Chereads / Ku lepas kau dengan bismillah / Chapter 18 - Chapter 18

Chapter 18 - Chapter 18

Gema Adzan subuh membahana. Kinanti menggeliat, Dia melihat nafas pria disebelahnya terengah-engah. Terdengar berulang kali dia mengatakan "jangan pergi! jangan pergi!!"

"Damar.. Damar.. hei... bangun!" Kinanti menepuk pipi suaminya. Ini bukan pertama kali, Damar akan mengigau setiap tidur dengannya.

"astaghfirullah..." pria itu tersentak, matanya membelalak. "astaghfirullah.." dia mengulangi istighfar sekali lagi.

Peluh memenuhi dahinya.

"kamu kenapa??"

"A-aku..." Damar tergagap, perlu beberapa saat untuk mengatur nafas, tanpa sengaja ia memperhatikan bibir tipis milik Kinanti, dia seperti mengingat senyum yang selalu terpulas disana.

Ahk! tidak mungkin semua sudah jelas, gadis di dalam mimpinya bukan Kinanti!!

Kinanti masih menunggu Damar melanjutkan ucapannya.

"sudah subuh ayo kita sholat" ajaknya menuruni kasur dengan perasaan kalang kabut. Gadis itu mengikuti dengan patuh.

Sudah lama sejak masa itu. Kenapa akhir-akhir ini sosok gadis kecil itu kembali lagi. Gadis yang tidak tampak dengan jelas wajahnya.

Kenapa?! bukan kah dia sudah menemukan gadis kecil itu???

***

Kinanti mengenakan baju casual pagi ini, dia menggandeng Amanda agar ikut sarapan bersama mereka.

Tidak seperti biasanya dihari kerja Kinanti belum bersiap.

"kamu ngga kekantor Kinan?" selidik Miranda yang sudah tampil rapi bersiap kerja.

"aku ngga ngantor mba, biar mas Damar aja" Kinanti balik memandang suaminya yang baru menempati kursinya "ngga apa-apa kan mas?"

"ya tentu..." sahut Damar terheran

"kamu sakit?" Miranda menyelidik sepertinya gadis itu baik-baik saja.

"ngga mba, hari ini aku mau ajak Amanda main kerumah ibu, boleh ya" pintanya berharap Miranda akan memberi izin dia mengajak putri kecil berkunjung kerumah eyangnya.

"uhuuk.. uhukk.." Miranda tersedak., dengan sigap Damar membantu istrinya.

"kamu baik-baik aja Mir??"

"ya mas... maaf.."

Miranda baru menyadari, sudah lama memang dia tidak berkunjung kerumah ibu mertua. Wanita itu berfikir sejenak. yah... mungkin tidak terlalu buruk jika putri kecil pergi bersama ibu sambungnya.

"baiklah Kinan... salam buat ibu ya" pungkas Miranda menyelesaikan sarapannya.

"makasih mba..," Kinanti sumringah diberikan kesempatan bisa pergi berdua putri kecil.

***

Damar memarkir mobil di halaman rumah yang cukup luas dengan berbagai macam tanaman buah tumbuh disana. Rumah yang sederhana namun tampak asri dan bersih.

Seorang wanita paruh baya mengenakan daster tengah menyapu halaman dengan sapu lidi. Wanita itu tersenyum bahagia ketika mobil sedan hitam masuk ke halaman rumahnya, dia tahu siapa yang datang.

"assalamualaikum eyang..." seru Damar menyalami ibunya, nyonya Almira menyambut hangat kedatangan anak cucu dan menantunya. Dalam kehidupan Almira, Kinanti bukan orang baru, sebelum menjadi istri putranya bukankah mereka adalah teman baik.

"wa'alikumsallam,, ayo masuk,, Miranda mana??" nyonya Almira menggendong cucu satu-satunya.

"Miranda ngga ikut Bu, dia kerja sekarang" Damar menyahut

"kerja? dimana?" nyonya Almira menimpali

"hmmm di klinik kecantikan Kinan"

Wanita yang mengenakan hijab bergo hitam itu hanya mengatakan "oh..."

"tadi dia juga sedang ada urusan, jadi lebih dulu pergi"

"kamu antar?"

Damar menggeleng "Miranda pergi dengan sopir"

"baiklah,, ayo masuk ibu sudah masak" dengan bersemangat nyonya Almira membimbing kemeja makan

"ibu buatkan kamu nasi uduk.. ayo makan"

"terimakasih buat tapi kami sudah sarapan, lagipula Damar harus kekantor ada meeting pagi ini" tolak Damar memeluk tubuh mungil ibunya yang tidak muda lagi.

"baiklah pergilah,, pekerjaan mu penting" ujar nyonya Almira melepaskan pelukan putranya.

.

Mobil Damar menjauh dari halaman rumah orang tuanya. Senyum ketiga wanita yang mengantar hingga ke teras terasa sangat menghangatkan.

"ayah dimana Bu?" tanya Kinanti tidak melihat mertua laki-laki.

"biasa kerja" nyonya Almira kembali menggendong cucunya "ibu sudah buatkan roti kukus kesukaan mu"

"benarkan?? mari kita coba!" seru Kinanti merasa lapar mendengar nama roti kukus kesukaannnya.

.

Roti kukus menul sangat menggoda, Kinanti tidak tahan untuk segera menyantap, sebagai gantinya dia membawakan roti-roti moderen untuk ibu mertua.

"bagaimana apa enak?" mata nyonya Almira berbinar.

"tidak ada duanya" puji kinanti mengangkat kedua jempolnya. "buat aku semua ya Bu...," pinta Kinanti manja.

Tatapan sendu nyonya Almira membuat Kinanti merasa malu.

"maaf Bu, aku bisa makan ini hanya satu Minggu sekali"

"hahahaha, kamu bisa minta buatkan setiap hari kalau mau"

Kinanti mengulum senyum.

"ngga perlu Bu, semakin lama menunggu akan semakin nikmat"

"kamu bisa aja Kinan" tawa sang ibu mertua.

Wanita paruh baya itu menghela nafas.

"terkadang ibu heran...,"

"heran? kenapa Bu?"

Nyonya Almira menerawang sembari memangku dagunya dengan telapak tangan.

"dulu saat Damar masih kecil, dia sering sekali setiap sore membawa roti kukus buatan ibu untuk seorang anak gadis di taman, dia bilang gadis itu temannya.."

deg!

Kinanti mendengarkan dengan seksama.

"sampai suatu hari dia berhenti membawa roti kukus itu, setelah beberapa tahun berlalu, dia katakan bahwa dia sudah menemukan gadis kecil itu.."

"apa?" Kinanti tersentak. "si-siapa? apa Damar sudah tahu?"

"ya.. bahkan gadis itu sekarang sudah menjadi istrinya...."

Tubuh Kinanti seakan bergetar menunggu kelanjutan cerita ibu mertuanya.

Benarkah dia sudah tahu tentang gadis itu??!!

"kamu tahu, secara ajaib mereka bertemu lagi setelah sekian lama, bahkan sekarang Damar dan gadis itu sudah punya putri kecil yang cantik ini" lanjut nyonya Almira membuat dada Kinanti menjadi sesak, tampak wajah innocent Amanda berulang kali diciumi oleh eyangnya. " tapi ibu merasa, Mira tidak terlalu suka dengan roti kukus, setiap ibu buatkan dia hanya makan beberapa saja" kenang nyonya Almira ,"tapi selera orang bisa berubah ya, apalagi waktu itu Mira masih anak kecil" ujarnya tertawa.

Kinanti tersenyum kecut.

Bagaimana bisa gadis kecil teman Damar itu adalah Miranda?!

Sementara.... arrggghhh!!!

"bu,, apa aku boleh kekamar mas Damar?" izin kinanti disambut kata "iya" oleh mertuanya.

.

Kamar semasa Damar lajang terlihat rapi dan bersih, ruangan yang tidak lebih besar dari walk in closet rumah mereka sekarang tampak nyaman untuk ditiduri.

Hanya ada single bed dan lemari kayu dua pintu, lalu jendela yang mengarah ke halaman belakang rumah yang ditumbuhi oleh tanaman jambu air.disudut ada meja belajar meskipun sudah lama namun tetap kokoh.

Netra Kinanti mengamati seisi ruangan, ada satu pemandangan yang menarik perhatian, sebuah bingkai kecil berwarna putih diatas meja belajar, didalam bingkai ada gambar wajah anak perempuan yang tertutup rambut yang berserakan sehingga tidak tampak garis mata dan hidung sang gadis, lalu hanya senyum tersungging disana. Lukisan yang hanya menggunakan pensil, tidak ada warna, kertas yang digunakan sudah tampak kekuningan.

Gemetar kinanti mendekap lukisan karya anak lelaki yang saat itu belum genap 7 tahun. Lukisan yang dijaga dalam waktu yang lama.

Miranda?? gadis itu Miranda?!

Kinanti tertawa getir. Dia merasa bodoh sangat bodoh! cinta itu tidak akan pernah tertukar, bahkan meskipun dia bermimpi.

Benarkah Miranda??!

Apa mungkin sebenarnya cinta pertama Damar adalah gadis kecil ditaman yang selalu dibawakan roti kukus seperti cerita ibu mertuanya?

Dan yg membuat perasaannya menjadi nyeri bahwa Mirandalah yang Damar kenali sebagai gadis kecil itu.

Tak terasa manik bening meleleh disudut matanya. Kenapa semua terasa sangat menyakitkan? Tidak kah ada kenangan lain yang akan Damar ingat tentang gadis kecil?

Kinanti terisak dalam perasaan yang begitu meremas jantungnya.

Sakit .. sangat sakit ....

Seandainya saat itu dia tetap berada diposisi nya apakah cerita mereka tidak akan seperti ini??

Lalu apa ini sudah saatnya dia melupakan cintanya terhadap pria itu?

Hanya ada Miranda dalam benak suaminya, meskipun dia berusaha, tetap saja mungkin tidak akan pernah tergantikan.

.

Kinanti nelangsa, ia menyeka air mata, ketika terdengar ponselnya berdering.