Di halaman belakang sebuah rumah kecil, terlihat ada seorang lelaki yang sedang melakukan latihan beladiri.
Halaman itu sudah di rombak sedemikian rupa untuknya agar bisa melakukan latihan dengan maksimal.
Terlihat lelaki itu melesat melewati pepohonan yang rimbun.
Dari 1 pohon ke banyak pohon lainnya, dan dengan lompatan tinggi menjulang ke atas sosok itu langsung melesat ke arah bawah layaknya meteor.
"BOOOMMM"
Ledakan terjadi, kepulan asap debu muncul memenuhi area tempat dimana lelaki itu mendarat.
Lubang cekung seperti sebuah mangkok terbentuk di tempat lelaki itu berdiri, itu adalah kawah yang cukup lebar yang tercipta akibat dari pukulan tadi, berdiamater sekitar 10 meter dan lelaki itu berdiri tepat di pusat lubang tersebut.
Lelaki tersebut tidak lain adalah Bag Nirwana.
Sejenak dia melihat area sekelilingnya, dia sadar dirinya sudah menjadi lebih kuat karena telah berhasil menerobos ke Ranah Pendekar.
Dia sadar betul kekuatannya saat ini meningkat drastis sejak saat itu.
Dirinya kemudian teringat soal perkataan Yaq yang selalu menyuruhnya untuk menerobos ke Ranah yang lebih tinggi.
Sadar akan kebodohannya dahulu ia tersenyum dan berkata pada dirinya sendiri;
"Memang benar katanya, menaikkan kekuatan itu penting"
Terlihat kilatan petir memenuhi lengan kanannya.
Saat dirinya masih memikirkan semua hal baik yang terjadi kepadanya, tiba-tiba terdengar suara yang cukup familiar;
"Hei Bag, kau ngapain?"
Mendengar suara itu dirinya langsung menoleh ke arah pepohonan, lalu dia mendapati sosok yang tadi berbicara padanya.
Melihat sosok tersebut dirinya sedikit terkejut, sejujurnya ia cukup bingung dan bertanya-tanya, bagaimana cara sosok ini bisa terus menyembunyikan keberadaannya dan tiba tiba muncul di depannya tanpa ia sadari?.
Dia tidak ingin ambil pusing soal itu, hal seperti ini sudah biasa dia alami jika sosok tersebut yang muncul.
Maka dirinya langsung berkata kepada sosok yang di lihatnya itu.
"Biasa Yaq, melatih ilmu, ada apa?" Ucap Bag ke arah sosok itu yang tidak lain adalah Yaq, terlihat dia sedang duduk santai di atas sebuah ranting pohon.
"Ayo ke Huruhara, kak Budiya memanggil, mungkin ada hal yang lumayan penting yang ingin di bicarakan" Ucap Yaq sambil melompat turun ke arah bawah pohon tersebut
"Baiklah, ayo berangkat" jawab Bag lalu dia melompat dari bawah ke atas.
Keduanya sekarang berangkat ke Paguyuban Pondasi Huruhara.
...
....
Tak perlu waktu lama mereka kini sudah sampai di gedung Paguyuban Pondasi Huruhara.
Keduanya lalu berbicara kepada resepsionis, resepsionis itu memberikan isyarat bahwa mereka telah di tunggu di bangsal khusus yang ada di gedung itu.
Lalu Bag dan Yaq mereka berjalan ke arah bangsal tersebut.
Ketika Bag dan Yaq sudah sampai di bangsal tersebut
Terlihat 1 sosok duduk di dalam ruangan, di depannya juga terlihat ada meja kecil
"Masuklah"
Sebuah suara terdengar dari dalam ruangan itu.
Bag dan Yaq, kemudian berjalan ke dalam ruangan itu, keduanya kini duduk di depan meja bersama sosok tersebut.
Lelaki bermata coklat, berambut hitam, dan memiliki anting di telinga kiri nya.
Wajah yang tidak terlalu gemuk dan tidak terlalu kurus serta mata yang nampak sedikit sipit.
Terasa aura yang menekan dari sosok laki laki ini.
Pakaiannya yang bagus membuatnya terlihat seperti orang yang berilmu tinggi, dan memang benar bahwa ilmu beladiri orang ini adalah di Ranah Ksatria tingkat 7.
Sosok ini tidak lain adalah ketua pertama dari Pondasi Huruhara, Eista Budiya.
"Kalian minggu minggu ini darimana.?" Ucap ketua Huruhara itu kepada Yaq dan Bag.
Bag dan Yaq terkejut dengan pertanyaan dari ketua Budiya, menanyakan hal itu secara langsung bahkan tanpa basa basi itu seperti dia sudah tau atas semua yang telah mereka lakukan Minggu akhir akhir ini.
Pertanyaan itu adalah hal yang di takutkan oleh Bag, sebelum ini mereka memang melakukan misi untuk membantu orang lain yang membutuhkan, tetapi dampak dari misi itu tidaklah sepele.
Bahkan jika di pikirkan kembali, permintaan yang harusnya hanya mengatasi masalah soal perkebunan dan tani, malah berakhir menjadi misi pembantaian ke pemimpin wilayah setempat.
Meskipun begitu Bag masih mencoba untuk bersikap tenang dan sebisa mungkin untuk tidak menimbulkan kecurigaan apapun di dalam dirinya.
Di sisi lain Yaq paham betul soal pertanyaan yang di tanyakan oleh kak Budiya, dia hanya ingin memastikan sendiri apa yang mereka lakukan akhir akhir ini.
Karena jika memang kak Budiya sudah tau hal apa yang di lakukan oleh Bag dan dirinya, maka pasti Ketua Huruhara ini tidak perlu repot-repot Menunggu bahkan sampai menanyakan hal seperti ini.
Jika memang ia sudah tau, dia hanya perlu untuk mendisiplinkan Bag dan dirinya secara langsung.
Dan meskipun Kak Budiya ini mengetahui apa yang di lakukan oleh Bag dan dirinya,
Ketua dari Huruhara ini tidak berhak untuk melakukan apapun terhadap Yaq dan Bag.
Alasannya adalah di saat menjalani misi permintaan tersebut, Bag dan Yaq sama sekali tidak mengatasnamakan Paguyuban Pondasi Huruhara atas di jalankannya misi permintaan tersebut.
Itu sebabnya sekarang dia masih bersikap sangat tenang, Yaq tau betul dengan watak dari ketua Huruhara ini, maka dari itu dirinya berkata kepada Ketua Huruhara yang ada di depannya;
"Meningkatkan kekuatan". Jawab Yaq singkat.
"Liatlah Bag sekarang sudah menerobos ke Ranah Pendekar". Ucap Yaq dengan sedikit senyum di sudut bibirnya.
Jawaban dari Yaq tidak membuat ketua Budiya terkejut, malahan dia berpikir kalo itu Bag maka itu sudah wajar.
Tetapi jawaban itu masih b
"Oh ya? Kalo begitu baiklah" jawab Kak Budiya singkat.
Bukan hal yang mengejutkan jika Bag mengalami terobosan, lagipula dia memang telah berhasil melakukan wujud petir miliknya. Pikir dari Kak Budiya.
Bag menjadi tenang saat mendengar jawaban dari ketua Budiya, itu membuatnya dapat bernafas lega dan menghilangkan rasa khawatirnya.
Sedangkan Yaq dirinya sedikit terkejut dengan jawaban yang di berikan oleh Ketua Budiya.
Itu adalah hal yang bagus jika memang ketua Huruhara ini tidak mengetahui yang ia lakukan.
"Jadi ada apa kak, kau sampai memanggil kami? Apa ada sesuatu? Misi khusus? Atau mungkin hal istimewa?" Tanya Yaq kepada Kak budiya,
dia memanggil ketua Huruhara dengan sebutan Kak karena memang perawakannya yang masih seperti kakak kakak, di tambah lagi memang seperti itu sebutan yang sering di gunakan untuk bicara ke Kak Budiya ini, khusus yang sudah akrab tentunya.
Mendengar pertanyaan yang di lontarkan Yaq Kak Budiya melihatnya dengan tatapan yang dalam, lalu kemudian dia berkata;
"Kemarin ada gerombolan orang dari keluarga Assan datang dan memberitahu soal perihal yang terjadi di wilayah mereka."
"Keluarga Assan? Kenapa mereka?" Tanya Yaq kepada Kak Budiya, dia mengatakan itu dengan wajah yang dingin tapi terlihat penasaran.
"Bukan hal yang penting, tapi agak cukup mengejutkan soal berita yang mereka bawa kemari, mereka yang dominan mengatur wilayah Gondo, hal yang mengejutkan bahwa pemimpin wilayah yang berasal dari keluarga mereka terbunuh di dalam balaikotanya sendiri." Jawab Kak Budiya menjelaskan semuanya.
Mendengar hal yang di ucapkan oleh Kak Budiya, Bag langsung tau bahwa yang di ceritakan itu adalah pembataian yang terjadi di balaikota wilayah Gondo.
Walaupun saat itu dirinya tak sadarkan diri tapi dia paham dengan semua yang telah terjadi di sana.
Tidak ingin membuat semuanya menjadi rumit, Bag memilih diam sambil melihat kearah Yaq.
Namun Yaq dia terlihat sangat tenang, masih seperti dirinya yang biasanya.
Terlihat dia sedikit mengangkat alisnya ke atas lalu kemudian berkata;
"Pemimpin wilayah terbunuh di dalam balaikotanya sendiri?, Apa itu mungkin?"
Sungguh Bag benar benar tidak menyangka bahwa Yaq akan berkata seperti itu, padahal dia sendiri yang membantai mereka semua.
Tapi dirinya juga tahu alasan Yaq melakukannya, maka dari itu ia memilih untuk tetap diam, sambil terus menyimak apa yang akan di katakan Yaq selanjutnya.
"Itulah yang terjadi, bahkan mereka mengira kalau kitalah pelaku dari pembunuhan itu" jawab Kak Budiya dengan wajah yang cukup tegas.
"Jadi mereka mencurigai Pondasi Huruhara sebagai pelakunya?" Jawab Yaq dengan sedikit senyum di sudut bibirnya.
"Iya" jawab ketua Budiya singkat.
"Jadi apa langkahmu Kak? Kau memanggil kami untuk memberi mereka peringatan?" Jawab Yaq sambil tertawa, dia saat ini mencoba untuk sedikit bergurau dengan ketua Huruhara.
"Tidak, hal seperti itu tidak di perlukan, meskipun mereka tidak terlalu kompeten, tapi jumlah keluarga mereka cukup banyak, kalian berdua yang akan kerepotan"
"Lupakan mereka, itu tidaklah penting, bukan urusan kita jika pemimpin wilayahnya terbunuh. Bahkan jika kita terlibat pun, mereka tidak akan berani macam macam dengan kita. Aku memanggil kalian kemari karena ada tugas yang ingin aku berikan ke kalian berdua" ucap Kak Budiya kepada Yaq dan Bag dengan tatapan yang dalam.
Jawaban ini membuat Bag dan Yaq terkejut, perkataan yang di ucapkan Kak Budiya bukanlah sebuah bualan semata, jika tetua di pemimpin wilayah hanyalah ahli ilmu beladiri di ranah Ksatria tingkat 1. maka mereka benar benar tidak bisa di bandingkan dengan Organisasi Pondasi Huruhara.
Meskipun Pondasi Huruhara tidak punya anggota sebanyak keluarga Assan, tapi kekuatan per individu benar benar berbeda.
jujur saja saat ini Bag yang berada di Ranah Pendekar tingkat 2 adalah ilmu beladiri yang rendah di huruhara.
kebanyakan para senior di Huruhara sudah berada di Ranah pendekar tingkat 5 ke atas.
dan untuk para ketua, mereka bahkan sudah menembus hingga di Ranah Ksatria semuanya.
dan dengan adanya jawaban tersebut semakin membuat Yaq dan Bag tidak perlu khawatir dengan apa yang mereka lakukan sebelum ini.
"Tugas apa itu?" Tanya Yaq kepada Kak Budiya
Segera Kak budiya mengangkat tangan kanannya dan keluarlah sebuah kaca berwarna biru muda, berbentuk persegi panjang selebar 10cm dengan panjang 20 - 25cm.
"Hoo... *Surat kaca*" gumam Yaq sambil melihat ke arah kaca tersebut.
"Buka tangan mu" ucap Kak Budiya kepada Yaq,
Surat kaca adalah kaca yang terbentuk dari energi tenaga dalam murni dari seorang ahli ilmu beladiri. Tepatnya untuk bisa mewujudkan bentuk dari *Surat kaca adalah ahli Ilmu beladiri yang telah berada di Puncak Ranah Pendekar.
Sedangkan untuk warna dan bentuk dari *Surat kaca adalah tergantung pada warna murni sang ahli Ilmu beladiri itu tersebut.
Segera kaca tersebut sekarang mengarah ke depan Yaq, tepat di atas telapak tangannya.
"Itu adalah tugasnya, tertulis semuanya di situ. Kalian baca terlebih dahulu"
Yaq segera membacanya, tidak butuh waktu lama dia lalu melemparkan surat kaca itu ke arah Bag.
"Ini.." gumam Bag sembari membaca tulisan yang ada di surat kaca tersebut.
"Bagaimana, apa kalian sanggup?" Tanya Ketua Huruhara Kak Budiya kepada mereka berdua.
"Waw imbalannya 2 *Batu rodra*?". Ucap Bag dengan wajah terkejutnya, dirinya tidak menyangka ada misi yang sampai memberikan imbalan Batu Rodra.
Batu Rodra adalah Batu spiritual yang dapat digunakan sebagai sumberdaya kekuatan spiritual. Batu itu juga merupakan harta mineral murni yang terbentuk dari energi alam sendiri.
Tentu batu ini sangatlah langka, bahkan 1 Batu Rodra bisa di hargai dengan harga 1000 koin emas atau bahkan lebih.
Itu sebenarnya masih harga yang murah untuk barang senilai Batu rodra, di karenakan manfaat dari batu itu yang bisa di gunakan dalam banyak hal.
Salah satunya adalah menyerap energi batu tersebut menjadi milik dari pemakai nya.
Dengan cara tersebut maka bukan tidak mungkin seorang ahli Ilmu beladiri akan menjadi lebih kuat.
Memikirkan hal itu, kemudian Bag sadar akan sesuatu, lalu dia menanyakannya langsung ke Kak Budiya
"Apa ini misi atas kak?"
"Iya, itu misi atas, apa kau sanggup Bag?". Ucap Kak Budiya kepada Bag
"Apa memang biasanya bayaran misi atas itu menggunakan Baturodra?" Tanya Bag kembali.
"Tentu menurutmu kenapa para ketua dan yang lainnya bisa menerobos ke ranah yang lebih tinggi?" Jawab Kak Budiya dengan sedikit senyum di bibirnya
Itu sebabnya mereka kebanyakan berada di Ranah Pendekar tingkat 5 ke atas.
Tapi dengan imbalan yang besar, juga ada pekerjaan yang berat, sedangkan di tulisan Surat kaca ini..
"Bagaimana menurutmu Yaq?" Tanya Bag kepada Yaq, dia cukup bimbang dengan hal sekarang ini.
"Terima saja Bag, lumayan Batu rodra" jawab Yaq sambil tertawa kecil.
"Oke, sepertinya ini layak". Jawab Bag dengan ketegasan, dirinya berpikir kalo ini waktu yang pas untuk mengasah ilmunya yang berada di Ranah Pendekar tingkat 2.
Segera mereka pamit untuk undur diri dari ruangan itu, lalu kemudian pergi melaksanakan misi.
Setelah keduanya pergi dari bangsal tersebut, kini hanya tersisa sang ketua dari Pondasi Huruhara di dalam ruangan itu.
"sudah waktunya mereka berkembang, dan jika di misi ini mereka tidak bisa mengatasinya dengan baik, maka mereka memang tidak layak untuk itu" ucap sang Ketua Huhuhara dengan wajah yang datarnya namun sambil tersenyum.
Setelah mengatakan itu, ia lalu mengambil posisi bersila dan kemudian melakukan semadi di dalam ruangan itu.
...
....