"ini dia, lokasinya" ucap seorang pemuda sembari melihat ke arah air terjun yang berada di depannya
Air terjun itu indah, di bawah air terjun tersebut terdapat sebuah danau yang luas, di sekelilingnya terdapat bebatuan yang ukurannya lumayan besar, ada juga beberapa tanaman di sekitar pinggiran danau, dan itu semakin meperindah pemandangan yang ada di tempat ini.
Di tengah-tengah danau itu terdapat sebuah batu, batu itu berukuran cukup besar, cukup besar hingga mampu menampung 4 orang di atasnya.
Pemuda ini melihat ke arah batu yang berada di tengah danau itu, lalu kemudian dia terdiam untuk sejenak, seolah olah dia memikirkan tentang sesuatu.
Pemuda ini tidak lain adalah Yaq, ya dirinya telah menemukan area yang di carinya di misi kali ini.
Di saat dirinya masih tenggelam dalam pemikirannya sendiri, tiba tiba;
"Kaaak... Kak!!"
Sebuah suara datang dari kejauhan dan mengejutkan dirinya, pemuda itu lalu menoleh ke arah sumber suara tersebut.
Terlihat seorang gadis berlari menuju ke arahnya dengan sangat tergesa-gesa, dia mengenali gadis ini.
Ia adalah gadis yang sebelumnya di tolong oleh Bag, namanya adalah Linaria.
Namun Yaq agak terkejut, kenapa dirinya berlari, belum lagi dirinya datang sendirian, dimana Bag?
Sebelumnya mereka pergi bersama untuk mencari sesuatu.
Menyadari sesuatu, Yaq pun segera melompat ke arah gadis itu dan kemudian berkata;
"Kenapa kau? Bag dimana?"
Mendengar pertanyaan dari Yaq, gadis itu dengan wajah yang masih terlihat pucat dirinya berkata;
"Itu.. kak Bag, dia.."
Beberapa jam sebelum Yaq berada di tempat air terjun.
...
.....
"Berarti kau kemari untuk mencari tanaman yang cukup langka dan akan kau gunakan sebagai bahan obat?" ucap Yaq kepada seorang gadis yang saat ini sedang berjalan di belakangnya.
Gadis itu tidak lain adalah Linaria, alasan kenapa dia sampai ke pegunungan ini adalah untuk mencari tanaman obat.
"Kenapa kamu tidak menempatkan permintaan itu di Paguyuban saja? bahaya juga untukmu ke tempat seperti ini sendiri" ucap Bag kepada Linaria.
Mendengar itu, Linaria sendiri sadar bahwa dirinya datang ke tempat ini sendiri adalah merupakan sebuah tindakan yang bodoh, selain bekal ilmunya yang masih di Ranah Pejuang tingkat 3, dirinya datang hanya seorang diri tanpa di temani oleh siapapun bersamanya.
Bahkan dirinya ke tempat itu tanpa melakukan cukup persiapan yang matang terlebih dahulu.
Namun, meskipun begitu keadaannya, memang inilah cara satu satunya yang tersisa untuknya melakukan semuanya yang dia mampu, lalu dia berkata;
"Sebelumnya saya menaruh misi di Paguyuban dengan bayaran 10 koin emas, tapi ternyata bahan obat yang sebelumnya belumlah cukup, sehingga saya harus mencari sendiri obat yang lainnya"
"Alasan kenapa saya tidak menaruh permintaan ini di Paguyuban adalah saya membutuhkan tanaman obat ini secepatnya, lagipula uang yang saya miliki hanya tinggal 4 koin emas, 1 koin sudah saya habiskan di perjalanan, 1 untuk tuan Bag, dan sekarang tersisa hanya 2" ucap Linaria dengan wajah yang tersenyum.
"Terimakasih sebelumnya sudah menyelamatkan saya" ucapnya kembali.
Mendengarkan semua itu membuat hati Bag bergetar, dirinya merasa sedikit bersalah karena menerima 1 koin emas itu dari nona muda di sampingnya ini, dia pun menggenggam erat tangannya lalu kemudian berkata;
"Aku berjanji akan membantumu sampai kau menemukan tanaman yang kamu cari itu"
Nampak jelas ketegasan di matanya saat ini.
Melihat itu pun Linaria tidak bisa menyembunyikan keterkejutan dirinya, ia tersenyum lalu kemudian berkata;
"Benarkah?"
"Iya" jawab Bag singkat.
Mendengar itu, Linaria kembali meneteskan air mata di pipinya, dirinya tidak tahu harus bagaimana lagi untuk berterimakasih kepada Bag atas semuanya.
Melihat Linaria yang begitu, Bag kebingungan harus melakukan apa untuk menenangkan Linaria.
Di sisi lain Yaq tersenyum tipis karena melihat kedua orang ini di belakangnya.
Cukup lama berjalan, mereka akhirnya keluar melewati area dari pepohonan berakar menggantung itu, pemandangan yang terlihat kini sungguh berbeda.
Pepohonan yang rindang, burung berterbangan, rumput hijau dan juga bebatuan terlihat menyejukkan mata.
"Baiklah, supaya lebih cepat, kita berpencar" ucap Yaq kepada Bag dan Linaria.
"Kau Bag, kau bersama Linar mencari tanaman yang dia butuhkan, saat sudah mencapai tempat dimana tanaman itu berada kau kirimlah sinyal, kau tahu apa yang aku maksud"
Bag mendengarkan lalu kemudian dia mengangguk.
"Aku akan mencari apa yang tertulis di surat kaca ini, sama sepertimu aku akan mengirim sinyal saat sudah menemukannya" ucap Yaq sembari melambaikan kaca persegi yang ada di tangannya.
"Linar kau cari saja tanaman yang kau perlukan itu, biar anak ini yang menjagamu di sepanjang jalan, kau tau letaknya kan?"
"Iya, itu ada di sebelah sana" ucap Linaria sambil menunjuk ke arah sisi lain pegunungan yang terhalang oleh dataran yang tinggi.
"Baiklah kalau begitu"
Setelah mengatakan itu Yaq lalu melesat pergi ke sisi lainnya dengan cepat, bahkan Bag pun tidak menyadari kalau Yaq sudah meninggalkan tempat itu.
Sedangkan Linaria, dirinya yang masih melihat ke arah yang ia tunjuk tadi, ia lalu menoleh dan melihat ke sekelilingnya seperti orang yang sedang mencari sesuatu.
Lalu kemudian ia berkata;
"kak Yaq?" ucapnya sambil melihat ke arah Bag.
"Dia sudah pergi" jawab Bag, lalu kemudian ia berjalan ke arah yang di tunjuk oleh Linaria.
"Ayo mencari tanaman untukmu" ucap Bag sembari berjalan
Linaria yang melihat itu pun, tidak bisa menyembunyikan senyumannya di wajahnya, melihat kebelakang di tempat tadi Yaq pergi, ia lalu berjalan di belakang mengikuti Bag.
Keduanya terus berjalan, dan menyisiri area pegunungan tersebut, namun karena cukup lama berjalan berdua dan mereka sama sekali tidak berbicara, itu malah membuat suasana di antara mereka menjadi canggung.
Bag yang tidak tau harus memulai dari mana obrolannya, sedangkan Linaria yang terlalu malu untuk memulai percakapan.
Keduanya masih berjalan, lalu sampai di suatu titik Bag mulai bertanya kepada Linaria.
"Kamu kesini mencari tanaman obat, untuk orang tuamu?"
"Iya, mereka sedang sakit, karena itu aku mencari tanaman obat di sini" jawab Linaria, dirinya terlihat mengepalkan tangannya saat mengatakan itu, namun Bag tidak menyadarinya.
"Siapa yang memberitahumu soal ada tanaman obat di tempat ini?"
"Yang mengatakan itu adalah tabib yang merawat keduanya, dia bilang bahwa tanaman yang dia perlukan untuk di gunakan sebagai bahan obat terdapat di area pegunungan ini"
"Di gunung ini?"
"Iya, di gunung ini, Gunung Dalas, tabib itu bilang terdapat sumberdaya bahan obat di pegunungan Dalas ini, namun di butuhkan sedikit kerja ekstra untuk mendapatkannya" ucap Linaria sembari menatap kearah Bag.
Mendengar hal yang di katakan Linaria, Bag pun menyadari akan sesuatu, inilah sebab mereka disuruh mengecek tempat ini bahkan sampai di hadiahi 2 batu Rodra, Pikirnya.
Mengetahui hal itu, Bag tersenyum dan kemudian berkata;
"Tenang kak Linaria, aku sudah bilang akan membantumu, jadi serahkan saja soal kerja ekstra itu padaku. Ngomong ngomong panggil saja aku Bag"
Linaria pun menggangguk lalu kemudian berkata;
"Baik, kalau begitu panggil juga aku 'Lina'"
"Baiklah" jawab Bag singkat
Mereka berdua terus melanjutkan perjalanannya ke area yang di maksud sebelumnya.
Hingga pada akhirnya di ujung penglihatan mereka, terlihat sebuah aliran sungai yang jernih airnya.
Bag yang melihat itu pun merasa senang, namun berbeda dengan Linaria.
Saat dirinya melihat pemandangan itu, seketika raut wajahnya berubah menjadi gelap, ia teringat dengan kejadian mengerikan yang ia alami di sungai itu.
Tetapi saat dirinya menyadari ada Bag di depannya ia lalu menggelengkan kepalanya dan kemudian berkata;
"Hati hati Bag, di depan sana adalah tempat aku bertemu buaya itu"
Bag yang mendengar perkataan dari Linaria, dirinya mengangguk dan terus mengamati apa yang ada di depannya itu.
Merekapun Sampai di pinggiran sungai tersebut, airnya sungguh jernih, Bag pun sampai memasukan tangannya ke aliran sungai tersebut dan mencoba membasuh wajahnya dengan air tersebut.
Namun, meskipun air sungai ini jernih, jika di cermati dengan baik maka akan semakin terlihat bahwa semakin kebawah kau menatap aliran air itu, maka akan menjadi semakin gelap.
Lebar dari sungai itu pun cukup luas, dan di sisi lain dari sungai ini adalah tanah lapang, berbeda dengan sisi dimana Bag muncul, semua area itu di penuhi pepohonan.
Bag yang masih di pinggiran sungai itu pun terus mengamati kedalaman dan lebar dari sungai depannya ini.
"Sepertinya cukup dalam, cukup luas juga tapi tidak masalah" gumam dirinya
Saat dirinya kembali melihat ke arah bawah dan mencoba untuk mengambil air, ia melihat sepasang bola mata yang menyala dari dalam aliran sungai tersebut.
"Itu!"
Dirinya langsung buru buru melompat kebelakang dan berjaga jaga di depan Linaria.
Linaria yang melihat itu pun cukup terkejut dengan gerakan Bag yang tiba tiba begitu, dan belum sempat dirinya menanyakan soal tingkahnya, Bag sudah melambaikan tangannya di depan dirinnya lalu kemudian dia berkata;
"Hati hati! Tetaplah di situ"
Seolah olah ada getaran yang membuat perasaannya tidak enak, Linaria seketika paham dengan apa yang Bag maksud.
Keringat dingin muncul di pelipis nya.
Tanpa menunggu waktu lama setelah Bag mengatakan itu semua, tanpa menimbulkan gelombang gerakan dan riak di air sungai itu, seekor Buaya yang besar muncul melompat dari arah sungai ke atas dataran.
Buaya itu berwarna hitam pekat abu abu, nampak jelas aura energi dari hewan magis 1 ini.
Hewan tingkat 4, Buaya Pekat, mereka memiliki pertahanan tubuh yang bahkan lebih kuat dari bison, belum lagi hewan magis ini juga sangat cepat dalam memburu mangsanya, jika makhluk ini sudah menganggapmu sebagai makanannya, maka mangsanya itu tidak akan di lepaskan begitu saja.
Tapi kali ini ukuram buaya yang keluar ini sungguh sangat besar, berbeda dengan yang mengejar Linaria sebelumnya.
Kali ini ukurannya sekitar 5 atau 7x lipat dari yang mengejar Linaria.
"Sepertinya ini layak" pikir Bag yang sambil terus melihat ke arah buaya itu.
Ia lalu mengayunkan tangannya, lalu keluarlah aura biru dan seketika menjadi energi petir mengelilingi tangannya.
Dan di saat itu juga tiba tiba;
"DUUAAAR"
Suara dentuman terdengar di atas langit, Bag yang melihat itu pun tersenyum sambil menyeringai dia bergumam
"Hmph, kau memang cepat Yaq"
Linaria pun memfokuskan pandangannya ke arah tempat dentuman itu terjadi, dirinya melihat asap dari awan itu dan kemudian terjadilah hal yang cukup aneh menurutnya.
Asap yang berada di langit akibat ledakan yang terjadi, asap itu secara bertahap berkumpul membentuk seperti sebuah pilar dan lalu menuju lurus ke bawah ke satu titik area di pegunungan tersebut.
Dan setelah di perhatikan lagi, jarak antara dirinya dan pilar asap itu tidaklah terlalu jauh.
Melihat pemandangan itu Linaria pun secara tidak sengaja berkata;
"Itu.."
"Itu adalah Yaq" ucap Bag yang mengejutkan Linaria.
Sejenak dia bahkan melupakan kalau di depannya saat ini ada hewan magis yang bisa memakannya kapan saja.
"Kau cepatlah kesana, menjauhlah dari sini, saat ini sudah selesai aku akan mengirim sinyal" ucap Bag sambil menoleh ke arah Linaria.
Mendengar itu, Linaria merasakan perasaan yang berat, namun di sisi lain dirinya juga sadar bahwa ia tidak bisa membantu apa apa jika dia masih berada di situ dengan Bag, malahan bukan tidak mungkin kalau dirinya hanya akan menjadi alasan Bag akan kesulitan dalam bertarung melawan hewan magis ini karena harus melindungi dirinya.
Di tambah lagi Bag sudah berbaik hati bersedia untuk membantunya.
Maka mau tidak mau dengan perasaan berat di hatinya dirinya harus tetap melakukan apa yang di katakan oleh Bag kepadanya.
Tetapi sebelum dirinya pergi, ia berkata kepada Bag;
"Aku akan kembali bersama kak Yaq, tolong jangan terluka"
Bag pun tersenyum mendengar perkataannya lalu dia berkata;
"Serahkan saja urusan di sini kepadaku"
Setelah itu, Linaria ingin segera bergegas berlari menuju sinyal yang di luncurkan oleh Yaq tadi.
Namun saat dirinya baru beberapa langkah berlari dari tempat dia berdiri tadi.
"GROOOOOO"
"DUM! DUM! DUM!"
Buaya di pinggir sungai itu meraung dan mulai mengejar ke arah nya.
Itu terjadi karena dirinya membuat gerakan tiba tiba sehingga menarik perhatian dari sang hewan magis tingkat 4 buaya pekat.
"BOOOM"
Suara ledakan terjadi di belakang punggung Linaria, ini adalah kali kedua dirinya merasakan ledakan di belakang punggungnya.
Namun kali ini ledakan ini sungguh besar, hinggal gelombang angin yang tercipa dari ledakan itu hampir membuatnya terjatuh saat berlari, namun ia tidak menghentikan langkah kakinya itu, dirinya tersu berlalu hingga sudah tidak terlihat lagi dari jangkauan buaya pekat.
Dari bekas ledakan tersebut keluarlah Bag dengan di penuhi aura petir di telapak tangannya.
"Jangan kau mengabaikan ku buaya, atau kau akan gosong"
Ia berjalan keluar melihat kearah seekor buaya yang sedang terkapar di tanah, dari pusat ledakan tadi
Ekor dari buaya itu berada di air, dan telihat darahnya keluar dari bekas luka yang ada di ekornya tersebut
Di saat dirinya menoleh ke arah sisi lain, dan ingin memberikan sinyal ke atas, ia merasakan sesuatu yang dengan sangat cepat mengarah kepadanya, dan itu berasal dari bawah sungai.
Matanya memadat dan dirinya pun buru buru mengambil jarak lalu mengaktifkan lagi kekuatan petir miliknya.
"ZRAAAASSHH"
Lusinan buaya pekat keluar dari sungai mengerumuni Bag dan tubuh dari buaya yang terluka tadi.
Sebagian dari mereka bahkan memakan tubuh dari buaya pekat yang sedang sekarat tersebut.
Lagipula aroma yang di keluarkan buaya pekat yang telah di hantam Bag itu seperti aroma daging yang terbakar, meskipun gosong namun darah yang keluar masihlah tercium di sekitar tubuh buaya yang terkapar tersebut.
Aroma dari darah yang bercampur di air, membuat mereka semuanya keluar dari sarangnya menuju ke 1 titik yang sama.
Yaitu 'makanan'.
Bag yang menyadari posisinya sekarang sedikit bergidik akan jumlah dari buaya yang langsung memenuhi area itu.
bahkan area yang nampak sepi tanpa ada hewan 1 pun kini sudah menjadi dipenuhi dengan pemandangan ratusan dari Buaya pekat.
Lalu kemudian Bag berkata kepada kearah kumpulan Buaya pekat tersebut;
"Baiklah, sepertinya ini latihan yang cocok"