Langkah kaki ku secara perlahan mulai menapaki bangunan ini, begitu bersemangat dan antusias ketika aku memasuki ruangan ini. Aku sudah sangat merindukan wajah Mamahku, juga benda-benda yang dulu sempat Mamah gunakan semasa hidupnya. Dengan datang ke tempat ini membuat aku mengingat tentang hal-hal yang dulu sering aku lakukan bersama Mamah.
Semua kenangan tentang mamah akan aku temukan di tempat ini, dan aku sangat bahagia akan hal itu. Sehingga aku kembali ceria hari ini, tidak seperti waktu aku bersama Elmeera yang terus membuatku menjadi emosional, dan menjadi pria tempramental.
Mang Ujang orang yang ada di balik semua ini, hanya tersenyum bahagia ketika melihat diriku yang saat ini tertawa riang. tanganku mulai menyentuh foto-foto yang terpangpang di dinding-dinding bangunan ini, terpasang dengan rapi tanpa ada yang berani mengganggu salah satu foto tersebut.
Kembali berjalan menghampiri foto mamah selanjutnya, disana terdapat foto Mamah yang aku buat menjadi sangat besar dari foto-foto yang lainnya. Keberadaannya juga dibuat paling atas, sehingga aku harus mendongengkan kepalaku ketika mau melihat keberadaannya.
"Mah! How are you there? Is Mama's condition good now, does Mama not feel pain anymore?" Seruku sambil menatap foto yang paling besar diantara yang lainnya.
Rasa rinduku memang terobati karena aku bisa melihat senyum Mamah yang cantik, meskipun hanya dalam sebuah foto. Namun sayang, aku tidak bisa menyentuh badan foto itu karena keberadaannya yang lebih tinggi dari tubuhku.
Sengaja aku minta seperti itu kepada petugas di tempat ini sebab aku ingin sesuatu yang lebih spesial untuk Mamah di tempat ini. Foto mamah memang terbilang sangat besar dan sangat indah, terpangpang jelas dan paling indah dari yang lainnya. Yang lebih dominan di tempat ini adalah foto Mamah yang dibuat besar ini, jelas saja karena saat itu mamah masih muda banget usiaku juga masih kecil. Mungkin usiaku baru tiga atau empat tahun, makannya di foto itu Mamah masih kelihatan sangat cantik dan paling cantik dari foto-foto yang lainnya.
Ya siapa dulu dong, dia mamahku. Hanya tersenyum bangga ketika menatap wanita yang kini tak bisa ku sentuh itu dari kejauhan. Bosan hanya menatap wajahnya, aku berjalan ke sebuah ruangan yang berada paling ujung dari bangun ini.
Disana sengaja tersimpan foto mamah yang ada di bawah, karena sewaktu-waktu jika aku ingin melihat wajahnya dari kedekatan, atau mengelus lembut wajah mamah meskipun hanya pada fotonya.
Sebenarnya aku tidak mau datang ke ruangan ini, bukan apa-apa sebab aku tidak mau bersedih hati. Aku tidak mau menangis lagi, sudah lelah rasanya jika aku harus terus mengeluarkan air mata, tetapi ruangan ini selalu menggoda ku dan memimtaku supaya aku datang.
Walaupun dalam hati ku selalu menolak, tapi langkah kaki ini tanpa kompromi selalu berjalan dan tahu-tahu sudah ada di dalam ruangan ini. Jika sudah di dalam sini, mana bisa aku balik lagi memutar arah ku kembali. Aku akan tetap berada di ruangan ini sampai aku ingin kembali pulang. Selama itu, aku suka berada di tempat ini mengajak mamah untuk berbincang. Mungkin aku seperti orang gila, tapi…..ah masa bodo jika ada orang yang mengatakan hal itu terhadap ku.
Aku hanya rindu akan kebersamaan dengan nya, bercerita bersama, berbagi keluh kesah ku dengan mamah, menjadikan dia sebagai teman curhat ku namun kali ini aku tidak bisa melakukanya hingga sampai saat ini aku selalu merindukan momen itu.
Hanya datang ke tempat ini sebagai pengobat rinduku pada mamah.
Ku duduk di sebuah kursi yang sengaja di siapkan di sana, untuk orang-orang yang ingin berada lama di ruang ini. Mungkin untuk membuat mereka merasa nyaman ketika berada di tempat ini, sehingga para penjaga di tempat ini menyiapkan tempat duduk.
Seperti yang saat ini aku lakukan, ketika aku duduk dengan tatapan yang menatap lurus ke arah dimana foto itu berada. Aku merasa sangat nyaman berada di tempat ini, karena bukan hanya sekedar diam saja tapi aku juga bisa mengobrol dengan mamah sesuka hati.
"Mamah! Mamah sangat cantik hari ini, aku sangat merindukan mu. Mamah juga pasti merindukan aku, kan?" Tak hentinya tanganku mengelus lembut foto yang kini ada di hadapanku, dan sesekali aku membersihkan seluruh area foto mamah supaya debu itu tidak merusak keindahan pada foto mamah.
Ya, walaupun foto itu sudah sangat bersih akan tetapi aku tetap melakukannya. Bukti bahwa aku sangat berbakti kepada Mamahku yang selama ini sudah menjadi tempat berlindung untuk diriku.
"Mamah tahu gak, perusahaan ku sudah berkembang dan semakin besar lagi? Belum lama ini aku menang tender proyek besar, dan pastinya akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Perusahaan ku bekerja sama dengan beberapa perusahaan lainnya, cabang perusahaan ku sudah sampai ke luar negeri mah. Aku berhasil membuat perusahaan kita menjadi besar, bahkan melebihi perusahaan Bramantyo. Mamah pasti bahagia bukan?" Aku adukan semua keberhasilanku dalam perusahaan yang kini sedang aku jalankan kepada pemilik perusahaan yang sebenarnya.
"Aku sudah tepati janji ku sama Mamah, mana mungkin mamah tidak bahagia. Mamah juga lihat anakmu ini, sudah sukses dan tampan. Bagaimana aku tidak tampan, bukankah mamahku cantik? Apalagi saat sedang tersenyum seperti ini, kecantikan mamah tidak ada yang menandinginya bahkan si pelakor itu. Mamah tahu bagaimana keadaannya sekarang?" Masih dalam keadaan berbicara sendiri dengan hanya ditemani sebuah foto, untuk mengadukan tentang wanita yang sudah menjadi duri dalam rumah tangga mamahku.
Dengan hati dan perasaan yang begitu puas, aku katakan terhadap mamahku tentang keadaan wanita itu.
"Mamah mau tahu bagaimana keadaannya, mau aku ceritakan semuanya? Dia sudah tua, kulitnya sudah sangat keriput, caranya berjalan juga sudah sangat tergopoh-gopoh, mungkin jika aku buat dia terkejut maka tanpa harus menunggu lama lagi nyawanya akan melayang. Dia tidak sehebat dan secantik dulu, tidak seperti mamah. Dia kalah sama mamah, coba dong lihat! Mamah masih cantik, seksi, dan masih muda. Tidak ada yang berubah dari mamah, sedikitpun." Cetusku dan ku buat semakin mengejek perempuan yang tidak lain mamah mertua ku sendiri.
"Tapi aku sangat besedih karena mamah tidak menyaksikan bagaimana mereka sekarang. Mamah tidak akan tahu bagaimana perasaan ku sekarang, bagaimana rindunya aku sama mamah. Aku ingin sekali bersandar di bahu Mamah, menjadikan mamah sebagai tempat untuk aku mengungkapkan keluh kesah ku dan menjadi penyemangat ku ketika aku mendapatkan masalah. Tidak ada yang akan menenangkan aku saat sedang marah, tidak ada yang menemani aku saat sedang kesepian. Mamah juga tidak memeluk ku, Mamah tidak lagi menghapus air mataku ketika aku menangis. Itu yang membuat aku marah dan kecewa sama mamah." Tanpa terasa air mataku jatuh menetes membasahi wajahku, tidak bisa aku hentikan meski aku ingin menghentikannya.