Chereads / TERLALU PERCAYA / Chapter 10 - pilih-pilih baju....

Chapter 10 - pilih-pilih baju....

"Anak angkat kamu juga sayang."

Terdengar bisikan dari telingaku yang bisa membuatku tercengang, setelah Zafran mengatakan itu, dia langsung pergi menemani anak nya untuk membayar buku yang sudah di pilihnya tadi, ucapannya dapat membuat pipiku menjadi merah. OMG apakah aku mimpi!, aku pun menampar pipiku berulang kali, dan ternyata ini memang nyata.

Aku pun menyusul mereka yang sudah dulu berada di pintu keluar toko itu.

"Adek mau apa lagi hhm," ucapnya sambil mengacak rambut halus anaknya itu dengan gemas, sekarang terlihat Cia membawa tentengan kantong plastik yang berisi buku buku yang dia beli tadi.

"Ica mau beli es klim ayah," ucapnya bersemangat, tapi tiba tiba wajahnya murung saat ada penolakan dari ayahnya itu.

"Yang lain aja yah sayang, adek nanti bisa demam lagi! emang adek mau sakit?" ucap Zafran sambil mengecup pipi gembul Ica berulang kali.

"Tapi adek maunya es klim ayahh," ucapnya keras sambil ingin mengeluarkan jurusnya yaitu menangis.

"Hiks... hiks... huaaa, ayah jahat, adek mau es klim ndak dibeliin. Huaaa unda endong unda," tangisnya sambil merentangkan tangannya kepadaku, buku buku yang dia pegang sekarang jatuh kelantai dengan sangat tragis.

Zafran pun memungut buku itu.

"Adekk boleh minta apa saja selain es klim sayang, emm gimana kalau kita beli roti? roti yang biasanya adek beli sama oma sama opa, terserah deh nanti adek ambil berapa," ucapnya membujuk putri kecilnya.

"Hiks... hiks... benelan adek boleh minta banyhak banyhak rotinya ayah?" tanyanya memastikan.

"Beneran sayang, tapi adek juga janji harus habisin yah?"

"emmm yaudah hiks... adek beli loti aja ayah," ucapnya sambil menelusupkan wajahnya didadaku.

Zafran yang melihat kelakuan putri kesayangannya, hanya bisa menggelengkan kepala.

"Ayoo Heera, kita masuk ke mobil," ajaknya membuatku hanya bisa menurut dan mengikuti langkah kaki panjang Zafran.

Aku memang duduk disebelah kursi Zafran, karena dia yang menyuruhku, dia bilang,"Aku bukan supir kamu Heera, kedepanlah!" ucapnya memerintah membuatku hanya bisa menurut saja.

Saat ini aku, Zafran dan Ica sudah berada didepan toko kue terkenal, disini juga terkenal dengan pudding, butter sweet yang sangat enak.

"Adek pilih aja mau yang mana? dan kamu Heera, kamu juga harus memilih! tidak ada penolakan!" ucapnya tegas saat aku ingin menolak tawarannya.

"Adekk mau ini, ini, ini,ini, ini sama, ini ayah!" ucapnya sumringah.

"Adekk! satu ini jangan yah! kan ada coklatnya," ucap Zafran membuat wajah Ica cemberut.

"Tapi adek maunya itu."

"Yang lain aja sayang! yah?!" bujuknya.

"Kamu pilih yang mana Heera?" tanyanya padaku, aku pun menunjuk apa yang aku pilih.

"Saya pilih yang ini saja tuan."

"Emm yaudah, adek juga mau kayak unda itu ayah!"

"Beneran yah?"

Dan terlihat Ica menganggukkan kepalanya tanda setuju.

"Totalnya jadi berapa?" ucap Zafran sambil mengeluarkan black cardnya.

"Totalnya lima juta tuan," ucap kasir itu membuatku melongo, memang benar bahwa toko kue ini hanya untuk orang konglomerat seperti Zafran saja, kalau untuk rakyat jelata seperti aku sepertinya sangat sangat tidak cocok sekali menginjakkan kaki disini.

Setelah Zafran membayar, kita pun kembali melajukan mobil menuju rumah besar Zafran.

Saat sudah berada disana, dengan senang hati Ica berlarian memasuki pintu besar rumah itu.

"Omaaa opaaa, lihatt adek bawa apa?" ucapnya sambil berteriak kencang sekali, membuat pembantu disana kaget.

"Adekk memang beli apa sayang?" terdengar suara yang berasal dari ruang tamu membuat Ica lari kearah sana dan menemukan opa dan omanya sedang menikmati film sambil tiduran.

"Omaa! opaa!" Cia pun dengan cepat meloncat kepangkuan opanya.

"Oma, opa. Tadi adek beli rotinya banyak cekali, tapi bental, masih dibawa ayah, ayah lemot cekali," gerutunya saat tidak mendapati ayahnya memasuki pintu rumah itu.

Dan terlihatlah Zafran dan aku sambil tangan Zafran yang menggenggam dan menenteng kresek besar berisi roti dan buku tadi, saat dihalaman rumah tadi entah mengapa tiba tiba saja Zafran menggengamku.

"Nah ini dia, mana ayah, aku mau ngacih tau om cama opa," ucapnya merebut kantong plastik yang berada ditangan ayahnya, yang diambil hanya buku saja, kalau Ica mengambil kantong plastik yang berisi roti, Ica pasti tidak akan muat.

"Ini nihh opa, tadi adek beli buku banyak cama unda cama ayah," ucapnya sambil menyerahkan buku yang dia beli tadi.

"Wahh buku cerita yah? adekk udah bisa baca nggak nih?" tanya mama Sava sambil mengelus lembut rambut kepala cucu kesayangannya itu.

"Heheehehe belum oma, tapi biacanya adek dibacain cama unda kok."

"Owh yah? beneran sayang?" tanya mama Sava sambil memandangku penuh tanya.

"Iyah ma," ucapku sambil memperlihatkan senyum kecilku.

"Wahh, kapan kapan adek bisa aja belajar membaca sama bunda yah! biar adek bisa membaca, sebentar lagi kan adek sekolah kan?" ucap mama Sava membuat Ica menganggukkan kepalanya. Walaupun tahun depan Ica masih berumur empat tahun, tapi Ica bisa sekolah dan masuk di playgroup dulu.

"Emm iyah oma, nanti adek mau belajal membaca cama unda," ucapnya menyanggupi apa yang diperintahkan omanya.

"Anak pintar," ucap mama Sava sambil menguyel uyel pipi gembul Ica.

"Owh yah, adek campek lupa adek kan tadi beli loti," ucapnya sambil menepuk dahinya membuat semua yang melihat tertawa.

Ica pun turun dari pangkuan opanya, dia langsung mengambil roti yang berada dimeja.

"Ini punya opa, ini punyanya oma, ini punyanya unda tadi dan ini punyanya ayah, nah selain itu ini punya adek semua hehe," ucapnya memberikan satu per satu kerdus yang berisi roti tadi, dan tak lupa Ica juga mengambil satu kotak roti untuk dia makan.

Saat memakan makanan berlangsung, terlihat bibir sampai dress yang dikenakan Ica terdapat banyak Cream.

Sudah selesai memakan tadi, engan telaten aku memebersihkan cream yang berada dimulut, pipi bahkan bajunya.

"Adekk ganti baju aja yah? yang ini udah kotor" ucapku sambil memperhatikan keadaan Ica yang sekarang memang terlihat acak acakan.

"Ma pa, aku izin keatas dulu yah? mau gantiin baju adek dulu," ucapku izin.

Mama Sava dan opa Ardi terlihat menganggukkan kepalanya dengn tersenyum mengiyakan.

Aku pun langsung menggendong Ica, saat sudah berada disana, aku pun langsung mencari baju sehari hari Ica saja.

"Adek pakai baju ini saja yah?" tanyaku padanya.

"Emm ndak mau unda, adek maunya itu," Ica menunjuk dress simple yang menggantung diatas sana.

"Yang itu sayang?" ucapku memastikan.

"Iyah unda," aku pun langsung mencoba mengambil baju yang diinginkan oleh Ica tapi percuma badannya terlalu pendek dibandingkan lemari Ica yang sangat besar itu.

Tiba tiba ada tangan yang melingkar di pinggangku dan mengangkatku.