Ghina sengaja memang tidak serta merta menjadi otoriter ketika memimpin Adinata Company. Tapi semenjak mengetahui penyebab kecelakaan yang menimpa kedua orang tuanya, Ghina harus waspada karena dia tidak bisa mengkaitkan bukti-bukti yang ada dengan orang-orang yang dicurigainya.
Ghina tak ingin tak ingin mengalami nasib yang sama dengan orang tuanya. Menurutnya ayahnya terlalu baik hati dan membiarkan para pengkhianat berpesta pora dibelakangnya. Ketika ayahnya menyadari adanya para pengkhianat di perusahaannya dan mencoba menyingkirkan mereka, mereka bahkan menyingkirkan ayahnya lebih dahulu. Untungnya orang kepercayaannya ayahnya mampu memprediksi hal itu dan mengantisipasi dengan cepat agar perusahaan tidak jatuh ke tangan para pengkhianat itu dan menjadikan Ghina yang sebenarnya masih berseragam SMA sebagai CEO Adinata Company.
Ghina sangat bersyukur karena ada Om Arkan orang kepercayaannya ayahnya yang membantunya mengelola Adinata Company. Dia menyeleksi dengan ketat orang-orang yang menjadi kepercayaan dirinya. Dia juga pelan-pelan menyingkirkan para pengkhianat meski belum sepenuhnya berhasil karena selalu ada orang-orang yang serakah yang mau masuk ke lingkaran mereka.
Ghina kemudian menggunakan dalih kecelakaan orang tuanya sebagai penyebab kerusakan wajahnya. Dengan wajah buruk rupanya, Ghina selalu mampu menutupi ekspresi wajahnya yang sesungguhnya membuatnya tak mudah terintimidasi orang-orang yang tak suka dia mengambil jabatan terpenting di Adinata Company.
Ghina kembali mendesah setelah menyelesaikan semua dokumen yang ada di atas mejanya. Ghina menatap jam di tangannya, tak terasa sudah waktunya pulang. Ghina memutuskan untuk pulang lebih awal karena nanti dia akan bertemu dengan Samudra Sebastian. Ghina merasa perlu berdandan meski dia tak akan melepas topeng buruk rupanya, setidaknya mengenakan gaun yang elegan dan. aksesoris lainnya yang membuatnya terlihat berkelas. Dia tak ingin Sam meremehkannya karena dialah yang seharusnya meremehkan laki-laki itu.
***
Jam tujuh malam, Ghina turun dari mobil sport miliknya di depan sebuah hotel tempatnya bertemu dengan Samudra Sebastian. Ghina menyerahkan kunci mobil kepada valet dan melenggang memasuki lobby dan melangkah menuju lift. Restoran yang ditujunya berada di rooftop hotel, sebuah restoran bintang lima yang sangat terkenal dengan menunya yang enak dan tempatnya yang instagramable selain itu view-nya juga sangat cantik karena dari sana mereka bisa melihat lampu-lampu kota yang indah.
Samudra Sebastian segera berdiri menyambut kedatangan Ghina Adinata yang melenggang angkuh ke arahnya. Suasana tempat ini tak terlalu ramai jadi Ghina bisa segera menemukan posisi Sam yang berada di tengah-tengah ruangan.
Malam ini, Sam terlihat sangat tampan, dia mengenakan celana jeans dan kemeja putih dan jas hitam. Dia terlihat menonjol di antara yang lain yang ada di tempat ini. Samudra Sebastian terlihat sedikit lebih ramah dari biasanya.
"Selamat malam nona Ghina, semoga pertemuan ini tak menganggu waktumu," Sam tertegun menatap Ghina Adinata, dia tak menyangka Ghina akan datang ke tempat ini.
Ada segores senyum di wajah tampannya meski tak begitu kentara, Sam menyeret sebuah kursi dan mempersilakan Ghina Adinata duduk di sana. Ghina Adinata hanya menatap Sam dengan tanpa ekspresi di wajahnya dan segera duduk di kursi yang disediakan Sam. Laki-laki itu kemudian mengitari meja untuk kembali ke kursinya. Dalam hati sebenarnya Sam merasa kesal akan sikap Ghina yang sama sekali tak menghargainya. Sam meyakinkan dirinya untuk mengalahkanpada Ghina saat ini karena dia harus men
Sam melambaikan tangannya pada seorang pelayan untuk memesan makanan. Seorang pelayan dengan cekatan mendekati meja mereka dan menyerahkan tablet di tangannya kepada Sam. Sam menerima uluran tablet itu dan menyerahkannya pada Ghina untuk memilih pesanannya. Ghina segera memilih hidangan mulai dari appetizer, main course hingga dessert kemudian menyerahkan kembali tablet di tangannya kepada Sam yang langsung diberikan kepada pelayan. Sam langsung mengatakan kepada pelayan kalau pesanannya disamakan saja dengan pesanan Ghina, toh yang dipesan Ghina Adinata sesuai seleranya.
Setelah pelayan meninggalkan meja mereka, Ghina mengeluarkan sebuah berkas dari dalam tasnya dan memberi isyarat pada Samudra Sebastian untuk untuk membaca berkas yang hanya berisi dua lembar kertas itu. Sam mengambil berkas tersebut dan mulai mempelajarinya dan mulai mengernyitkan dahinya. Tadinya dia berharap akan aku butir tentang berapa lama pernikahan mereka, semakin cepat durasi waktunya tentu akan semakin cepat dia lepas dari perempuan buruk rupa itu. Sayangnya selain tak menyebutkan berapa lama waktu pernikahan mereka, Ghina juga tak ingin Sam menceraikannya. Kalaupun ada perceraian di antara mereka maka inisiatif perceraian harus berasal dari Ghina.
Selain itu ada hal yang membuat Sam sangat kesal, entah Ghina sengaja memasukkan butir itu untuk membuatnya kesal atau mungkin ingin membuatnya jatuh cinta padanya. Ghina menginginkan Sam menciumnya setiap pagi sebelum mereka berangkat kerja dan malam sebelum tidur. Serta beberapa hal absurd lainnya yang membuatnya harus menahan emosinya.
"Kalau kamu sudah membacanya, kamu bisa segera menandatanganinya," ucap Ghina dingin.
"Ini gila!" desis Sam, matanya menyipit menatap tajam ke arah Ghina.
"Terserah! Kalau kamu ingin perusahaan kamu selamat, kamu bisa segera menandatanganinya!"
Dua orang pelayan datang membawakan pesanan mereka membuat keduanya menjeda pembicaraan mereka. Keduanya kembali melanjutkan pembicaraan setelah pelayan yang membawakan pesanan mereka meninggalkan tempat itu.
"Kamu benar-benar menjijikkan! Aku yakin tak ada laki-laki yang mau menciummu sampai kamu memaksaku untuk menciummu!" Samudra Sebastian kembali menatap Ghina dengan wajah jijik, sementara Ghina mulai menikmati Shrimp Avocado Cocktail sauce dengan santai. Dengan menatap Ghina saja dia sudah kehilangan nafsu makannya kini masih harus memikirkan harus menciumnya setiap hari dia merasa mual. Jangankan tiap hari, hanya membayangkan saja perutnya sudah tidak bisa diajak kompromi. Sam segera pamit untuk pergi ke toilet karena dia sudah tak tahan untuk muntah.
Ghina tertegun mendengar ucapan Sam yang mengatakan kalau laki-laki itu harus menciumnya setiap pagi dan malam. Ghina merasa tak meminta hal itu, itu pasti pekerjaan Dika! Ghina hanya memberikan garis besar keinginannya dan Dika yang akan membuat detailnya seperti biasanya. Salah sendiri dia tak membaca kembali berkas yang diberikan Dika kepadanya karena dia terlalu percaya pada sepupunya itu.
Meski tak suka dengan ide itu tapi saat membayangkan wajah tersiksa Samudra Sebastian seperti tadi, Ghina tak bisa tidak membiarkan isi perjanjian itu tetap ada. Ghina hanya perlu mencari cara bagaimana agar bisa menghindar dari ciuman Samudra Sebastian.
Tak lama kemudian Sam keluar dari toilet dengan wajah pucat pasi, tampaknya dia benar-benar muntah. Sudut bibir Ghina sedikit berangkat naik melihat wajah pias Sam, sepertinya itu sebuah hukuman yang pantas untuk seorang Samudra Sebastian yang telah merendahkan seorang perempuan hanya karena dia jelek.
***