Samudra Sebastian menatap Ghina Adinata yang tengah sibuk dengan teleponnya. Wajah buruk rupa Ghina tak menunjukkan ekspresi apapun, suaranya terdengar dingin dan tegas terdengar tengah memerintahkan seseorang. Sam tak mendengar apa yang Ghina ucapkan dengan jelas, sepertinya Ghina menelpon seseorang untuk menyelesaikan masalah di perusahaan milik Samudra Sebastian. Dia memerintahkan orang yang untuk menghubungi beberapa orang untuk menyelesaikan masalah itu.
Sebenarnya Sam tak menyangka Ghina akan melakukan semuanya dengan cepat Ghina memang berjanji untuk melakukan hal itu setelah mereka menikah tapi Sam sempat merasa was-was kalau Ghina akan mengingkari janjinya. Sam tak menyangka kalau Ghina benar-benar akan memenuhi janjinya malam ini juga apalagi malam sudah terlalu larut.
Tak lama setelah Ghina meletakkan ponselnya, Sam menerima panggilan dari asistennya. Asisten pribadinya mengatakan kalau masalah mereka sudah teratasi. Pengiriman produk mereka yang sempat ditahan sudah tak mengalami masalah dan semua transaksi yang sebelumnya dibatalkan sudah kembali dilanjutkan sehingga bagian produksi bisa melanjutkan aktivitas mereka. Asistennya bahkan berani menjamin kalau besok kemungkinan harga saham Samudra Tech akan naik tidak hanya di angka semula tapi bahkan lebih tinggi dari angka sebelumnya.
Melihat apa yang baru saja dilakukan Ghina Adinata, Samudra Sebastian menjadi yakin seberapa besar kekuasaan yang Ghina miliki. Hanya dengan satu kata saja Ghina bisa menjungkirbalikkan nasib orang dan itu membuatnya makin penasaran bagaimana seorang Ghina Adinata bisa melakukan semua itu.
Sam menatap Ghina yang masih berada di balkon dan bersandar pada pagar besi pembatas. Sam mencoba menerka apa maksud Ghina yang tiba-tiba memaksanya untuk menikahinya karena mereka tidak saling mengenal sebelumnya. Ghina mengatakan itu karena dia telah merendahkan merendahkannya karena wajahnya yang mengerikan. Melihat wajah ayah Ghina yang sangat tampan, Sam yakin wajah asli Ghina sebelumnya tidaklah buruk. Sam hanya merasa heran karena Ghina tidak melakukan operasi plastik untuk merekonstruksi wajahnya karena dia yakin uang bukanlah masalah bagi Ghina.
Samudra Sebastian berusaha menahan rasa mual saat Ghina kembali memasuki ruangan. Wajah datar Ghina terlihat sangat menjijikkan justru membuatnya mengingat salah satu isi perjanjian yang memintanya untuk mencium Ghina setiap pagi dan malam. Hanya membayangkannnya saja Samudra Sebastian sudah merasa mual, bagaimana dia benar-benar menciumnya? Sam merasa tak sanggup tapi dia tak mungkin menghindarinya. Untungnya tadi setelah akad nikah tak ada acara cium mencium di depan para tamu undangan. Bisa-bisa dia langsung muntah saat bibirnya menyentuh bibir Ghina.
"Aku yakin kamu sudah mendapat kabar baik dari asisten kamu," kata Ghina datar, tanpa basa basi dan tak ada senyuman di bibirnya. Perempuan buruk rupa duduk dengan anggun di atas sofa sementara Sam masih bersandar di dinding melipat kedua tangannya di depan dada.
Samudra Sebastian mengangguk.
"Terima kasih," ucapnya lirih, bagaimana pun dia harus mengatakannya. Kalau Ghina sampai mengingkari janjinya atau menundanya lebih lama, Sam bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada perusahaannya dan dia mungkin tak akan bisa membangun perusahaannya lagi seberapa handal dirinya. Sam yakin Ghina bisa melihat ketidaktulusannya tapi dia tak perduli.
"Aku tidak butuh ucapan terima kasihmu, kamu cukup penuhi perjanjian yang sudah kita sepakati," suara dingin Ghina kembali menyerbu gendang telinga Samudra Sebastian membuat laki-laki itu berdecak kesal.
Sudut bibir Ghina sedikit terangkat, semakin dia melihat rasa jijik di wajah Sam, semakin dia merasa tertantang untuk menaklukkan laki-laki itu dengan wajahnya saat ini. Sepertinya dia harus berterima kasih pada Dika karena telah menambahkan hal konyol itu dalam perjanjiannya dengan Samudra Sebastian. Ghina tak bisa membayangkan bagaimana wajah Samudra Sebastian saat laki-laki itu menciumnya, mungkin Sam akan muntah di wajahnya karena itu dia akan mengantisipasinya.
Samudra Sebastian menatap gadis di berada tak jauh darinya dan menunggu apa yang akan gadis itu bicarakan.
"Satu lagi! Karena kita menikah, aku tak mau mendengar kamu menjalin hubungan dengan gadis lain," tambah Ghina dengan suaranya dingin dan tegas.
Samudra mendengus mendengar ucapan Ghina, dia merasa lucu dengan ucapan Ghina. Pertama, dia menikah dengan Ghina karena gadis itu memaksanya. Kedua dia tidak cinta pada Ghina tak akan pernah bisa jatuh cinta pada gadis buruk rupa itu dan jadi bagimana bisa gadis itu memintanya tidak berpaling pada perempuan lain yang menarik hatinya.
"Aku memang menikah denganmu tapi jangan pernah berharap aku akan jatuh cinta padamu! Sampai kapanpun aku tak akan pernah jatuh cinta padamu dan kamu tidak bisa melarangku untuk jatuh cinta pada gadis lain yang lebih cantik dan menarik perhatianku!" kesal Samudra Sebastian yang merasa permintaan Ghina terlalu berlebihan.
"Aku tahu, kamu memaksaku menikah denganmu karena tak ada laki-laki yang mau menikah dengan perempuan buruk rupa sepertimu. Kalau kamu tidak mengacaukan perusahaanku, aku juga tak akan mau menikah dengan kamu. Dasar perempuan licik!" umpat Samudra sebastian.
"Kamu tahu konsekuensinya kalau kamu melanggar perjanjian yang sudah kita tanda tangani!" Bukannya sedih dengan ucapan Sam, Ghina Adinata justru tersenyum sinis.
"Apa yang baru saja kamu minta tidak ada dalam perjanjian!" dengus Sam semakin kesal.
"Ya, memang tak ada dalam perjanjian tapi kalau kamu sampai melakukannya, aku tak akan segan-segan menghancurkanmu. Itu bukan hal yang sulit untukku!"
"Sebenarnya kenapa kamu memaksaku menikah denganmu?" Sam menatap Ghina dalam-dalam, dia melangkah mendekat dan duduk di depan Ghina.
Ghina mendengus, sebenarnya dia sendiri tak tahu kenapa dia memaksa Samudra Sebastian menikah dengannya. Cinta? Jelas tidak karena dia baru bertemu dengan laki-laki itu pada saat kejadian itu, dia hanya merasa tersinggung dengan sikap Samudra Sebastian yang merendahkannya karena wajah buruk rupanya. Tapi sebenarnya dia bisa menghukum Sam tanpa perlu melibatkan dirinya apalagi sampai menikah dengan laki-laki itu.
"Sudah kubilang, ini hukuman bagimu. Kamu memandang rendah orang yang buruk wajahnya karena kamu merasa kamu sempurna. Aku tahu kamu merasa kalau kamu tampan, pintar, kaya dan kamu memandang dirimu terlampau tinggi karena itu aku sengaja membuatmu bersanding denganku yang buruk rupa ini,"
"Tapi ini konyol!" ungkap Sam sedikit murka.
"Tapi tidak bagiku, aku suka bermain-main dan saat ini kamu dan perusahaanmu adalah permainan bagiku," Ghina menyeringai, wajahnya kembali dingin. Ghina menunduk menatap layar ponselnya dan membuka berita yang baru saja dikirim orang-orang kepercayaannya. Ghina kemudian menelpon seseorang dan memberi berbagai instruksi kepada orang di ujung sana.
Sam terlihat murka mendengar ucapan Ghina yang mengatakan kalau apa yang dilakukannya hanya bermain-main. Dia pasti sedang sial karena bertemu dan membuat kesalahan pada seorang CEO kejam seperti Ghina Adinata, sayangnya dia tak bisa berbuat apa-apa saat ini.
***