Chereads / Pondasi Huruhara / Chapter 17 - Baju merah

Chapter 17 - Baju merah

Di depan sebuah gedung yang berbentuk seperti rumah kuno, terlihat beberapa orang berjalan ke arah gedung tersebut.

"BRAAAKK!!!"

Suara tangan yang menggebrak meja, itu adalah ulah dari pria yang saat ini sedang berbicara dengan seorang wanita yang ada di depannya.

Berambut kuning, bermata coklat dan memiliki janggut. Serta mengenakan pakaian berwarna hitam bercorak hijau.

Nampak jelas dari raut wajah pria itu yang saat ini sedang marah, terlihat di belakangnya ada 5 - 7 orang yang merupakan teman dari pria tersebut.

Mereka semuanya adalah ahli ilmu Beladiri di Ranah Pendekar, tepatnya berada di tingkat 3 dan 4 Ranah Pendekar.

Walaupun ada beberapa orang yang melihat tindakan yang di lakukan oleh pria tadi adalah hal yang kasar, tetapi tidak ada satupun dari orang orang itu yang berani menegurnya, di karenakan mereka adalah ahli ilmu beladiri di ranah Pendekar.

"Apa maksudnya aku tidak bisa melihat daftar siapa saja yang membuat permintaan di sini!!?"

Bentak pria tersebut kepada wanita yang duduk di depannya. Tingkahnya sekarang benar benar seperti layaknya preman yang sedang menagih paksa upeti.

Mendapatkan perlakuan yang kurang mengenakkan dari pria di depannya ini, wanita tersebut masih tersenyum dan tetap mencoba untuk menenangkan sang pria.

"Dengan berat hati Tuan, ijin untuk melihat yang membuat permintaan adalah kepada para tetua dari Pondasi Huruhara"

jawab wanita itu yang tidak lain adalah resepsionis dari Paguyuban Pondadi Huruhara.

Namun, jawaban yang di berikan oleh perempuan itu malah membuat pria ini menjadi semakin geram, dan karena dirinya tidak mendapatkan jawaban yang di inginkannya, itu membuatnya ingin mencengkram leher dari wanita di depannya ini.

Tetapi sebelum dia ingin melakukan itu,

ia segera menyadari bahwa melakukan hal seperti itu di dalam organisasi lain adalah sebuah tindakan yang ceroboh.

Maka mau tidak mau dirinya hanya bisa menahan amarahnya dengan mengepalkan tangannya.

"Siapa kalian membuat keributan di sini?"

Suara tiba tiba dari seorang lelaki yang kini berjalan ke arah ke gerombolan Pria tersebut. Suara itu kemudian mengalihkan pandangan pria yang tadi marah melihat ke arah sumber suara.

Laki laki itu memakai baju merah, berambut hitam, dan bermata coklat.

Laki laki itu kini berada tepat di depan gerombolan para pria tersebut.

Melihat itu pria tadi yang marah marah kini menatap laki laki yang menghampirinya, kemudian ia berkata;

"Siapa kau? Sebaiknya kau tidak mencampuri urusan kami".

Laki laki berbaju merah itu hanya diam dan masih melihat ke arah gerombolan orang orang di depannya sekarang, ia tidak berniat untuk menjawab pertanyaan tadi dan malah dirinya yang balik bertanya ke pria yang marah tersebut;

"Kalian yang datang kemari dan membuat keributan, itukah urusan kalian ?!"

Ucap laki laki berbaju merah itu dengan santainya

Alis pria yang tadi marah berkedut karena pertanyaannya di abaikan, dirinya yang sudah menahan amarahnya dari tadi karena tidak kunjung mendapatkan jawaban yang ia inginkan dari resepsionis di depannya, sekarang malah ada orang lain lagi yang membuat amarahnya semakin meluap luap.

Terlihat wajahnya semakin menghitam karena marah dan seolah olah ia bisa meledak kapan saja.

"Nak, jaga mulutmu. Kami kemari ingin bertemu dengan ketua dari Paguyuban ini"

ucap salah seorang teman dari Pria yang marah marah tadi. Temannya itu memakai baju kuning dan memiliki rambut berwarna coklat.

"Memang kalian yang membuat keributan disini, aku hanya mengatakan hal yang terjadi"

jawab laki laki berbaju merah itu dengan acuh tak acuh.

Merasa di abaikan perkataannya, orang berbaju kuning itu pun ikut menjadi kesal, sedangkan untuk pria yang sedari awal sudah marah marah. Dirinya ingin meledak, tangannya mengepal semakin erat lalu ia berteriak.

"SUDAH CUKUP!!".

Pria itu mengeluarkan aura yang mengerikan sekitar punggungnya, ia mengintimidasi siapapun yang ada di ruangan itu.

Tetapi laki laki berbaju merah itu masih nampak sangat tenang, dan karena sikapnya yang seperti itu, justru membuat pria yang marah ini menjadi semakin geram.

Dengan sekali gerakan di kakinya, pria itu melesat ke arah laki laki berbaju merah tersebut.

"BUUM!!!"

Hantaman terjadi menyebabkan momentum yang kuat menyebar di sekitar pukulan hantaman tersebut.

Terlihat laki laki berbaju merah itu menangkap tinju pria yang tadi marah dengan mudahnya.

Gelombang naik turun keluar dari tinjuan pria yang marah tersebut.

Sedangkan dari tangan laki laki berbaju merah, di tangannya tidak terlihat gelombang energi sama sekali.

Melihat kejadian itu, teman dari pria yang tadi marah, dirinya merasakan hawa perasaan yang kurang enak berasal dari dalam hatinya soal laki laki berbaju merah di depannya ini.

Sedangkan orang yang meninju laki laki berbaju merah itu dirinya seakan sadar akan sesuatu tepat setelah ia menggunakan ilmu beladirinya kepada laki laki berbaju merah di depannya, dan itu membuatnya tercengang.

"Ra-Ranah Ksatria.. tingkat 3?". Ucap pria yang tadi marah.

Keringat dingin muncul di dahinya, dan terlihat juga wajahnya menjadi pucat.

Amarah yang sebelumnya menguasai dirinya kini menghilang digantikan menjadi rasa takut saat ia tahu setinggi apa ilmu beladiri dari orang berbaju merah yang sedang dia tinju sekarang.

Menyadari orang yang menyerangnya menjadi ketakutan. Laki laki berbaju merah itu menyeringai, dia tahu bahwa orang yang menyerangnya saat ini bisa ia habisi hanya dalam 1 gerakan dengan kekuatannya, itupun jika ia mau melakukannya.

Tetapi, meskipun dia tahu ia bisa menghabisi orang ini dalam 1 gerakan, Laki laki berbaju merah itu tidak ingin melakukannya.

Melainkan dirinya malah tersenyum mengejek ke arah pria yang saat ini menyerangnya.

"Aku tanya sekali lagi? Membuat keributan di sini apa itu tujuan kalian?" Tanya lelaki berbaju merah itu.

Energi spiritual yang di lepaskan pria yang memukulnya segera hilang, dirinya nampak kehilangan seluruh keberaniannya sekarang.

Perlahan ia mundur dan menjaga jaraknya dari lelaki berbaju merah itu.

Melihat kejadian itu, segera temannya yang berbaju kuning langsung berjalan ke depan dan membungkukkan badannya, lalu ia berkata;

"Ma.. maafkan kami tuan, kami di sini untuk mencari sesuatu, saya harap tuan sudi untuk memaafkan ketidaksopanan dari teman saya" ucap teman pria yang memukul tadi sambil menundukkan kepalanya.

"Siapa kalian ini?" Tanya lelaki berbaju merah tersebut, dia masih terlihat tenang bahkan dia bersikap seolah olah tidak terjadi apa apa barusan.

"Nama saya adalah Igur, dan ini adalah teman saya yang bersama Orja, kami berasal dari keluarga Assan di wilayah Gondo. Mohon tuan untuk memaafkannya atas perbuatan yang di lakukan sebelumnya" ucap pria itu yang bernama Igur, dan untuk orang yang memukul lelaki berbaju merah namanya adalah Orja.

Igur sadar perbedaan kekuatan antara dirinya dan lelaki berbaju merah ini, itu sebabnya ia terus memintakan pengampunan atas temannya karena sudah berani memprovokasi ahli Ilmu Beladiri di Ranah Ksatria.

Bahkan jika dirinya dan semua teman temannya sekarang bersatu untuk mengalahkan lelaki berbaju merah ini, maka itu tidak akan menjamin mereka bisa menang.

Hal yang bisa dia lakukan sekarang hanyalah mencoba untuk tidak membuat marah ahli di depannya ini.

Dirinya tidak menyangka bahwa di Paguyuban Huruhara, ada seorang ahli dengan Ranah ilmu beladiri sekuat ini.

Sekarang dirinya melihat dengan mata kepalanya sendiri, lelaki yang terlihat lebih muda di depannya adalah seorang ahli Beladiri di ranah Ksatria.

Ini adalah hal yang mengejutkan untuk Igur juga teman temannya yang lain, karena di keluarga besar mereka, "keluarga Assan" hanya para tetua lah yang berada di ranah Ksatria. Itupun hanya sedikit dari mereka yang berada di Ranah Ksatria.

Kesombongan yang awalnya ia bawa bersama dengan temannya itu sekarang sudah hilang menjadi rasa takut.

Bahkan Igur mulai menjadi ragu, apa ia masihlah harus untuk meneruskan misi yang di berikan kepadanya ini.

Mendengar ucapan yang diberikan oleh Igur, lelaki berbaju merah tersebut melihat ke arah mereka semua lalu kemudian berkata;

"Kalian dari keluarga Assan? Apa yang kalian cari di sini? Apa kalian mencari keributan disini?" Tanya lelaki berbaju merah itu sembari menatap mereka dengan tatapan yang dalam.

"Tidak tuan, kami tidak berniat untuk melakukan itu. Kami disini hanya untuk menyelesaikan misi yang di berikan kepada kami, kami ingin mencari informasi" jawab Igur dengan wajah yang suram, kembali keringat dingin muncul dari dahinya.

"Info apa itu?" Tanya lelaki berbaju merah tersebut.

"Itu.. saya minta maaf tuan saya tidak bisa membicarakannya hal itu di sini" jawab Igur masih dengan posisinya menundukkan kepalanya.

Dirinya benar benar tidak tau kalau situasi akan menjadi seperti ini.

Mencoba mencerna yang di katakan oleh Igur, lelaki berbaju merah melihat ke arah resepsionis lalu dia berbicara kepadanya, terlihat sang resepsionis menjelaskan sesuatu kepada lelaki berbaju merah tersebut.

Setelah selesai dia mendengarkan semua hal yang di katakan oleh sang resepsionis, lelaki berbaju merah itu kemudian berkata;

"Ikut denganku kalian". Ucap lelaki berbaju merah itu kepada Igur dan Orja

Mendengar itu Igur tersentak, begitu juga dengan Orja.

Mereka berpikir bahwa mereka kali ini mendapatkan masalah, Igur sekarang menyesal karena dirinya tidak menahan Orja untuk melakukan apapun.

Sedangkan Orja, dia terlihat panik dan wajahnya nampak suram. Keringat dingin kini memenuhi seluruh tubuhnya.

Sedangkan untuk teman temannya, sebenarnya mereka ingin ikut pergi juga bersama Orja dan Igur mengikuti lelaki berbaju merah tersebut.

Tetapi sebelum mereka ingin melangkah, Igur segera memberikan instruksi kepada mereka.

Orang orang itu paham dengan instruksi yang di berikan Igur, dan dengan instruksi tersebut mereka kini mengurungkan niatnya untuk ikut mengikuti lelaki berbaju merah bersama Orja dan Igur.

..

...

Di sebuah sungai, 2 lelaki terlihat sedang melakuan sesuatu di sana.

1 lelaki terlihat bersemadi di tengah bebatuan di sungai tersebut, berambut hitam biru di belah tengah, dan memiliki gelang di lengan kanan dan kirinya, dia adalah Bag nirwana

sedangkan 1 lelaki lainnya, terlihat dia sedang bersemadi di bawah pohon kelapa.

Berambut poni menyamping dan memakai pakaian biasa. Dia adalah teman dari Bag, Yaqi al.

Keduanya terlihat tenang dalam posisi masing masing, sampai tiba tiba Bag membuka perlahan kedua matanya.

Sekilas kilatan petir biru terlihat dari kedua matanya.

Dia melihat ke sekelilingnya, kemudian ia mendapati Yaq masih dalam semadinya.

Melihat itu, dirinya lalu kembali ke posisi awal semadinya lalu ia mulai kembali memejamkan matanya.

Namun baru beberapa saat dirinya memejamkan mata dan fokus untuk semadi, sebuah suara terdengar di telinganya;

"Hoi, ayo pergi"

Mendengar suara itu, seketika Bag langsung membuka matanya dan bersiap untuk berdiri.

Suara tadi adalah suara Yaq, Yaq sengaja melakukan itu karena sejak awal dirinya memang sudah menunggu Bag membuka matanya dari semadinya.

Bag kemudian melompat ke arah Yaq dan berjalan dengan santainya.

Dia berjalan santai dan terlihat jelas di wajahnya sekarang yang terlihat senang akan sesuatu.

"Kenapa kau? Sehat?" Tanya Yaq kepada Bag,

ia agak heran dengan kelakuan temannya 1 ini. Walaupun dia tau kelakuan temannya kadang mungkin memang agak aneh, tapi Yaq sama sekali tidak mempermasalahkan hal itu.

Dan untuk pertanyaan ini, itu tidaklah lebih dari sekedar basa basi biasa.

"Kali ini kita dapat banyak untung, koin emas, item magis, bahkan aku sudah menembus Ranah baru, bukankah itu hebay Yaq?!" Kata Bag dengan semangat yang menggebu gebu, dirinya begitu gembira setelah mendapatkan banyak keuntungan hanya dalam 1 kali misi perjalanan.

Ini adalah pengalaman pertama untuknya, dan dia puas akan hal itu.

"Nah kau sudah mendapatkan gelangmu, jadi berapa emas bagianku?" Ucap Yaq sambil tertawa kecil.

"Aku sudah dapat 2 gelang penyimpanan, jadi aku ambil 100 emas saja Yaq, sisanya kau semuanya" jawab Bag sambil mengeluarkan sebuah peti dari salah satu gelang di tangannya.

"Ini untukmu" ucap Bag sambil mengarahkan peti tersebut ke arah Yaq.

"Ya kau simpan dulu lah di gelang itu, nanti sampe Sendan Aku ambil,"

"Oke" jawab Bag kepada Yaq, dia kini kembali memasukan peti emas itu kedalam gelangnya

Setelah cukup lama, mereka telah sampai ke Wilayah perbatasan Sendan.

Keduanya berpisah, pergi menuju ke tempatnya masing masing.

Di perjalanan ke rumahnya, Bag melihat beberapa orang yang mencolok, dia seperti pernah melihatnya tetapi dia tidak terlalu tahu detailnya, tetapi jelas, orang orang itu berjalan bersamaan di sebuah jalanan sekarang.

Itu membuat mereka nampak seperti dari sebuah keluarga besar, dan mungkin juga mereka dari keluarga ternama. salah satu dari mereka berbaju kuning, ada juga yang berbaju hitam,

Mereka berjumlah sekitar 7- 9 orang, dan semuanya berpapasan dengannya.

Bag mencoba berpikir, untuk mengingat, dimana dia seperti pernah melihat orang orang itu.

Pada akhirnya dirinya tidak tau dan ia tidak ingin memikirkan hal tersebut.

Lalu diapun kembali melanjutkan perjalanannya ke rumah.

..

..

...