Dua hari kemudian.
Sam berusaha menahan rasa jijik yang membuat perutnya mual saat menatap Ghina yang duduk di kursi di deretan depan yang berhadapan dengan tempatnya duduk. Sam terpaksa menyetujui persyaratan yang tertulis di atas surat perjanjian yang disodorkan Ghina kepadanya daripada perusahaan yang telah dirintisnya tak bisa eksis lagi. Ghina memiliki kekuasaan yang terlalu besar untuk dilawannya saat ini. Sam berharap suatu saat kekuasaan yang dimiliki Ghina saat ini bisa menjadi miliknya, dia hanya perlu memikirkan bagaimana caranya menaklukkan Ghina dan merebut kekuasaan milik perempuan itu tanpa Ghina menyadarinya.
Hari ini adalah hari pernikahan mereka, hari yang dipilih Sam sendiri agar permasalahan Samudra Tech cepat selesai. Sam sudah merugi ratusan milyar karena ulah Ghina karena itu dia harus mencegah kerugian yang lebih besar dengan menikahi Ghina secepat mungkin untuk meminimalisir kerugian yang diderita perusahaan miliknya.
Di sinilah dia sekarang, di sebuah aula di salah satu hotel milik Adinata Company. Sam duduk dengan gugup di depan ayah Ghina mengelilingi sebuah meja bersama seorang penghulu dan beberapa saksi pernikahannya. Dengan susah payah Sam mengucap ijab kabul di hadapan ayah Ghina yang tampak masih tampan meski usianya sudah tak muda lagi. Tangan Sam bergetar saat bersentuhan dengan tangan ayah Ghina saat mengucapkan kata-kata sakral itu.
Sungguh, kalau bukan karena Ghina mengancamnya dengan perusahaannya, Sam tak akan Sudi menikahi gadis buruk rupa seperti Ghina. Di luar sana sangat banyak gadis cantik yang mengejarnya, dia bahkan tak perlu tebar pesona hanya agar mereka mendekat.
Senyum bahagia tampak di wajah ayah Ghina karena akhirnya putri kesayangannya mau mengakhiri masa lajang. Ayah Ghina bukannya tak tahu tatapan jijik Samudra Sebastian kepada anaknya tapi dia tak mempermasalahkannya karena dia tahu, Ghina lah yang memaksakan pernikahan ini pada Samudra Sebastian. Ayah Ghina tak tahu apa yang Ghina rencanakan dengan menikahi pemuda itu tapi dia yakin Ghina akan mampu membuat laki-laki itu bertekuk lutut di bawah lututnya.
Sam berusaha tersenyum meski senyumnya tak sampai ke hati, saat ini yang terpenting baginya menjalani semuanya, mengikuti apa kemauan Ghina. Sam masih meraba-raba apa tujuan Ghina memaksanya menikah dengannya. benarkah hanya menghukumnya karena dia merendahkan Ghina karena keburukan wajahnya atau perempuan itu punya maksud lain.
Setelah selesai prosesi akad nikah, Sam berjalan ke arah Ghina dengan senyum palsu di bibirnya. Sam mendorong kursi roda Ghina dan membawanya menemui para tamu yang hadir dan tengah menikmati santapan mereka.
Sam tersenyum ramah pada orang-orang yang hadir di pesta ini. Mereka adalah para kerabat dekat Ghina dan para eksekutif Adinata Company. Sam sendiri hanya membawa rombongan yang berjumlah.kurang dari sepuluh orang, mereka adalah orang-orang kepercayaannya di perusahaan. Sam sengaja tidak membawa ibu dan adik perempuannya karena dia memang menyembunyikan pernikahan ini dari mereka. Sam tak ingin kedua orang tercintanya itu akan menjadi target Ghina karena kesalahannya meski dia ragu Ghina tak akan menyelidiki keluarganya.
Untungnya Ghina dan ayahnya tak mempermasalahkan ketidakhadiran keluarganya karena bagi Ghina menikah dengan Samudra Sebastian hanya untuk memberi pelajaran pada laki-laki berwajah tampan itu agar merendahkan gadis berwajah jelek seperti dirinya. Selain itu dia juga mempunyai rencana untuk mendapatkan teknologi dari perusahaan milik Samudra Sebastian sebelum dia mendepaknya.
Setidaknya Sam merasa bersyukur karena Ghina menyetujui usulannya untuk melakukan acara pernikahan mereka secara privat sehingga dia tak perlu merasa risih harus berdiri di depan ribuan tamu yang hadir.
"Selamat untuk kalian," Dika tersenyum lebar menyalami Samudra Sebastian dan Ghina Adinata kemudian dia mendekatkan wajahnya ke telinga Ghina dengan tangan yang masih menggenggam kedua tangan sepupunya.
"Aku memperingatkan kamu sekali lagi, Ghin! Kamu tidak hanya mempertaruhkan hidupmu tapi juga mempertaruhkan Adinata Company," bisik Dika hampir tak terdengar. Dia membungkukkan tubuhnya agar bisa mencapai telinga Ghina yang duduk manis di atas kursi rodanya.
"Aku tahu. Tenang saja, man. Aku akan membunuhnya kalau dia berani macam-macam apalagi menyentuh Adinata," Ghina mengerucutkan bibirnya dan, menatap Dika dengan tatapan sadis.
Dika terkekeh melihat ekspresi Ghina dan mendengar ucapan gadis itu. Dika sangat tahu siapa Ghina dan dia yakin Ghina tak akan segan membunuh Samudra Sebastian apabila laki-laki itu berani mengutak-atik Adinata Company.
'Poor, Sam,' kata Dika dalam hati sambil menyeringai menatap Samudra Sebastian yang menatap tak suka padanya. Bagi Sam, sepertinya Dika akan menjadi salah satu penghambat rencananya melihat kedekatannya dengan Ghina.
"Aku tak meragukan kamu, sis," bisik Dika kemudian tertawa kecil sambil mengusap kepala Ghina dengan jahil.
Samudra Sebastian menatap cuek dua orang yang saling berbisik di sebelahnya, berusaha tak terganggu dengan tingkah Dika pada Ghina. Sam mulai penasaran dengan tingkah Dika, dia mulai menduga ada hubungan apa antara Dika dengan Ghina, dia juga merasa penasaran tentang apa yang mereka bicarakan. Sepertinya Dika bukanlah seorang asisten biasa buat Ghina Adinata, Sam yakin mereka punya hubungan lebih.
Setelah beberapa waktu akhirnya para undangan pulang dan hanya menyisakan dirinya bersama Ghina dan ayahnya di ruangan itu. Sam hendak meminta Ghina untuk segera membereskan masalah di perusahaannya karena Sam tak ingin Ghina melanggar janjinya yang akan menyebabkan Samudra Tech akan semakin terpuruk. Sayangnya saat itu ayah Ghina mendekat ke arah mereka dan mengajaknya mengobrol.
"Terima kasih sudah mau menikah dengan putri ayah. Mungkin di mata kamu dia sangat mengerikan tapi di mata ayah dia wanita paling cantik di dunia ini," ayah Ghina tersenyum sembari menepuk punggung Samudra Sebastian membuat laki-laki itu menganggukkan kepalanya meski terpaksa. Bagaimanapun dia harus memberi kesan baik pada laki-laki separuh baya itu kalau ingin rencana berhasil.
Ghina bergeming menanggapi ucapan ayahnya, dia hanya menatap datar kedua laki-laki yang ada di dekatnya tanpa ekspresi apapun.
"Ayah harap kamu tidak membuatnya kecewa," lanjut ayah Ghina dengan tatapan memohon yang membuat Sam merasa tak enak hati.
"Saya akan berusaha, Om,"
"Jangan panggil Om, panggil ayah seperti Ghina karena sekarang kamu sudah menjadi anakku," ayah Ghina terkekeh.
"Baik, O.... yah,"
"Rasanya tak pantas ayah berlama-lama di sini, ini malam pertama kalian jadi ayah akan pergi sekarang," ayah Ghina memberi kode pada salah satu pengawalnya yang segera mendekat dan mendorong kursi roda yang diduduki ayah Ghina keluar dari ruangan itu
Samudra Sebastian memandang kepergian ayah mertuanya dari ruangan itu dengan kening berkerut. Aura ayah Ghina sangat berbeda dengan putri kandungnya. Ayah Ghina cenderung ramah dan menyenangkan membuat siapapun yang melihatnya akan langsung menyukainya sangat berbeda dengan Ghina yang dingin yang membuat orang merasa terintimidasi. Sayangnya laki-laki sebaik ayah Ghina harus berada di kursi roda kelumpuhan yang dideritanya akibat kecelakaan sepuluh tahun lalu
***