Gerak gerbong membuat tubuh nenek Gao dan Jandi sesekali bergerak seperti menikmati musik. Sesekali nenek Gao mendapati wajah serius Jandi terpantul di kaca jendela. Nenek dan Jandi duduk terselimuti kabut ketidakpercayaan yang semakin kental di sekeliling mereka.
Tiada yang berani mengusik mereka berdua. Satu gerbong disewa oleh nenek Gao; orang kaya yang kelebihan uang, tapi kekurangan umur.
"Waktu bergerak dengan cepat. Dahulu aku duduk di sini, melihat gedung yang sama sambil menangis menuju aliran takdir. Siapa sangka aku di sini dengan segalanya yang wanita lain inginkan."
"Gedungnya tidak sama. Gerbongnya tidak sama. Zaman merubah segalanya. Katakan kenapa nenek menggangguku?" Jandi mengembalikan handphone Yeona pada nenek. Dia gagal membuka kunci handphone.
Nenek Gao tersenyun pada Jandi. "Ah, bisa bicara rupanya. Aku kira kau bisu."
"Hanya malas bicara omong kosong."