Chereads / Ku lepas kau dengan bismillah / Chapter 15 - Chapter 15

Chapter 15 - Chapter 15

Dag! Dig! dug! dah! Dig! dug!

Kinanti kumohon.... kendalikan hatimu....!!!

Bibir ranum....

Hidung mancung..

Matanya teduh ...

arrgghh!!!!!

"ee.. Damar aku baik-baik saja.. oke.. bisa kamu sendiri kasih aku ruang untuk turun dari mobil?" Kinanti gelagapan, dia takut tidak bisa mengendalikan diri. Bagaimana kalau tiba-tiba dia yang lebih dulu menyambar bibir ranum itu.

Duuhhh .... dia bisa kehilangan muka selama berapa dekade.

"ah ya maaf..." Damar menjauhkan tubuhnya membiarkan Kinanti meraih tas dan laptop di kursi penumpang belakang.

"aku turun duluan ya,, minta asisten mu Sultan menyiapkan meeting kita hari ini" titah Kinanti ingin cepat turun dari mobil.

Damar menyusul dibelakang setelah memberikan kunci mobil pada satpam kantor. Ia mengerenyitkan dahi, kinanti tampak aneh pagi ini.

.

Kinanti mengehela nafas, dia mengehempas kan diri di sofa.

"tidak... tidak .. tidak boleh Kinan,, kau harus bersabar oke .. kendalikan dirimu!!" Kinanti terus bergumam, menarik nafas dalam-dalam lalu membuangnya dengan kasar.

Aiihh si bibir ranum bisa membuatnya gila hari ini.

"Kinan... kamu baik-baik saja?"

Kinanti tercekat, sejak kapan Damar ada diruangannya.

"aku lihat pintu tidak tertutup rapat, aku pikir kamu sedang ada masalah atau sedang sakit? jadi aku masuk kesini" ucap Damar seakan menjawab pertanyaan di benaknya.

"aku baik-baik aja.. oke terimakasih sudah khawatir padaku pak suami", ucap kinanti dengan intonasi cepat " bisa kita bekerja sekarang??" lanjutnya kemudian. Mungkin telah terjadi konsleting diotakknya hingga tidak bisa berfungsi dengan baik.

Damar menghela nafas.

"baiklah kalau begitu, aku kembali keruangan" pamitnya segera meninggalkan Kinanti sendirian. Gadis itu menggigit bibir bawahnya.

Oh... ya Tuhan khayalan tadi pagi serasa nyata!

.

Damar melangkah keluar, lalu mulai menarik kesimpulan mungkin Kinanti sedang PMS, pikir Damar sesimpel itu. Para pria mungkin tidak pernah merasakan ketidaknyamanan wanita ketika mereka datang bulan, tapi para kaum pria terkadang jadi sasaran empuk emosi wanita. Semua akan jadi serba salah.

Diberi perhatian malah diusir seperti kucing yang mau mencuri ikan, tidak diperhatikan dibilang lelaki yang tidak peka.

Ahh .... Dasar wanita!!!

***

"aduuhh jadi ini gimana mba? ngga becus banget sih " hardik seorang wanita cantik pada pegawai di klinik kecantikan Miranda.

"maaf mba saya ngga sengaja"

"maaf.. maaf.. enak aja, mana gue lagi buru-buru, duh.." kesalnya melihat dress yang ia pakai terkena tumpahan kopi yang dibawa seorang office boy untuk Miranda. "mana... mana pimpinan kalian? manager atau siapalah,, gue ngga mau tau, harus tanggung jawab sama baju gue ini!!" ujarnya sarkas.

OB itu tampak pucat pasi. Dari tampilan baju yang dikenakan sang tamu pasti harganya lebih mahal dari gaji yang ia terima setiap bulan.

"maaf ada apa ini?" tanya Miranda keluar dari ruangannya ketika mendengar keributan.

Wanita cantik seorang selebgram bernama Luna itu ternganga melihat siapa yang ada dihadapannya. Netranya menyapu dari atas hingga bawah. Penampilan elegan terbalut kemeja berwarna pastel dan rok selutut. Tidak salah lagi dia kenal dengan mahkluk Tuhan dihadapannya saat ini.

"Miranda??"

"Luna??" wanita itu tidak kalah kagetnya.

"loe ngapain disini Mir??" tanyanya mengerenyitkan dahi, bagaimana orang biasa saja macam Miranda bisa ada di klinik kecantikan yang sebagian besar pelanggannya golongan kelas atas.

Miranda menjawab dengan senyuman.

"ada apa ini?" Miranda mengalihkan pandangan pada OB yang tertunduk

"begini Bu, tadi waktu saya mau antar kopi ibu ngga sengaja saya nabrak si mbak nya" tutur sang OB sedikit gemetar.

Seakan mengerti ke khawatiran sang OB Miranda kembali mengalihkan pandangan pada Luna yang tampak angkuh.

"aku minta maaf ya Luna, ini kecelakaan kecil, nanti sebagai gantinya perawatan kamu hari ini aku kasih free "ujar Miranda tenang.

"apa?? jadi kamu kerja disini atau..."

"kebetulan aku pemilik disini" senyum Miranda terlihat puas, setidaknya si sombong Luna tidak akan memandang dirinya rendah.

"really?? gue member disini loh, tapi kok baru tau kalau loe yang punya??" tanya Luna sedikit tak percaya.

Ya iyalah,, Dimata Luna seorang Miranda hanya seorang Upik abu yang kebetulan berwajah cantik, dan yang dia tahu kalau Miranda punya suami yang juga biasa saja. Bukan dari kalangan elite.

Saat ini dia harus menerima kenyataan bahwa klinik langganannya adalah milik si Upik abu!!!

"apa aku terlihat sedang bercanda??" tekan Miranda menyadarkan rivalnya semasa kuliah dulu bahwa sungguh dia pemilik klinik itu sekarang.

Mata Luna membelalak, sebagai seorang selebgram yang lagi naik daun, dia terkadang enggan ketika Miranda yang biasa saja ada disekitar teman-teman lain yang punya ekonomi lebih baik.

"oh.. ya.. seneng bisa ketemu loe disini Mir" ujarnya sumringah melihat perubahan sang Upik abu. Luna mencari perhatian, dia memeluk tubuh mantan saingannya dulu.

huh... teman tapi matre!

"sebenernya gue mau pakai dress ini buat meet up sama temen-temen gue malem ini, tapi ini nih si kunyuk bikin berantakan aja" geramnya pada sang OB "eh... berhubung ngga sengaja ketemu loe disini sekalian aja gue undang loe.."

~halaaaa... tumben~ cibir Miranda dalam hati

"makasih ya undangannya tapi kayaknya aku ngga bisa deh,, karena aku udah ada janji sama Alya" tolak Miranda halus.

Luna berdelik, dia tidak bisa ditolak!

"ngga masalah dong Mir.... hmmm... Alya? ya gue juga kenalkan sama Alya(sicupu itu)??" Luna meyakinkan "kebetulan malem ini temen-temen sosialita gue mau kumpul, sekalian gue mau kenalin sama calon tunangan gue. Dateng ya Mir..." desak Luna seakan mereka memang teman lama yang akrab, padahal tidak sama sekali!!! Luna cuma ingin pamer tentang siapa laki-laki yang akan mendampinginya kelak.

"tapi..."

" ngga pakek tapi,, harus dateng! kesempatan loh Mir ada temen selebgram, artis juga ada biar sekalian promosi bisnis loe ini"

huh... tanpa itu semua sebenarnya bisnis Kinanti satu ini memang langganan para artis dan pejabat.

Miranda diam sejenak. Circle Luna sih memang tidak bisa dianggap sepele. Dia sangat pemilih dalam berteman terutama berteman dengan kalangan atas. Orang-orang dari kalangan bawah nyaris tidak ada dalam lingkaran pertemanannya. Luna sangat sombong seakan dia lupa seberapa merasa tingginya manusia itu dia akan kembali menjadi tanah dan tubuh yang indah, wajah yang cantik akan jadi santapan belatung suatu hari nanti.

"awas ya ngga dateng, kalo ngga gue ngga mau tau dress gue balikkin seperti semula!" ancam Luna sengit.

Miranda terpaksa mengiyakan dengan syarat Alya juga ikut. Luna tersenyum bahagia dan menganggap tidak terjadi apapun. Paling tidak Miranda sekarang memiliki kriteria untuk menjadi temannya.

Bisnisnya tidak bisa dianggap sepele!!

hufft!

Miranda meraih ponselnya untuk mengabari Damar kalau dia akan pulang terlambat. Sebelumnya dia menghubungi suster Ana untuk memastikan keadaan Amanda hari ini.

"non Manda lagi tidur siang Bu.. "sahut suster Ana diseberang telpon.

"oke sus, nanti aku pulang sedikit terlambat, tolong jagain Amanda ya sus"

"beres Bu,, "

Miranda sedikit tenang meninggalkan putri kecil pada suster telaten seperti suster Ana. Selanjutnya meminta izin dari suami.

[mas.. aku pulang agak telat ya] sebuah pesan dikirim.

Ting!

Sebuah balasan dari Damar....