Sebuah pesan balasan dari Damar.
[ pukul 8 dirumah]
[mas... ini acara makan malam, Luna mengundang ku]
lima menit kemudian
[ baiklah jam 9 pulang, kirimkan lokasi aku akan jemput]
[baiklah....]
***
Miranda dan Alya tiba disebuah cafe, berbagai ornamen hiasan lampu menggantung menjadi langit-langit di area luar. Terdapat panggung life music, kursi dan meja yang sudah terisi oleh beberapa orang tamu undangan Luna.
Sang selebgram pun tampak bernyanyi di atas panggung. Miranda bersama Alya nampak asing, nyaris tidak ada yang mereka kenal disana. Seorang pelayan mempersilahkan keduanya duduk di bangku tak jauh dari panggung.
Miranda bisa bernafas lega, untung saja sebelum datang dia mengajak Alya untuk membeli gaun baru kalau tidak mungkin dia akan tampak sedikit berbeda dari yang lain.
Tak berapa lama terdengar suara riuh tepuk tangan, Luna tersenyum lalu menyapa semua yang hadir pada undangannya malam ini.
Netranya mendapati satu teman baru yang sengaja ia siapkan untuk duduk satu meja bersamanya.
"hai.. Mir... akhirnya loe datang juga ya" sapa Miranda berbasa-basi "hai Alya,, loe apa kabar?"
"baik Lun... kamu apa kabar?"
"gue baik,,kayak yang loe liat,,, btw kalian duduk disini dulu ya, bentar lagi calon tunangan gue Dateng.." ujar Luna pongah, gadis itu tampak menawan dibalut gaun hitam dengan bagian dada sedikit terbuka.
.
Dua orang pria tampan tiba di cafe tempat kekasih salah satu dari si pria mengadakan pesta. Rahangnya tegas, berkulit putih dan bertubuh tinggi. Dua-duanya sama tampan akan sulit untuk memilih satu diantara mereka.
"ayolah kawan.... aku mengajak mu kesini supaya kau bisa bertemu dengan gadis lain, teman pacarku ini semua bukan gadis sembarangan"
Pria disebelahnya tersenyum kecut seraya menimpali ucapan temannya "kalau aku mau mungkin aku sudah membawa gadis Swiss kembali ke Indonesia"
"hahahaha kau ini, gadis Indonesia lebih menarik daripada gadis di Swiss " bujuknya menepuk bahu sang kawan.
Pria itu menyeringai "ya.. seandainya gadis Indonesia itu masih Kinanti, aku pasti mau"
Kekasih Luna tercekat mendengar ucapan temannya barusan.
"maaf kan aku, pernikahan Kinanti dengan asistennya itu sungguh diluar kendali, bahkan ayah tidak bisa berbuat apapun, kakek kami juga sangat kecewa dengan keputusan Kinan" ujarnya kemudian sedikit menyesal.
Terdengar suara tawa kecil penuh kekecewaan, "yaaahh.. aku tidak menyangka pria dungu itu yang dipilih Kinanti" cibir sang pria sarkas.
Suasana hening.
Akh!! menyedihkan memang, adiknya yang cantik dan cerdas harus rela menjadi istri kedua. Sangat tidak masuk akal, tetapi Kinanti dan ayahnya punya rahasia besar dibalik ini semua.
"hai sayang... " suara manja Luna memecah keheningan diantara mereka, dia lah Fabian Radjasa, kakak dari Kinanti Radjasa dan teman disebelahnya adalah Radit Mahendra.
"hai..." Fabian menghadiahi kecupan di dahi sang pacar lalu melingkarkan tangan di pinggul langsing sang selebgram.
"siapa?" bisiknya menanyakan pria tampan yang diam saja sejak tadi
"oh.. kenalkan ini temen aku Radit, dia baru pulang dari Swiss"
"hai Radit salam kenal" sapa Luna sopan, dia akan bertingkah seperti itu pada orang yang dianggapnya layak, Radit balas menyapa, dia tampak tidak terlalu berminat "sayang nanti aku kenalin ya sama temen lama, kebetulan dia juga datang kesini"
Luna menarik lengan kekasihnya hingga mereka tiba di meja tempat dimana Miranda dan Alya sibuk mengobrol.
"Mir.. kenalin ini pacar gue Fabian,, dia putra dari keluarga Hendra Radjasa" ujar Luna bangga, ia terus bergelayut di lengan Fabian.
Miranda menengadah, bola matanya membulat.
"kamu???" seru Miranda dan Fabian bersamaan.
Ya Allah,, dunia ini tak selebar daun kelor, itu sangat benar tapi kenapa terkadang kita terhubung dengan orang-orang dari lingkungan yang sama!!!
"kalian saling mengenal?" Luna menginterupsi, tidak percaya, dari mana teman cupu semasa kuliah dulu bisa kenal dengan orang dari kalangan atas???
kalau dirinya memang dari kalangan elite wajar jika bertemu dengan orang yang satu frekuensi. Sedangkan Miranda, kuliah pun dulu karena beasiswa.
Miranda jadi salah tingkah, ketika sepasang mata itu menatap lekat , sejak pernikahan suaminya dan adik Fabian, mereka tidak pernah bertemu maupun mengobrol secara intens. Kecuali ketika Fabian dengan angkuh meminta agar Damar mengurungkan niat untuk menikahi adiknya. Dengan imbalan sejumlah uang.
Fabian menyeringai "ya, kami kenal, malah bisa seharusnya cukup dekat seperti keluarga"
jleb! Miranda menatap nanar kearah Fabian. Dia sadar kalau Fabian tengah menyindir dirinya.
"apa??" Luna kian tak mampu mempercayai apa yang dia dengar barusan "sayang apa itu benar, jadi kalian masih saudara??" selidik Luna penasaran, yang dia tahu Fabian punya satu adik perempuan, dan Luna berani bertaruh 1000% kalau gadis itu bukanlah Miranda! Lalu siapa sebenarnya si Upik abu??
Apa mungkin selama ini dia seorang tuan putri yang berpura-pura menjadi orang biasa?!
Benarkah Miranda sebenarnya punya nama besar dari keluarga Radjasa? atau... bisa jadi Miranda anak hasil perselingkuhan??
ckckck...
Tidak-tidak Luna juga mengenal Zidan sepupu Fabian, tidak mungkin Miranda juga bagian dari keluarga yang mempunyai nama besar seperti keluarga Radjasa, Lagipula kata 'seperti keluarga' bukan berarti 'keluarga ' sungguhan bukan?!
Pria dengan garis wajah tegas itu memincingkan mata "terkadang ada banyak hal yang bisa membuat hubungan orang asing menjadi keluarga,, benar kan itu Miranda?? semua orang pasti akan tertarik untuk menjadi bagian dari kami dengan cara apapun itu" Fabian melontarkan kata-kata pedas, membuat wajah Miranda menjadi merah padam, ia tertunduk kemudian baru berani mendongakkan wajah. Jantungnya jadi bergermuruh hebat. Dia tahu betapa tidak sukanya Fabian terhadap dirinya.
Senyum sinis tersungging diwajah cantik yang tersapu oleh cahaya lampu cafe, "kamu benar, sungguh sebuah kehormatan bisa menjadi bagian dari kalian, benarkan begitu kak Fabian?!"
Fabian tertawa renyah, istri pertama dari suami adiknya ini memang terlalu beruntung. Dia bisa mencicipi posisi istri pertama dan menguasai beberapa aset milik adiknya.
Menyebalkan!!
Bahkan tawaran yang ia sodorkan pun ditolak mentah-mentah oleh wanita materialistis yang ingin memperoleh kedudukan lebih untuk suaminya. Sekarang suaminya yang dulu hanya seorang asisten pribadi naik pangkat menjadi CEO di perusahaan adiknya, bahkan ayah mereka juga mendukung keputusan Kinanti.
Dasar licik!!!
Radit yang terdiam berusaha mencerna tiap ucapan dari temannya itu. Dia nyaris mengenal semua keluarga Hendra Radjasa, tapi wanita ini sama sekali belum ditemuinya.
Siapa dia? ~ tanya itu terus menggelayuti pikiran Radit.
Luna bisa menangkap betapa Fabian memandang sinis kearah temannya itu. Mungkin sesuatu telah mengusik ketenangan pria yang ia kenal sebagai seorang pria baik.
"oke oke... senang bisa mempertemukan kalian disini" Luna menyudahi suasana yang mendadak menjadi tegang, dia akan mencari tahu nanti saja tentang si Upik abu. "ayo, aku akan kenalkan pada teman lainnya"
.
Miranda mengembuskan nafas lega, tiba-tiba sendi-sendi tulangnya menjadi lunglai seketika. Alya sebagai teman bisa merasakan kegusaran Miranda saat ini.
.
Disela-sela Luna sibuk memperkenalkan lelaki hebatnya, Miranda menyelip pergi ke toilet. Ingin rasanya bisa berteleportasi ketempat lain dimana tidak ada Fabian disana.
Sepasang mata coklat Wanita itu membelalak. Tiba-tiba seseorang berdiri dihadapannya.
Sial!!