Dengan begitu banyak alasan yang diberikan oleh Galang, membuat keduanya batal pergi berbulan madu, untunglah alasan yang Galang berikan membuat Anita percaya jika tidak, entahlah Hanin tidak mengerti dengan suaminya tersebut.
Usia pernikahan mereka berdua sudah berjalan selama 2 bulan. Hingga saat ini tidak ada interaksi berlebih, diantara mereka bahkan lebih terkesan cuek dan masa bodoh. Galang sibuk akan dunianya, begitu juga dengan Hanin
Bahkan saat ini keduanya untuk bertemu saja sangat jarang, Galang akan berangkat pagi-pagi sekali dan pulang ketika Hanin sudah tidur. Wanita itu terkadang lelah menunggu suaminya, makan malam yang disiapkan oleh Hanin pun tak pernah disentuh oleh pria itu.
Pagi ini Hanin berusaha bangun sangat pagi, dirinya juga memutuskan untuk tidak masuk kerja dulu, demi bisa bertemu dengan suaminya. Namun, keinginan itu hanya sia-sia saat wanita itu mencoba mengetuk pintu kamar suaminya di dalam sana ternyata sudah tidak ada lagi sang suami.
Helaan napas kecewa terdengar jelas, raut wajah Hanin juga berubah wanita itu keluar dari sana pergi meninggalkan kamar.
"Kemana Mas Galang sepagi ini? Apa dia tidak pulang?" ucap Hanin dengan nada khawatir. Wanita itu lalu mencoba pergi ke dapur, memasakan makanan untuk suaminya. Setidaknya jika Galang tidak sempat sarapan, dia bisa mengantar makanan ke kantor.
Hanin akan pergi ke kantor sang suami, dirinya ingin bertemu dengan Galang, hal itu dilakukan oleh Hanin demi keutuhan rumah tangganya, Hanin juga sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk terus bertahan dengan keadaan yang sedang terjadi. Hanin yakin, jika dirinya tulus melakukan semuanya akan indah.
***
Semuanya sudah siap Hanin juga sudah bersiap dengan kotak bekal yang ada di tangannya namun, baru saja akan melangkahkan kakinya keluar rumah sebuah mobil mewah masuk ke area rumah mereka.
Mobil yang tak asing menurut, mata Hanin melotot ketika melihat siapa orang yang turun dari mobil tersebut. Orang itu adalah kedua mertuanya dan juga Mira sahabat Hanin, sekaligus adik dari sang suami.
"Hallo Sayang," sapa Anita.
Hanin erdiam di tempatnya, kenapa kedua orang tua Galang datang di waktu yang tidak tepat seperti ini. Hanin belum selesai membereskan rumah, apa lagi pelataran masaknya ada yang belum selesai di cuci.
"Hallo kakak ipar," sapa Mira. Gadis itu memeluk Hanin dengan erat.
"Kamu mau ke mana, Nak?" tanya Anggoro
"Tadi mau ke kantor Mas Galang. Buat anterin makan siang Pa," jawabnya dengan nada bicara gugup. Mendengar hal itu membuat Anita tersenyum, lalu berkata. "Galang udah Mama, suruh pulang mungkin sebentar lagi sampai," sahut Anita.
Dan benar saja, mobil yang biasa di kendarai oleh sang suami sudah masuk ke dalam area rumah. Pria itu lalu, turun dari mobilnya Hanin akhirnya bisa melihat sang suami kembali. Beberapa hari tidak bertemu dengan, Galang membuat perasaan rindu itu bersarang dengan sangat indah di hati Hanin.
"Mama dan Papa kenapa mendadak sih. Coba ngasih tahunya gak tiba-tiba kayak tadi," gerutu Galang dengan kesal.
"Gak apa-apa biar Mama tahu apa yang kamu lakukan. Lagipula Mira juga baru pulang, dan dia ingin bertemu dengan kakak iparnya," jawab Anita.
Hanin lalu mengajak mertua dan sahabatnya untuk masuk ke dalam rumah. Namun, tangan Hanin dicekal oleh Galang.
"Loh kenapa?" tanya Anita.
"Mau ajak Hanin, buat ke dapur Ma. Kalian pasti haus, kan." Anita tersenyum dengan begitu lebar. Wanita itu lalu menganggukkan kepalanya, setelah mendapatkan persetujuan dari Anita.
Hanin dan juga Galang segera beranjak dari tempat mereka dan berjalan menuju dapur, setelah aman Galang langsung menatap istrinya dengan tatapan yang begitu intens.
"Jangan sampai mama dan papa. Apalagi sama Mira curiga, aku tidak ingin mereka banyak tanya," ucap Galang.
"Apa yang Mas Galang takutkan? Jika Mas tidak ingin membuat mereka kecewa kenapa Mas melakukan hal ini."
Galang mencengkram tangan Hanin dengan begitu kuat. Pria itu tidak peduli dengan rasa sakit yang dirasakan oleh istrinya.
"Hubungan kamu dengan Wina tidak boleh terjadi Mas. Bagaimana bisa seorang suami berselingkuh dengan adik iparnya sendiri," lanjut Hanin. Mendengar hal itu semakin, membuat Galang marah dan kesal. Pria itu tidak suka ketika Hanin dengan gampangnya menyebut nama Wina.
"Jangan ucapan kamu, jangan pernah berkata demikian. Kamu tidak lebih baik dari dia!!" Setelah mengatakan hal itu, Galang langsung pergi meninggalkan Hanin seorang diri, yang masih terdiam di tempatnya.
Berulang kali Galang menyakiti Hanin, berulang kali juga Hanin menerima perlakuan tersebut.
***
Malam harinya, semua orang sedang duduk di meja makan. Malam ini segera tiba-tiba Mira ingin menginap di rumah mereka, hal itu membuat Galang tidak menyetujui hal itu, bukan tanpa sebab pria itu tidak setuju melainkan karena tidak ingin adiknya itu mengetahui bagaimana kondisi rumah tangannya.
"Masakan kamu selalu terbaik nin," puji Mira.
"Kamu bisa saja, Mira!!"
"Mama tahu tidak, jika dulu Hanin ini selalu jadi primadona di kampus, bahkan banyak kakak tingkat yang berjuang mendapatnya. Eh sekarang malah nikah sama manusia es," ucap Mira.
Galang menatap kesal ke arah adiknya itu, sedangkan Hanin hanya tersenyum tipis. Mira memang orangnya berbanding terbalik dengan Galang. Jika Galang tidak menyukai banyak berbicara, maka Mira adalah orang yang ceriwis.
Mereka makan malam dengan tenang, tidak banyak hal yang dibahas hanya sesekali Hanin menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Anita. Setelah selesai makan malam bersama kedua orang tua Galang pamit pulang, sedangkan Mira tetap berada di sana.
"Kamu yakin mau menginap, Sayang? Kamu baru saja sampai loh," ucap Anita.
"Tenang Ma. Anak kesayangan Mama ini, akan pulang besok. Aku hanya rindu dengan sahabatku yang sudah menjadi kakak iparku ini." Anita lalu menganggukkan kepalanya, wanita itu segera menyusul sang suami ke dalam mobil. Setelah melihat mobil yang dikendarai oleh sang mertua berjalan keluar dari area rumah mereka.
Hanin dan Mira lalu masuk, jangan tanya kemana Galang. Pria itu sudah memilih masuk ke dalam kamarnya dibandingkan mengantar kedua orang tuanya.
"Ayo kita masuk," ajak Hanin. Mira lalu menganggukkan kepalanya, keduanya lalu masuk ke dalam rumah. Mira mengajak sang sahabat untuk duduk di sofa, wanita itu menatap dengan intens ke arah sahabatnya.
"Kamu bahagia nin?"
Mata Hanin melotot dengan begitu tajam ketika mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Mira. Secara tiba-tiba Mira bisa berkata seperti itu, adalah hal yang begitu mengejutkan.
"Bahagia."
"Bohong, kamu tidak bahagia Hanin," ucap Mira.
Hanin menarik napas dengan begitu panjang, dirinya memang tidak bisa berbohong dengan sahabatnya tersebut. Mira selalu saja bisa membuat Hanin, terdiam dengan begitu banyak pertanyaan yang dilontarkan.
"Kamu jangan berbohong, Nin. Aku tahu kalau kamu tidak bahagia. Kenapa kamu tidak pernah mau berontak Nin," ucap Mira.
Hanin tersenyum dengan begitu lebar. "Mungkin saat ini, aku belum bisa merasakan kebahagian, tapi aku yakin jika suatu saat nanti aku pasti akan bisa merasakan apa itu bahagia." Mira langsung memeluk sahabatnya itu dengan erat, alasan terbesar Mira pulang dan ingin bertemu dengan Hanin karena Mira mendapatkan kabar bahwa Galang masih memiliki hubungan dengan Wina.
"Aku yakin kamu, akan selalu bahagia Nin," gumam Mira dalam hati.
###
Selamat membaca dan terima kasih.