Semua manusia punya fantasi liar akan lawan jenis. Yeona pun demikian. Dia tidak bisa berkutik ketika Chung-hee berada di atasnya.
Setiap nafas hangat yang keluar dari bibir pemuda itu memberi sensasi yang memancing hormon Yeona memuncak.
Hormon yang semakin membanjiri pikiran supaya pasrah, tapi Yeona mampu mengontrol diri dengan perjuangan setengah mati.
Walau tidak suci, dia tidak mau melakukan hal itu karena nafsu belaka. Dia ingin cinta, bukan sekedar memuaskan libido.
Setelah mampu mengontrol debaran dalam dada, Yeona mencoba mengingat di mana dia mungkin pernah bertemu Chung-hee, tapi hasilnya nihil.
Hanya aroma parfum hutan pinus yang dia ingat. Aroma yang menyapa hidung sungguh membuat mabuk kepayang. Aroma yang entah kenapa kembali membimbing Yeona untuk mengingat malam perubah takdir. Malam yang menjadi semua awal dari derita.