Sesuai dengan perintah Anita dan Anggoro. Keduanya pergi menuju Paris, Galang benar-benar tidak menyukai hal ini, namun tidak ada pilihan lain selain dirinya harus bisa menjalankan hal ini, karena Galang sangat tahu bagaimana orang-orang suruhan kedua orang tuanya bertugas.
Sejujurnya Galang lebih memilih untuk bisa pergi bersama dengan Wina, dibandingkan harus pergi bersama dengan wanita yang membuat kehidupannya hancur.
Tapi mau bagaimana lagi, dirinya tidak mungkin kembali membuat sang mama kecewa dengan apa yang terjadi. Sebelum berangkat, Galang sudah lebih dulu meminta izin kepada Wina sang kekasih untuk pergi. Meskipun wanita itu marah dan menolak kepergian mereka tapi akhirnya Wina setuju karena Galang berjanji setelah keduanya pergi, dirinya akan mengajak Wina liburan bersama.
"Pesawat kita delay," ujar Galang. Hanin yang duduk sambil membaca novel favoritnya mengangkat kepala dan menatap ke arah sang suami. Wanita itu hanya menganggukkan kepalanya, Galang kembali duduk di samping istrinya, keduanya lalu menunggu keberangkatan pesawat mereka.
Detik menjadi menit, menit menjadi jam hingga akhirnya dua jam kemudian pesawat yang akan membawa mereka ke kota romantis itu segera berangkat. Business class yang dipilih oleh Anita sebagai tempat yang pas supaya bisa, membuat keduanya nyaman berada di sana.
Hani langsung menatap tempat duduknya, selama hampir lima belas jam di dalam pesawat akan membuat dirinya bosan itu lah kenapa Hanin sengaja membawa beberapa novel untuk menemani waktunya meskipun sedikit membuatnya kesusahan, karena wanita itu yakin suaminya tidak akan mengajak berbicara dan tebakan itu benar adanya.
"Aku bisa bosan kalau cara Mas Galang seperti ini," gumam Hanin di dalam hati.
Galang sibuk dengan dunianya sendiri, begitu juga dengan Hanin. Keduanya hanya menjadi dua orang yang pergi ke tempat yang sama. Tapi seperti orang yang tidak saling mengenal, karena aktivitas yang keduanya lakukan.
***
Pagi hari yang sangat indah, Hanun terbangun dari tidurnya semalam mereka berdua sampai sangat larut sehingga setelah sampai di sebuah apartemen yang sudah disiapkan oleh sang mertua. Hanin dan Galang langsung mengistirahatkan diri mereka masing-masing.
Saat membuka mata, hal pertama yang wanita itu lihat adalah suaminya masih tertidur dengan sangat nyenyak, bulu mata Galang yang begitu lentik menambah kesan indah, Hanin tersenyum menatap sang suami dengan jarak dekat seperti ini tidak pernah terbayangkan olehnya, melihat Galang seperti ini begitu damai bagi Hanin.
"Sudah selesai memandangi wajah tampan saya," ucap Galang. Mendengar hal itu membuat Hanin menutup matanya, sedangkan Galang yang ternyata sudah terbangun sejak tadi hanya tersenyum melihat tingkah laku wanita yang ada di sampingnya ini sungguh luar biasa.
"Gak usah pura-pura tidur. Saya sudah tahu kamu dari tadi senyum senyum sambil melihat ke arah saya. Jadi gak usah gitu, saya tahu kalau wajah saya tampan dan menawan," ujar Galang dengan pedenya. Mendengar hal itu membuat Hanin memasang wajah cemberutnya, wanita itu berusaha untuk memendam perasaan tidak nyaman, jantungnya berdetak sangat kencang dan hal itu membuat Hanin takut jika Galang bisa mendengarnya.
"Mas Galang mau kemana?" tanya Hanin. Galang mengerutkan dahinya, pria itu bingung dengan sikap Hanin seperti saat ini. "Saya mau ke kamar mandi, ini sudah sangat siang, memang kamu pikir ini masih pagi, dan lagi pula saya sangat lapar emang kamu gak lapar," ucap Galang lalu berjalan ke arah kamar mandi. Keduanya sudah tidak canggung lagi saat bangun dari tidur di ranjang yang sama. Hal itu karen adik Galang, Mira yang sering menginap di rumah mereka sehingga membuat Galang dan Hanin harus tidur dalam satu kamar. Sehingga intensitas keduanya cukup dekat, membuat mereka sedikit lebih terbiasa.
Tiga puluh lima menit kemudian, keduanya keluar dari apartemen. Galang sudah menghubungi orang yang disewa oleh kedua orang tuanya untuk menjadi tour guide mereka. Hani berdecak kagum, ketika dengan pasifnya Galang berbicara dengan mereka penduduk lokal menggunakan bahasa Perancis.
"Mas Galang jago banget sih," puji Hanin. Mendapatkan pujian itu hanya membuat Galang tersenyum tipis, nyaris orang-orang tidak tahu jika Galang sedang tersenyum.
"Biasa aja," jawab Galang seadanya.
"Ish, aku serius loh. Mas Galang keren banget, oh ya kita mau ke mana Mas?" tanya Hanin. Galang hanya mengangkat bahunya, Hanin mencoba meminta Galang untuk menanyakan kepada supir tersebut namun, Galang tidak mau hingga akhirnya Galang pun mengikuti ucapan dari istrinya itu karena sudah bosan mendengar suara Hanin yang sangat cerewet.
Satu hal yang baru diketahui oleh Galang saat ini adalah, Hanin yang dirinya kira orang yang sangat pendiam tapi ternyata tidak. Hanin adalah orang yang sangat ramai. Galang sampai sangat pusing sendiri dengan tingkah laku Hanin yang tidak henti-hentinya berbicara, Galang yang mendengarnya saja bosan. Apalagi Hanin yang berbicara.
"Mas Galang pernah nonton film Samuel Rizal? Filmnya keren banget loh Mas, romantis banget aku kalau nonton pengen banget punya suami seperti dia."
"Ya udah sana, nikah sama sih Samuel Samuel itu," ucap Galang kesal. Setiap kali Hanin membahas pria lain maka, Galang akan mulai tidak suka.
"Ih, mana bisa Mas. Kan aku nikahnya sama kamu, dan gak akan mungkin juga orang dia artis sedangkan hanya wanita biasa saja, kan bukan siapa-siapa," ucap Hanin.
Galang tidak mendengarkan ucapan dari istrinya itu pria diam menikmati jalanan kota Paris yang begitu indah, sedangkan Hanin yang tidak ditanggapi oleh sang suami langsung seketika diam, sesekali Galang melirik istrinya itu senyum manis itu terbit di sana.
***
Setelah cukup lama berjalan akhirnya, keduanya sampai di sebuah restoran Galang memang meminta supirnya untuk membawa keduanya makan di restoran Asia. Galang hanya takut jika Hanin, tidak terbiasa makan makanan luar.
"Di sini, ada juga yang jual soto ayam Mas?" tanya Hanin, dengan keheranan. Sedangkan Galang hanya menganggukkan kepalanya, keduanya mulai memesan makanan dan menikmati sarapan pagi yang sudah kesiangan.
Galang dan Hanin bangun dari tidurnya qsekitar pukul 10.00 pagi waktu Paris dan itu bukan lagi, waktu yang tepat untuk sarapan. Hanin lalu memesan beberapa makanan, wanita itu sangat lapar.
"Makan aja belepotan udah kayak anak kecil tahu gak," ucap Galang sembari membersihkan mulut Hanin. Hal itu cukup membuat jantung Hanin berdetak sangat kencang, wanita itu menjadi grogi akan sentuhan yang diberikan oleh suaminya.
Sedangkan Galang hanya menatap istrinya itu dengan datar, tidak ada maksud dan tujuan lain. Galang hanya gemas dengan tingkah laku istrinya itu yang sering kali membuatnya tertawa, setelah selesai dengan makannya keduanya kembali ke apartemen mereka.
Karena kondisi yang masih lelah membuat Galang memutuskan untuk kembali, padahal Haninsudah mengajak sang suami untuk berjalan-jalan tapi suaminya itu tetap ingin pulang. Hanin hanya bisa menghela napasnya pelan, percuma berdebat dengan pria dingin seperti Galang, karena dirinya pasti akan kalah karena Hanin tidak bisa bahasa Perancis dan hal itu sangat sulit untuknya bisa berkomunikasi. Jika dirinya memilih untuk pergi sendirian.
Rasanya Hanin sangat kesal, kenapa saat ada pelajaran bahasa asing dirinya tidak mengambil. Malahan lebih memilih berada di perpustakaan.
Sesampainya di apartemen, Hani masuk ke dalam kamar wanita itu segera berganti pakaian sedangkan Galang pergi ke balkon. Selesai berganti pakaian, Hanin inisiatif membuatkan kopi untuk sang suami namun, baru saja melangkahkan kakinya ke arah balkon, langkahnya terhenti ketika mendengar ucapan dari sang suami.
"Iya Sayang. Aku juga rindu kamu, nanti setelah selesai kita liburan bersama," ucap Galang lembut. Mendengar ucapan itu membuat sudut hati Hanin nyeri, dengan Wina, selalu saja Galang bisa berkata dengan sangat lembut tapi kenapa dengan dirinya sering datar.
"Iya ... iya, aku juga sayang kamu. Baik-baik di sana Sayang, love you," balas Galang.
Pria itu lalu segera menutup sambungan telepon tersebut, Galang lalu langsung berbalik namun, dirinya begitu kaget ketika melihat Hanin di sana. Hal yang semakin membuat Galang bingung adalah wanita itu memamerkan senyum indah di bibirnya.
"Kamu ngapain?" tanya Galang dengan nada datarnya seperti biasa, Galang selalu hanya menjadi orang lain jika bersama dengan Hanin dan akan selalu hangat jika ada di dekat dengan Wina.
"Aku mau buatkan kamu kopi, cuman kalau kamu nggak suka juga nggak apa-apa kok, Mas." Mendengar hal itu membuat Galang merasa ada sesuatu yang tidak nyaman, apalagi melihat senyum di wajah istrinya yang begitu berbeda.
##
Selamat membaca dan terima kasih.