Dan tatapan tajam dari pria itu.
Damar tahu tentang berapa lama Arsenio telah bersabar....
"Kinan ..." cegat Arsenio ketika Kinanti hendak pulang dari pameran lukisannya, satu pertanyaan belum terjawab. Gadis itu menoleh, senyum tersungging dari bibir tipisnya. "apa... kita bisa bertemu lagi setelah ini??"
"heh?"
"maksud ku,, aku akan cukup lama di Indonesia sebelum kembali ke Paris, aku pikir pasti menyenangkan kalau kita bisa bertemu lagi"
Kinanti berfikir sejenak "ya tentu Arsen,, kita ini teman,, lagipula sudah lama kita tidak bertemu"
Yes!! hati Arsenio seakan jingkrak jingkrak kegirangan, waktu berada di Indonesia akan sangat ia manfaatkan sebaik mungkin. Jika memang Kinanti belum ada pemiliknya.
"baiklah, sampai berjumpa lagi" ujarnya melambaikan tangan tanpa mau diantar ke parkiran mobil, dimana Damar dan Miranda tengah menunggu kinanti yang pamit ke toilet sebelum mereka pulang.
Roda-roda mobil yang di kendarai oleh Damar menggelinding menjauh dari parkiran lokasi pameran. Meninggalkan banyak tanya di benak sang pelukis.
Sepanjang perjalanan, mereka lebih banyak terhanyut dalam lagu sendu mendayu-dayu didalam mobil. Kinanti sendiri membuang jauh pandangan dihiruk pikuk jalan raya yang padat merayap.
.
Weekend kali ini setelah satu bulan lebih hidup satu atap mereka lewati dengan pergi ke pameran lukisan, bertemu teman lama, dan makan bersama.
Masing-masing mereka harus berusaha membuat batin terasa bahagia, meskipun ada deretan rasa belum bisa menerima satu sama lain.
Seorang Kinanti Radjasa yang akan selalu dan selalu menyimpan rasa kecewa untuk dirinya sendiri. Dimiliki namun tidak diakui itulah posisinya saat ini.
Bahagia kita yang menentukan, ia terlahir dari jiwa yang merasa bersyukur dan cukup dengan apa yang telah dimiliki.
***
Keesokannya adalah hari baru lagi bagi Miranda. Setelah melewati beberapa episode melelahkan. Lebih melelahkan lagi ketika harus terlihat bodoh dengan berdiam diri dirumah.
Tidak ada yang salah dengan menjadi ibu rumah tangga, hanya saja dia ingin lebih bisa melakukan sesuatu yang berarti dalam hidupnya.
.
Dia tidak serta merta mendapatkan apa yang dinginkan dengan mudah. Berjuang meyakinkan suami agar diberikan izin untuk bisa bekerja.
"mas aku sudah terlalu sesak untuk berdiam diri dirumah, Amanda dan kamu akan tetap jadi prioritas aku"
"kamu yakin?"
"insha Allah aku yakin mas" ujarnya mantap.
Dia gadis egois sejak dulu, sifat keras kepala yang sulit untuk dikendalikan. Damar sebenarnya berat untuk memberikan izin, tapi sikap uring-uringan yang ditunjukkan Miranda membuat dia sendiri merasa telah menjadi suami yang mengekang hak kebebasan seorang istri.
Beban mencari nafkah sebenarnya ada di pundak suami, tugas istri adalah melayani, mendidik buah hati dan menjaga harga diri.
Miranda tetap kekeh dengan keinginannya, bukan semata uang yang ia kejar, semua lebih dari cukup. Tetapi dia teringat ucapan Alya tempo hari, dia tidak bisa hanya berdiam diri, segala sesuatu bisa sangat mungkin terjadi. Dan kemungkinan terburuk adalah bagaimana jika dalam perjalanan ini dia yang tersisihkan??!!
Bukankah dia harus mandiri agar bisa berdiri tegak dengan kaki sendiri??
Baiklah.. ini bukan tentang sebuah kelemahan tetapi Damar melunakkan hati agar tidak menjadi seorang diktator. Damar memberikan izin dengan syarat bahwa Miranda tidak melalaikan tugas istri terutama dalam hal mendidik Amanda!.
***
Pagi yang berbeda dari sebelumnya.
Sama seperti Kinanti, Miranda telah memakai setelan rapi bersiap hendak pergi bekerja.
Kinanti sungguh telah memberikan posisi tertinggi di salah satu cabang klinik kecantikan yang sudah berjalan dan memiliki banyak pelanggan.
Tugas Miranda hanya memimpin dengan baik agar tempat itu menjadi lebih maju lagi dari sebelumnya.
.
aahhh.. mencari kesibukan diluar rumah membuat Miranda merasa jauh lebih baik dari pada harus berdiam diri dirumah. Paling tidak jika kemungkinan terburuk terjadi dalam rumah tangganya dia tidak akan jadi seperti Cinderella yang akan berubah kembali menjadi pelayan setelah jam 12 malam. Dia akan tetap menjadi putri sesungguhnya!
.
Damar menekan pedal rem di halaman Klinik. Tugas tambahanya adalah mengantar istri pertama ketempat bekerja lalu kekantor bersama istri kedua.
Hidup sungguh menggelikan!!
"mas nanti ngga usah dijemput" pintanya setelah mencium punggung tangan suaminya
"kenapa?"
"aku ada janji mau ketemu sama Alya"
"Alya?" Damar mengerenyitkan dahi sebelum melanjutkan ucapannya "baiklah, tapi jangan pulang malam, kasihan Amanda"
"siap boss..." ujarnya meletakkan jari di kening layaknya hormat pada bendera senyum manisnya terukir. Miranda segera turun lalu mengatakan "sarangheo.." mengecup sekilas pipi suaminya tanpa memperdulikan ada sepasang bola mata coklat yang melihat mereka sejak tadi. Miranda masuk ke dalam klinik dengan penuh semangat. Mata Damar menatap lekat hingga istrinya hilang di balik pintu, ia mengulum senyum karena tingkah manis istrinya itu.
Cepat-cepat Damar menyembunyikan rona kemerahan diwajahnya setelah kinanti pindah dari kursi penumpang belakang ke kursi disebelah pengemudi.
Kinanti berpura-pura bodoh.Dia bersikap seolah tidak melihat adegan romansa didepannya barusan. Salah satu trik agar tidak sakit hati!! tapi tetap saja ada rasa perih.
Mobil melaju perlahan, diiringi keheningan diantara mereka. Damar yang salah tingkah dan Kinanti yang berusaha biasa saja. Pandangannya menyapu bersih gedung -gedung pencakar langit yang menjulang tinggi.
.
"apa aku boleh melakukan hal sama seperti tadi?" tanya Kinanti memecah keheningan, membuat Damar kian merona.
"hah?"
"maksud ku seperti mba Mira tadi...." Kinanti menyentuh pipinya.
Terdengar suara tawa kecil.
Jlebbb!! Damar menelan Salivanya. Tanpa aba-aba Kinanti melayangkan sebuah ciuman dipipi kiri suaminya. Baginya tidak perlu izin untuk mencium suami sendiri.
"aku mau ini..."tukasnya tersenyum malu-malu.
Detak jantung Damar bergerak cepat, gerakan agresif yang tak mampu untuk dia elakkan.
Kinanti jauh lebih berani dari perkiraan!!!
Damar pun tidak mau membuat kecewa, ia menepikan mobil lalu menatap gadis cantik disebelahnya, perlahan ia mendekatkan wajahnya pada wajah Kinanti.
"kau... kau... mau apa??" gadis bermata coklat mulai gugup, gantian sekarang rona kemerahan tampak jelas dipipi putih bersihnya.
"aku akan lakukan yang seharusnya aku lakukan sejak dulu..." bisik Damar lembut tepat ditelinga kinanti, seketika gadis itu merinding, lalu ia menerima satu sentuhan tepat dibibirnya. Sentuhan pertama yang ia rasakan setelah pernikahan mereka. Deru nafas saling memburu satu sama lain.
Kedua mata Kinanti terkatup menikmati tiap lumatan lembut dari suaminya. Terdengar suara desahan dan nafas terengah-engah dari dua insan yang dimabuk cinta.
.
"Kinan..." suara itu membuyarkan lamunan Kinanti yang berkelana terlalu jauh.
Arrgghhhhh!! ternyata dia berkhayal barusan!!
Wajah Kinanti merona, dia tersenyum malu-malu melihat wajah Damar,terutama di area bibir.
Bibir yang tampak basah dan seksi.
~Astaghfirullah.. apa yang aku pikirkan??~ gumamnya dalam hati. Kenapa dia jadi menginginkan bibir tipis ranum yang tak tersentuh rokok sama sekali.
"kamu kenapa? sakit?" Damar mulai khawatir melihat gadis bermata coklat itu hanya terdiam seperti linglung "kita sudah sampai dikantor, apa kamu mau kembali kerumah?"
"ohh... ngga... ngga perlu,, aku cuma sedikit pusing"
"sungguh?"
"ya.. mungkin karena terlalu capek memeriksa beberapa hasil survei lapangan tim marketing kemarin" Kinanti berkilah,
uuuhh... dia pasti akan kehilangan muka kalau Damar tahu yang sebenarnya tentang apa yang ada diotakknya sepanjang perjalanan tadi .
"kamu yakin bisa kekantor hari ini??" Damar mendekat kan tubuhnya pada Kinanti, memastikan bahwa gadis itu baik-baik saja, berulang kali ia meletakkan telapak tangannya di dahi gadis dengan rona kemerahan pagi ini.
Aroma wangi menusuk kehidung, wangi itu bagai candu yang membuat Kinanti ingin apa yang ia khayalkan menjadi kenyataan.
Dah! Dig! dug! dah! Dig! dug!
Kinanti kumohon.... kendalikan hatimu....!!!