." Zaf, ini calon mantu mama."
" Bu bukan, saya Heera say__
Belum selesai aku menyelesaikan kata kataku terhenti dengan ucapan Zafran yang membuatku menyerngitkan alis tanda bingung.
"Bisa dibilang seperti itu ma," ucapnya sambil menatapku tersenyum.
"Ehh iyah, perkenalkan nama mama Alsava Grisham, kamu bisa panggil saya mama Sava saja yah," ucapnya akrab, sepertinya memang mama Sava mudah sekali akrab dengan seorang, terbukti dari cara dia memperkenalkan dirinya terlebih dahulu.
"Iyah ma, perkenalkan juga, nama saya Priyanka Heera, mama bisa panggil saya Heera, senang bertemu sama mama," ucapku sambil tersenyum sumringah menatap wajah cantik wanita paruh bayah itu.
"Dan ini papa Zafran, namanya Ardian Grisham, panggil saja papa Ardi yah," ucapnya membuatku mengangguk sambil tersenyum menatap kedua pasangan paruh baya itu.
"Senang bertemu dengan mama Sava dan papa Ardi," ucapku sambil tersenyum menatap keduanya dan dibalas senyuman juga.
"Sudah dari tadi, tapi belum bangun juga," ucapku sambil mengusap keringat yang ada di dahi anak kecil itu.
"Mungkin dia gerah, aku nyalain AC nya yah," ucap Zafran, aku pun menganggukkan kepala tanda setuju, memang dari tadi AC mati, Dan sekarang syukurlah kalau AC bisa menyala kembali.
"Yahh, padahal opa mau main sama cucu opa," ucap papa Ardi mendesah, sambil menyenderkan badannya ke sandaran sofa. Dan papa Ardi pun memeluk erat pinggang ramping istrinya yang membuat istrinya tersentak kaget.
"Jangan peluk peluk, kamu nggak lihat didepan kamu ada anak sama calon menantu kamu, nggak ada malunya sama sekali!" ucap mama Sava dengan menepuk tangan yang melingkar dipinggangnya.
"Biarin sayang! toh mereka juga bisa melakukan seperti ini!" ucap papa Ardi santai sambil memejamkan matanya menyenderkan kepalanya di bahu istrinya.
Zafran terlihat membolamatakan malas, lalu tiba tiba dia menatapku dan langsung memeluk aku dan Cia bersamaan.
Dia terlihat menciumi wajah Cia yang menyender di dadaku. Dengan beraninya dia menciumi wajah Cia dan hampir saja mengenai dadaku.
"Emm undaaa," rengek Cia bangun sambil mengerjapkan matanya mengumpulkan nyawanya.
"Apa sayang?" ucapku sambil mencium dahi Cia saat dia mendongak dengan menyimpitkan mata.
"Undaa adek hauss," ucapnya manja sambil menelusupkan lagi wajahnya dibelahan dadaku.
Dengan cepat Zafran mengambil susu dot yang sudah dibuatkan oleh bibinya, kemudian dia memberikan dot itu kepada Cia, dengan senang hati Cia menyedot susu itu dengan lahab.
"Adek nggak mau lihat? yang ada dibelakang adek siapa?" ucapku membuat dia menyerngitkan alisnya bingung dia pun langsung membalikkan badannya, dan berubah lah wajahnya menjadi sumringah saat melihat oma dan opanya.
"Omaaa opaaa," teriaknya membuat botol dot yang berada dimulutnya terlepas jatuh kelantai.
"Huuuu cucu opa," ucap papa Ardi, dengan senang hati papa Ardi merentangkan tangannya dan Cia berhambur kepelukannya.
"Opaaa adek linduuu cama opa," ucapnya menggemaskan, papa Ardi pun mengangkat badan Ica kepangkuannya, dia pun memberikan ciuman bertubi tubi kewajah Ica, membuat Ica tertawa terbahak bahak.
"Ceritanya tidak rindu sama oma ini?" ucap mama Sava pura pura sedih.
"Lindu dong omaaa," ucap Ica sambil berpindah memeluk erat oma kesayangannya.
"Uu cucu omaa," ucap mama Sava sambil menguyel nguyel pipi gembul Ica.
"Oma sama opa bawa oleh oleh ndak buat adek?" tanyanya dengan memandang oma opanya dengan mata bulatnya.
"Bawa dong, oma sama opa bawa banyak banget mainan buat adek?"
"Mana?" tanyanya seperti menagih.
"Tapi ada syaratnya."
"Syalat apa opa? ndak mungkin kan kalo adek ngasih uang cama opa cama oma? soalnya adek ndak punya uang," ucapnya cemberut tidak terima jika harus ada syarat saat ingin mengambil mainan nya.
"Hahahaha nggak kok, nggak mungkin oma sama opa minta uang sama adek, oma sama opa pengen adek cium oma sama opa, gimana mau kan?"
"Dengan shenang hati" ucap Cia menggemaskan lalu dia memberikan ciuman bertubi tubi untuk oma dan opa.
"Udah kan oma? opa? sekalang mana oleh olehnya?" tanyanya menagih
"Itu sayang," ucap oma sambil menunjuk tas tas yang banyak.
Dengan senang hati Ica membuka semua hadiahnya, dia berjingkrat kegirangan saat mainan kesukaannya berada disana.
"Emm Heera, apakah asi kamu lancar?" tanya mama Sava membuatku menyerngitkan alis, asi? bahkan suami dan anak saja tidak punya? bagaimana asi aku bisa keluar?
"Maksud mama apa?" tanyaku kebingungan.
"Mama yang benar saja, Heera saja belum punya suami dan belum punya anak, jadi nggak mungkin asi Heera keluar, pertanyaan mama ada ada dehh," ucap Zafran sedikit kesal dengan pertanyaan yang dilontarkan mamanya itu, entah mengapa saat mamanya berbicara seperti itu membuat hati Zafran sakit, pernyataan itu bisa saja mengartikan bahwa Heera sudah mempunyai anak dan suami, membayangkan Heera dengan yang lain saja sudaha membuat hati Zafran sakit.
"Ta-tapi sayang, kenapa baju bagian dada kamu basah?" tanya mama Savi sambil menunjuk area dadaku.
Aku pun menunduk melihat baju diarea dadaku yang basah. Aku semakin malu saat Zafran dan papa Ardi melihat area dadaku yang basah.
Dengan cepat Zafran melepas jaket yang dipakai lalu menutupi area dada Heera yang tercetak buah dadanya.
"Ka-kamu kok bisa ngeluarin asi Heera?" tanya Zafran sambil menyerngitkan alisnya.
"Bu-bukan tadi ini bukan asi aku mama, ini iler Cia tadi waktu ketiduran, Cia tadi kan tiduran didada aku jadi iler dia nempel kebaju Heera bunda, nggak mungkin juga kan Heera ngeluarin asi," ucapku meyakinkan mama Sava.
"Owh gitu, mama kira tadi apa, maafin mama yah sayang," ucap mama Sava merasa bersalah sambil tersenyum memandang wajahku.
"Nggak papa mama." ucapku sambil tersenyum kepada mama Sava.
Kalau begitu mama izin kekamar Ica sama papa yah, pengen main sama Ica soalnya, kalian berdua disini aja ngobrol ngobrol," ucap mama Sava sambil mengambil mainan Ica.
"Ayoo cucu opa, kita main ke kamar adekk," ucap papa Ardi bersemangat sambil mengangkat badan cucu kesayangannya.
Saat hanya kita berdua saja diruang tamu, tiba tiba Zafran memulai berbicara.
"Memang benar itu iler Cia? atau yang lain hmm?" tanyanya menyelidik sambil memandang wajah ku dengan intens membuatku salah tingkah sendiri.
"Be-benar tuan, kalau bukan iler Cia apa lagi?" tanyaku sambil gugup sendiri.
"Tapi kalau itu cuman iler, kenapa kamu gugup sendiri? hhmm?"
"Aku ingin membuktikannya," ucapnya sambil tersenyum smirk memandang wajah cantik Heera.
"Silahkan tuan, kalau itu membuat tuan menjadi percaya dengan saya," jawabku dengan sedikit kesal.
Tiba-tiba....
Zafran menarik jaket yang berada di tubuhku lalu dia menelusupkan kepalanya dibelahan dadaku.
"Akkhhh," aku tersentak kaget dengan serangan yang dia berikan membuatku ambruk disofa besar bersama dengan tubuh tegapnya.
"Akhh tuan sakit jangan di___