Keesokan paginya, Samudra Sebastian merasakan seluruh tubuhnya pegal karena terpaksa tidur di sofa yang panjangnya kurang dari panjang tubuhnya. Sam berani tidur di atas tempat tidur ukuran king size di mana Ghina berbaring karena takut Ghina akan melakukan sesuatu padanya karena itu dia lebih memilih tidur di sofa walau sebenarnya Ghina sudah terlelap saat dia masuk ke kamar. Mungkin dia terlalu berprasangka Ghina tapi dia sungguh tak ingin berakhir tidur bersama dengan perempuan buruk rupa dan kejam itu.
Samudra Sebastian merasakan kepalanya pusing, baru menjelang subuh tadi dia bisa memejamkan matanya. Hampir semalaman Sam tak bisa memejamkan matanya bukan karena takut Ghina akan memaksanya tapi karena matanya selalu tertuju pada bibir Ghina. Sam tak mengerti kenapa dia tak merasa mual atau muntah saat menyentuh bibir itu seperti yang dia bayangkan sebelumnya.
Berkali-kali Samudra Sebastian mencoba memalingkan wajahnya tapi usahanya sia-sia karena hanya dalam hitungan detik saja matanya sudah mengarah ke sana. Sam bahkan sudah melupakan wajah mengerikan Ghina. Dia tak tahu apa yang membuatnya tak bisa berpaling tapi dia harus mengakui walau wajah Ghina mengerikan tapi bibirnya sangat cantik apalagi setelah dia merasakan manisnya bibir itu. Padahal sebelumnya tak sekalipun terlintas di pikirannya dia akan menikmati rasa manis bibir Ghina.
Sam mencoba mengelak dari debar yang dirasakannya saat dia mengingat ciumannya dengan Ghina tadi malam.
Suara pintu kamar mandi yang terbuka membuat Samudra Sebastian segera menengok dan menemukan sosok Ghina Adinata yang tengah berjalan keluar melalui pintu itu. Ghina tampak terkejut melihat Sam sudah bangun, Ghina hanya mengenakan bathrobe untuk menutupi tubuhnya.
Samudra Sebastian cukup terkejut melihat Ghina bisa berjalan tanpa bantuan kursi roda meski kedua tangannya memegang daun pintu. Takut Ghina akan terjatuh, Sam refleks berdiri dan berlari cepat menuju tempat Ghina berdiri. Meski merasa jijik dan membenci gadis itu bukan berarti dia membiarkan gadis itu celaka. Sam segera mengangkat tubuh Ghina dan menggendongnya ala pengantin kemudian mendudukkannya di salah satu sisi tempat tidur. Setelah itu dia berdiri dan menatap wajah Ghina yang terlihat syok. Pasti Ghina tak menyangka kalau Sam akan mencemaskannya.
Sam sendiri ikut terkejut saat menyadari apa yang telah dilakukannya, Dia segera mengalihkan tatapannya dari wajah Ghina kemudian melangkahkan kakinya ke kamar mandi. Sam sangat yakin kalau dia tak menyukai Ghina, dia bahkan merasa jijik pada gadis itu tapi kenapa reaksi tubuhnya menjadi begitu pada Ghina. Sam membasuh mukanya dan mengeringkannya.
Tidak! Aku hanya membantunya agar tidak jatuh, bantah hati Sam saat mengingat tindakan impulsifnya. Sam menggelengkan kepalanya dan tersenyum kecut.
Setelah menyelesaikan urusannya di kamar mandi, Sam kemudian keluar dari sana dan melihat Ghina sudah berganti pakaian dan sedang duduk di atas sofa sambil menatap tablet yang dipegangnya. Entah apa yang sedang dikerjakan tapi wajahnya terlihat serius. Sepertinya dia tengah memeriksa email yang masuk dan membalasnya karena tangan Ghina juga terlihat menari di atas tabletnya.
Ghina menoleh sekilas ke arah Sam, dia tampak terkejut melihat Sam hanya mengenakan handuk yang hanya menutupi sedikit pinggangnya dan bagian bawah tubuhnya. Ghina merasakan dadanya berdebar saat melihat pahatan tubuh Sam yang sempurna namun dia kembali memasang wajah seriusnya dan tampak acuh tak acuh sebelum kembali sibuk dengan tabletnya.
Sam menatap ke arah Ghina yang yang buru menunduk saat tatapan mereka bertemu, meski sekilas Sam bisa melihat kegugupan di mata Ghina tapi dia sama sekali tak bisa melihat rona merah di wajah Gina yang menghitam karena luka yang mengering. Melihat wajah jelek Ghina, Sam kembali merasa mual. Sam menghembuskan nafas dengan kasar karena harus memberikan morning kiss pada Ghina. Seperti semalam dia merasa gila saja saat membayangkan harus melakukan hal itu.
Sam mengenakan pakaiannya sembari menatap Ghina telah meletakkan tabletnya ke atas meja kemudian mendorong kursi rodanya ke arah balkon dan menikmati udara pagi yang mulai menghangat karena matahari yang mulai tinggi. Sam mengamati apa yang dilakukan gadis itu dan dia merasa lega karena Ghina hanya berjemur.
Selesai mengenakan pakaiannya, Sam duduk di sofa dan mulai membuka ponselnya, Sam mengecek kotak masuk emailnya. Sam melihat ada beberapa email masuk dari rekanannya dan orang kepercayaannya. Sam melebarkan senyumnya saat membaca laporan asistennya kalau kondisi Samudra Tech saat ini sudah sangat aman. Rudy, asistennya telah memberikan laporan rinci yang membuatnya bisa melihat dengan jelas kalau Ghina tidak main-main dengan janjinya.
Sam mengarahkan tatapannya ke balkon di mana dia melihat Ghina masih berada di sana dan tengah berusaha berdiri dari kursi rodanya. Sam melihat Ghina tampak kesulitan saat akan berdiri karena itu dia otomatis berdiri dan berlari ke arah balkon. Sam tak mau Ghina terjatuh dan orang-orang akan menuduhnya melakukan sesuatu pada Ghina.
Sam segera membantu Gina berdiri dan berpegangan pada pembatas balkon, Sam bisa mendengar detak jantung Ghina yang tak beraturan karena Sam meraih pinggangnya. Keduanya saling memandang untuk waktu yang lama sebelum Sam membantunya berdiri menyandar pada pembatas.
Ghina tak mengatakan apapun, tak juga mengucap terima kasih pada Sam karena telah membantunya. Ghina masih syok karena tangan Sam masih ada di pinggangnya. Sam sendiri menjadi tak fokus saat tatapannya mengarah pada satu titik, bibir Ghina.
Tiba-tiba Sam membungkukkan tubuhnya dan mendekatkan wajahnya ke wajah Ghina. Tak seperti semalam, kali ini Ghina terlihat. gugup, dia bahkan memejamkan mata saat bibir Sam menyentuh bibirnya. Seperti semalam Sam kembali lepas kendali saat mencium bibir Ghina. Untuk beberapa waktu Sam menyesap bibir Ghina dengan rakus dan mengeksplore bagian dalam mulut Ghina. Sam semakin tak terkendali saat Ghina membalas ciumannya.
Setelah beberapa waktu Sam melepas ciumannya pada Ghina saat sadar kalau gadis itu mulai kesulitan bernapas karena oksigen di sekitar mereka telah di renggutnya.
"Morning kiss," Sam menyeringai saat kesadarannya datang. Sam segera melepas tangannya yang ada di tengkuk dan pinggang Ghina Adinata. Wajahnya segera berubah menjadi datar kembali menunjukkan rasa jijik pada Ghina.
***