Chereads / TERLALU PERCAYA / Chapter 3 - ketemu lagi?!

Chapter 3 - ketemu lagi?!

"Adekk." terdengar suara bariton dari belakangku, aku pun menoleh dan mendapati pria itu, sosok ayah dari anak kecil dihadapannya,saat mendapati Zafran mendekat, aku pun menegakkan tubuhku dan melepaskan pelukanku bersama Cia.

"Ayahh," teriak Cia sambi l meloncat kepelukan ayahnya, tatapan Zafran tidak lepas dariku membuatku salah tingkah dan ingin pamit.

"Emm permisi," ucapku, sebelum aku beranjak, aku mendengar suara yang seperti memberhentikanku.

"Tunggu," ucapnya sambil mencekal tanganku.

"Kemarin kamu belum kenalan, nama kamu siapa?" ucap Zafran menatapku hingga aku menundukkan wajahku.

"Emm nama saya Heera, maaf tuan, saya permisi kerja dulu, saya ingin menyelesaikan pekerjaan saya," pamitku.

"Undaaa unda mau ktemana? adek ikuttt," teriak Cia sambil berontak dalam pelukan ayahnya dan meloncat kepelukanku, dia pun merangkul leherku sambil menyandarkan kepalanya didadaku, mungkin inilah lah yang membuat dia nyaman bersamaku.

"Ma-maaf tuan, memang dari kemarin anak anda yang memanggil saya seperti itu," ucapku gugup saat mendapati Zafran menatapnya tanpa senyum, aku takut Zafran tersinggung dengan panggilan yang diberikan Cia untukku.

"Adek sini sama ayah dulu, biarin tante kerja dulu yah sayang," ucapnya lembut sambil ingin mengambil alih Cia dari gendonganku.

"Ndak mau, adek mau cama undaa telusss sampai tidul, yah bunda," ucapnya sambil memandang wajahku membuat ku tersenyum.

"Yasudah, Heera saya titip anak saya yah, saya mau ketempat kerja saya sebentar," ucap Zafran meninggalkan mereka, sebelum benar benar meninggalkan anaknya dia mencuri ciuman di pipi gembul anaknya dengan gemas.

"Jangan nakal sama tante yah sayang, ayah kerja dulu," bisiknya lembut ditelinga kiri anaknya. Walaupun berbisik aku masih mendengar apa yang Zafran bisikkan.

"Ciap ayah," ucapnya bersemangat sambil mencium pipi tegas ayahnya.

Sudah lama Cia menemaniku bekerja, walaupun sedikit kesulitan dia merasa terhibur dengan kelucuannya yang membuatku gemas sendiri, sekarang kita tengah beristirahat di dapur bersama dengan temanku lainnya.

"Ehh Heer anaknya pak boss gemes banget yah, pengen cubit rasanya," ucap Nisha sambil ingin mencubit pipi Cia, sebelum mencubit Cia lebih dulu memberikan tatapan tajam, dia langsung memeluk bunda tersayangnya.

"Ndak boleh tcubit tcubit," ucapnya garang, sambil menampilkan wajah garangnya, yang membuat Nisha dan teman temanku lainnya tertawa dengan kelucuan kelucuan yang dilakukan Cia.

"Unda adek laper," rengeknya dipangkuanku sambil menulusupkan wajahnya di belahan dadaku, aku sudah sedikit terbiasa dengan kebiasaan Cia yang selalu menelusupkan wajahnya didadaku.

"Ade laper hmm? tungguin ayah selesai yah sayang," ucapku sambil mengelus rambut anak kecil itu.

Sebenarnya aku ingin memberikan dia makan tapi, aku takut jika aku memberikan anak orang sembarangan makan malah berakibat fatal, apalagi aku tidak tau dia mempunyai alergi atau tidak.

Belum sampai lima belas menit Ica sudah tertidur didalam pelukanku, dia bahkan lebih menelusupkan lagi wajahnya dibelahan dadaku, sambil mengeratkan pelukannya.

Semuanya terkejut dengan kedatangan seorang pria, siapa lagi kalau bukan Zafran, bosnya, saat ada bossnya berada di ruang istirahat karyawan membuat semua karyawan kembali bekerja.

"Ma-maaf pak, Ica ketiduran, dari tadi menunggu bapak," ucapku menatapnya sambil wajah ketakutan karena semuanya sudah kembali bekerja sedangkan aku hanya duduk sambil memangku Ica yang sedang ketiduran.

Zafran tidak banyak bicara dia langsung mengambil Ica yang ada di dalam pelukanku, tapi siapa sangka ica terbangun dan tiba tiba merengek, aku menyerngitkan alisku kebingungan, karena rengekannya bukan seperti rengekan manja tapi seperti rengekan kesakitan.

Aku pun merasakan suhu badan Cia menjadi panas, setelah itu aku mengeceknya dengan menempelkan telapak tanganku kedahi Cia.

Aku membelalakkan mata terkejut saat mendapati suhu tubuh Cia panas. Zafran yang mengetahui keterkejutanku semakin panik, dia pun mengambil Cia dari pelukanku tapi naas, Cia semakin merapatkan pelukannya.

"Bapak paksa aja, nggak papa," ucapku membuat Zafran menarik Cia tapi tidak bisa.

"Maunya cama unda, unda jangan tingdalin adek, unda." rengeknya dengan mata yang terpejam.

"Ini pasti alerginya kambuh," ucap Zafran bergumam sambil mencium dahi Cia.

"Kamu ikut saya saja," ucapnya membuatku membelalakkan matanya.

"Ta-tapi pak pekerja__

""Tidak usah pedulikan pekerjaan kamu, saya bosnya, ayo kita kerumah sakit," tanpa sengaja Zafran menarik tanganku lembut menuju mobilnya.

Teman temanku yang melihat aku memasuki mobil pak bos pun terkejut tapi mereka mulai mengalihkan pandangannya saat terdengar suara bentakan dari atasannya.

Saat mereka sampai dirumah sakit Cia tidak mau diperiksa dan dia merengek untuk pulang.

"Sayang diperiksa dulu yah sama pak dokter, nanti kalau sudah sembuh adek bisa main sama bunda lagi, yah," ucapku lembut sambil mencium pipi gembul Cia.

Cia dengan terpaksa menganggukkan kepalanya tanda setuju, lalu dia mau untuk dibaringkan dan diperiksa.

"Unda sini aja," ucapnya sambil memeluk pinggangku.

"Iyah sayang," aku pun duduk disisi ranjang dengan pinggang yang dipeluk erat oleh Cia. Walaupun sedikit susah untuk memeriksanya tapi sekarang pemeriksaan berjalan lancar.

Membuat seseorang yang sedang berdiri di samping ranjang tersenyum kecil, sampai yang ada diruangan itu tidak bisa melihatnya.

"Pak Zafran, alergi Ica kambuh pak, sepertinya nona Ica habis memakan coklat dan minuman dingin lagi," ucap dokter.

"Ini resep obatnya tuan, sekarang keadaan nona Ica sudah mendingan. dan bisa dibawah pulang, saya pamit undur diri dulu yah pak," sambung dokter, Zafran hanya menganggukkan kepala sambil menerima resep obat.

Zafran menatap tajam anaknya yang sekarang audah berada dipelukanku dan seperti biasanya dia menelusupkan wajahnya didalam belahan dada empukku.

Ica ketakutan didalam pelukanku, aku merasakannya. Zafran pun mendekatkan diri di bankar rumah sakit, lalu dia mendudukkan pantatnya dibankar itu.

"Kamu habis makan apa hmm?" ucap Zafran lembut sambil mengelus rambut Ica lembut, walaupun dia ingin marah dengan anaknya itu tapi dia sadar bahwa memang salahnya, belum terlalu bisa menjaga anaknya sendiri sampai alergi itu muncul lagi.

"Ndak mau, nanti ayah marah," dia masih saja menelusupkan wajahnya didadaku.

"Nggak kok, ayah nggak marah. Adek jujur aja, ayah nggak akan marah, beneran!" ucapnya meyakinkan membuat Cia mengangkat kepalanya dan melihat wajah ayahnya.

"Sini!" ucap Zafran sambil mengangkat tangannya hendak memeluk Cia.

Cia pun langsung berhambur kepelukan ayahnya itu. Aku pun tersenyum melihatnya.

"Coba jawab jujur, adek kemarin makan apa hmm," ucapnya sambil menciumi pipi gembul anaknya itu.

"Ihh ayah geli," Cia merasa kegelian dengan ciuman bertubi tubi yang diberikan oleh ayahnya, apalagi ayahnya memiliki bulu bulu halus yang berada disekitaran dagu dan kumis.

"Jadi dini, adek kemalin waktu ketemu unda, aku ajak unda buat ke tempat es klim coklat, sebenalnya unda ndak boyehin tapi adek paksa, jadi unda beliin deh," ucapnya membuatku melototkan mata, ja-jadi Cia alergi es krim yang benar saja?

"Ma-maaf tuan, saya benar benar tidak tahu kalau Cia mempunyai alergi dengan es krim," ucapku ketakutan dan tidak berani memandang wajah menyeramkan milik ayah Cia ini.

"Siapapun tolong aku," ucapku dalam hati menangis.