Pameran lukisan?!!
Arsenio??!
Setidaknya sudah beberapa kali Miranda coba mengingat sosok Arsenio ketika Damar dan Kinanti mengajak untuk menghabiskan weekend mereka dengan datang ke pameran lukisan.
Tidak terlalu buruk juga, lagipula meskipun malas ikut tapi Miranda tidak bisa membiarkan suaminya pergi berdua saja dengan kinanti!
.
Suasana masih belum terlalu siang, mereka tiba sesaat setelah pameran dibuka. Kinanti menggandeng tangan putri kecil yang tidak sabar untuk masuk kedalam. Celotehan menggemaskan terus meluncur dari mulut kecil bocah dua tahun itu.
Suster Ana sedang libur, jadi Kinanti memutuskan untuk mengasuh Amanda seharian ini. Miranda tidak bisa berbuat banyak ketika putri kecil lebih memilih berada dalam asuhan sang ibu sambung.
Dia malaikat kecil yang belum tahu apapun, baginya sosok 'mommy' adalah teman baik saat ini. Entahlah sejak kapan kedekatan antara mereka terjalin.
.
Netra Kinanti menyisir tiap sudut ruang yang banyak pajangan lukisan hasil karya si tubuh tambun. Tapi itu Arsenio yang dulu tidak sama dengan sekarang.
Dia telah bertransformasi menjadi seorang pria bertubuh tinggi dengan postur tubuh tidak lagi gemuk. Bentuk wajah yang dulu bulat sekarang mulai tirus, otot dilengan dan dada bidang menjadi bukti keseriusan dirinya berubah menjadi diri yang lain, satu hal lagi yang lebih penting, pria itu tidak lagi berkaca mata!!
Kinanti awalnya nyaris tidak mengenali si pria bertubuh bulat saat mereka bertemu di kedai kue. Dia tidak lagi punya gaya cupu. Garis wajah tegas dan jenggot tipis membuat para gadis akan berfikir dua kali untuk berpaling, yang pasti jika gadis itu tidak tahu betapa gokilnya makhluk Tuhan bernama Arsenio!!
.
"hai Kinan...." sapa sang pelukis ketika mendapati tamu spesial akhirnya tiba, senyuman yang penuh kerinduan menggelayut dalam relung sukmanya, gadis yang terlampau lama tak ia jumpai.
"hai.. Tuan pelukis..." sahut Kinanti sumringah, sembari tetap menggandeng putri kecil.
Seketika pandangan Arsenio kearah Amanda yang tampak memukau dengan dress Lilac, warna baju yang senanda dengan yang dikenakan Kinanti saat itu. Bukan sebuah kesengajaan.
Gadis kecil bermata bulat, rambut sedikit Curly, dan pipi chubby bersembunyi dibalik tubuh ibu sambung, sembari melirik ke arah om yang menatapnya sejak tadi.
"hai cantik ... siapa namamu??" sapa om tampan pada gadis kecil ketakutan "apa... gadis kecil ini putri mu??" tanya Arsenio membungkukkan badannya sekedar ingin melihat putri kecil dari dekat "ternyata kau sudah menikah...??" selidiknya penasaran.
Kinanti tertawa kecil, meyakinkan pada Amanda bahwa om tampan yang menyapa mereka bukan alien seperti kartun yang sering ia tonton. "ya... apa dia tidak terlihat mirip dengan ku??" Kinanti menggendong putri kecil mendekatkan wajah mereka, seketika mimik wajah Arsenio berubah mendung, tapi sebelum ketahuan dia buru-buru menyapa si bocah bermata bulat dengan ramah "hai cantik... kenalkan aku Arsenio.. teman ibu mu..."
Amanda yang pemalu masih menyembunyikan wajahnya.
"ayo sayang Salim sama om Arsen..." pinta Kinanti memegang tangan mungil untuk menyalim om ganteng yang membuatnya ngeri sementara. Putri kecil menuruti pinta mommynya walaupun agak ragu-ragu.
Arsenio menyambut bibir kecil mencium punggung tangannya
"anak pintar....." seru Kinanti dan Arsenio bersama, Amanda tertawa, pipinya merona.
"oh ya.. tadi aku bertemu dengan Damar dan Miranda didepan " ujar Arsenio membuat Kinanti tersentak.
Ah ya.. dia sangat fokus mencari keberadaan sang pelukis sampai lupa bahwa dia datang bersama dua orang lainnya.
"ya.. kami .."
"kalian disini?!" Damar tiba-tiba menyela membuat kata-kata Kinanti menggantung, dia datang bersamaan dengan Miranda.
Arsenio menoleh keasal suara ,"ya.. akhirnya kita bisa bertemu disini... kebetulan sekali.. " ujarnya yang merasa hanya mengundang Kinanti tanpa dia ketahui mereka bertiga datang bersama.
Damar tersenyum, ia melirik kearah Kinanti yang terpaku sambil menggendong Amanda.
"kalian memang pasangan yang serasi .. tidak salah aku jadi comblang kalian dulu" ujar Arsenio tertawa pada dua orang dihadapannya. "benarkan Kinan...?" tanya pria itu seakan menyeret seorang Kinanti pada masa dimana dia harus menemani Danu Umar menyatakan cinta pada Miranda.
Hanya Allah yang Maha membolak balikkan hati. Kinanti harus menelan dalam-dalam rasa cemburunya pada gadis sederhana berparas ayu yang membuat Damar menjatuhkan pilihan.
Hari di masa kelam dimana cintapun makin ia simpan dalam bilik hati terdalam.
aahhh... dia kembali pada masa sekarang, dimana raga Damar adalah miliknya namun cinta itu tetap milik Miranda!
.
Kinanti hanya mengangguk kecil.
Sementara pandangannya mengarah pada jemari yang saling bertautan. Hatinya jadi perih.
"kamu sendiri gimana,, sudah Bawak pulang gadis bermata biru??" Canda Miranda pada teman lama mereka.
"aku... masih belum laku....," sambar Arsenio diiringi tawa. "aku masih mencari gadis Indonesia..." lanjutnya lagi mencuri pandang pada gadis yang tampak terdiam.
"Mama..." rengek Amanda merentangkan tangan ke arah Miranda, naluri keibuannya segera menyambut sang putri kecil. Kinanti hanya pasrah membiarkan Amanda kembali pada ibu kandungnya.
"Mama?!" tanya Arsenio bingung "jadi gadis kecil ini putri kalian...? hahahha.. pantas saja sejak tadi aku pikir kalau wajahnya mirip Damar .. "
hufftt!! kukira .. gumam Arsenio dalam hati
"iya donk... masa anak tetangga..." Miranda terkekeh, gantian kini ia menggandeng putri kecil berbaju Lilac.
Muka Kinanti jadi merah, Arsenio memincingkan mata. Dia kena prank oleh gadis yang masih terpatri dalam relungnya.
"hahaha.... aku Kira gadis cantik ini putri Kinanti... maaf ya..." ujarnya lega.
"ngga apa-apa Amanda memang dekat dengan kinan...." Miranda menimpali tanpa berniat menjelaskan bahwa owner skincare itu juga istri suaminya.
Melihat Kinanti sendirian bisa jadi gadis itu masih singel. Arsenio menebak. Tapi dia tidak berani bertanya, pernikahan adalah hal sensitif untuk ditanyakan.
"kalian pergi bersama? doubel date??" Arsenio perlu memastikan status Kinanti saat ini,mencari cara lain untuk tahu tanpa harus menyinggung.
deg!
Raut wajah mereka berubah beku seketika.
Kinanti berharap Damar akan mengenalkan dia pada teman lama mereka sebagai istrinya juga!
Sesuatu yang amat berat untuk diakui, satu suami dengan dua istri mungkin hal yang lumrah, tetapi Damar merasa harus menjaga nama baik kedua istrinya. Orang lain akan sulit memahami dan akan menganggap remeh seorang istri kedua. Apalagi,, Kinanti bukan orang baru dalam kehidupan mereka.
Arsenio menunggu dengan sabar, persekian detik yang membisu.
bip! bip!
ponsel Arsenio berdering, dia pamit untuk mengangkat telpon sebentar. Tak berapa lama Arsenio kembali lalu mengajak ketiga teman lamanya untuk melihat hasil karya dari tangan menakjubkan.
"ayo.. kita lihat semua lukisan ku,, " ajak Arsenio bersemangat.
Setiap lukisan memiliki makna tersendiri. Semua terlahir dari pemikiran yang dalam dari pelukisnya.
.
"kamu memang berbakat ya..." puji Kinanti pada Arsenio
Pria itu mengulum senyum "benarkah?? hhmmm mungkin karena kamu selalu jadi inspirasi ku..."
"gombal... kamu ngga pernah berubah..." cibir kinanti bersemu merah.
"ahahaha... " tawa renyah dari sang pelukis.
Rona merah diwajah Kinanti yang selalu Arsenio sukai. Sejak dulu...
deg! deg!
Kali ini bukan bunyi detak jantung Kinanti, melainkan Damar. Entahlah seperti ada benda asing menusuk ketika mendengar satu pujian untuk istrinya.
Dan tatapan tajam dari pria itu.
Damar tahu tentang berapa lama Arsenio telah bersabar....
"Kinan ..."