tidak menyangka jika kedua mertuanya, akan datang kembali pagi-pagi seperti sekarang.
Hanin sesekali melirik interaksi antara Papa mertuanya dengan Mira yang begitu hangat berbeda dengannya yang selalu diabaikan. Rasa nyeri di hati Hanin saat mengingat hal itu, andai Ayahnya bisa bersikap lebih adil mungkin saat ini Hanin tidak merasakan nyeri yang begitu sakit. Dirinya bisa, merasakan bagaimana hangatnya dekapan dari seolah ayah..
"Mama dan Papa akan pergi ke Lombok besok. Jadi besok pagi, Papa harap kamu meluangkan waktu untuk mengantar kami ke bandara, karena kami akan berangkat dari sini," ucap Anggoro di sela sela makannya.
Galang menatap ke arah Papanya itu, dahinya berkerut dengan pernyataan yang diucapkan sang Ayah. "Jadi Papa dan Mama akan menginap di sini?" tanya Galang. Mendengar pertanyaan itu membuat Anita tertawa, anaknya itu sungguh berubah sejak menikah.
"Iya. Kenapa? Tenang Papa dan Mama gak akan ganggu kalian kok," ledek Anggoro. Galang hanya menghela napasnya berat, sedangkan Dita sudah menundukkan kepalanya, saat ini mungkin pipinya sudah berubah menjadi merah karena ucapan yang dilontarkan oleh sang mertua.
***
Sore harinya, mereka berlima diajak oleh Anggoro untuk makan malam diluar, karena kedua mertuanya itu akan pergi ke Lombok makanya malam ini mereka akan pergi bersama.
Papa dan Mama Galang sudah pergi lebih dulu menuju restoran sedangkan saat ini Galang dan juga Mira sedang menunggu Hanin yang sedang berdandan. Sejak tadi, Galang sudah gelisah karena istrinya itu sangat lama berada di dalam kamar mandi membuat dirinya begitu kesal karena sudah lama menunggu.
"Gue ke atas dulu," ucapnya kepada sang adik. Yang hanya dibalas dengan anggukkan kepala. Galang lalu melangkahkan kakinya dengan cepat masuk ke dalam kamar, ketika di depan pintu Galang dapat melihat Hanin kesulitan menarik kancing yang ada di belakang.
Tanpa Galang sadar, pria itu berjalan mendekati sang istri berjalan menuju tempat Hanin lalu membantunya untuk menaikan kancing bajunya, tubuh Hanin menegang ketika merasakan sentuhan yang diberikan oleh Galang.
Hanin hanya bisa menahan napasnya, sedangkan Galang seolah dihipnotis dengan pesona punggung indah milik sang istri. Pria itu melakukannya dengan, pelan sehingga membuat Hanin menutup mata.
"Ayo. Mama dan Papa sudah menunggu lama," ucap Galang dengan nada dingin. Seketika Hanin langsung membuka matanya, melirik ke arah pintu dimana suaminya sudah melangkahkan kakinya di sana.
***
Tiga puluh menit mereka berada di jalan, dan sekarang mereka bertiga sudah sampai di sebuah restoran mewah dan berbintang, segera Galang tak pernah lupa untuk menggendong sang istri untuk masuk ke dalam.
Jantung Hanin rasanya sudah tidak karuan wanita itu menjadi salah tingkah, apa lagi ketika Galang membantunya tadi semakin membuat Hanin tidak karuan.
"Akhirnya kalian sampai. Mama udah nunggu kalian dari tadi," ucap Anita.
"Mas Galang sama Hanin lama Ma," adu Mira. Mendengar ucapan itu membuat Galang menatap tajam ke arah adiknya.
"Sudah ... sudah, sini duduk makanannya semua sudah Papa pesan," ucap Anggoro.
Kelimanya makan dengan sangat lahap, tak lupa perhatian Anita kepada menantu kesayangan itu. Wanita paruh baya itu memperlakukan Hanin dengan penuh kasih sayang, tidak membedakan kasih sayangnya dengan Mira atau Galang.
Tidak ada perbincangan serius, Hanin hanya menjadi pendengar setia saja. Wanita itu jadi tahu, jika papa mertuanya dan sang suami ternyata bisa saling berbicara meskipun hanya soal bisnis yang keduanya bahas.
"Besok Papa dan Mama pergi ke Lombok, untuk menyelesaikan urusan bisnis di sana. Papa harap kamu bisa jaga Mira, karena adik kamu ini akan tinggal bersama kalian," ucap Anggoro. Mendengar hal itu membuat Galang melotot tajam, adiknya itu akan tinggal bersama dengan mereka itu artinya dia dan Hanin akan tidur dalam satu kamar dalam waktu lama.
Rasanya saat ini Galang ingin menjerit namun, tidak bisa. "Kenapa ini curut harus tinggal sama aku sih, kan bisa di rumah sendirian," celetuk Galang dengan tidak sukanya.
"Mama gak percaya kalau Mira akan tinggal sendiri. Kamu gak keberatan kan sayang," ucap Anita menatap ke arah sang menantu. Wanita itu hanya menganggukkan kepalanya, tidak tahu harus bersikap seperti apa.
"Tapi Ma ...,"
"Gak ada tapi-tapian. Oh ya, ini Mama dan Papa ada sesuatu buat kalian, semoga kalian suka."
Wanita paruh baya, itu segera memberikan sebuah amplop putih panjang kepada Hanin dan juga Galang.
"Apa itu?" tanya Galang.
"Bukalah. Ini hadiah untuk kalian," jawab Anggoro
Galang segera meraih amplop tersebut, dan mengeluarkan isi yang ada di dalam sana. Mata pria itu melotot tajam, ketika melihat apa isi yang ada di dalam sana. Galang dan Hanin saling menatap lalu melirik ke arah kedua orang tuanya.
"Itu tiket ke liburan ke Paris. Mama dan Papa sengaja kasih itu untuk kalian, supaya bisa menikmati waktu liburan berdua. Mama harap kalian tidak menolak ya, dan jangan ada drama lagi. Cukup pemberian pertama kamu menolaknya Galang. Jangan kamu pikir mama bisa menerima hal itu," ucap Aniya.
Hanin hanya bisa diam, tidak tahu harus bersikap seperti apa. Dirinya hanya akan mengikuti keinginan dari sang suami saja. Sedangkan Galang hanya bisa pasrah dengan apa yang sudah diberikan oleh kedua orang tuanya.
Dirinya tidak mungkin, kembali menolak pemberian mama dan papanya apalagi Anita tahu, bahwa alasan sebelumnya karena Galang menolak.
###
Selamat membaca dan terima kasih.