Busan, Korea Utara, Kim dan Lee baru saja tiba, sesampainya di bandara, Kim menyalakan kembali ponselnya, benar saja banyak panggilan tak terjawab, baik dari Nenek Yoon, dan Pak Choi. Kim lalu menghubungi Pak Choi, perasaan Kim semakin tidak karuan.
"Tuttsss..tutttss"nada sambung ponsel Pak Choi.
"Halo.. selamat sore Jenderal Kim, akhirnya ponsel Jenderal aktif , saya ingin mengabarkan nona Alena menghilang, saat Nenek Yoon memintanya untuk menyusul ke tempat percetakan undangan".
"Kau jangan bercanda Pak Choi, aku baru saja tiba di Busan, coba kau hubungi dulu Alena".
"Sudah Jenderal, tetapi tidak ada nada sambung sama sekali".
"Lalu kau diam saja hanya berdiri menunggu kabar dariku, bodoh, cepat kerahkan seluruh tim untuk mencari keberadaan Alena, aku akan pulang kembali ke Seoul, kurang ajar kalau sampai aku temukan siapa pelakunya, aku pastikan menghabisinya dengan tanganku sendiri, cepat kau kerahkan tim, aku segera pulang".
"Baik Jenderal Kim".
"Jenderal Kim ada masalah apa sebenarnya, kau tampak begitu marah?"tanya Jenderal Lee
"Maafkan Jenderal Lee, aku harus kembali ke Seoul segera, wanita yang aku cintai kemungkinan diculik seseorang, apakah bisa aku kembali sekarang!"
"Ya sudah tenang saja, urusan di Busan biar aku yang tangani, nanti aku minta beberapa anak buah untuk menyusulku di sini, kau pulanglah, kalau menyangkut kekasihmu, kau jaga dia baik-baik, semoga kau bisa segera menemukannya ya".
"Terima kasih Jenderal Lee".
"Sudahlah cepat kembali ke Seoul, nanti dari Markas Pusat akan mendampingi untuk menangkap pelakunya".
"Sekali lagi terima kasih Jenderal Lee, mohon maaf".
"Sama-sama".
Kim berlari menuju pemesanan tiket menuju Seoul, dan kebetulan dua jam lagi akan ada penerbangan ke Seoul.
"Permisi saya Kim, tolong cek apakah ada penerbangan ke Seoul lagi".
"Hmm..baik Pak saya cek sebentar ya, okay dua jam lagi akan ada keberangkatan menuju Seoul, bagaimana apakah jadi memesan tiketnya?"
"Ya ini uang tiketnya, terima kasih"
"Baik atas nama Pak Kim ya, penerbangan menuju Seoul , dua jam lagi tiba, silahkan ditunggu Pak Kim, ini tiketnya".
"Okay terima kasih"
"Sama-sama Pak".
Kim menunggu dengan amarah yang membara, serasa dia ingin memakan seseorang, bagaimana tidak, wanita yang dia sayangi telah menghilang dan belum ditemukan, Kim lalu mengerahkan semua timnya dan menyebarkan foto Alena ke jajaran Markas Besar dan Markas Pusat, agar bisa segera menemukan keberadaan Alena.
"Maafkan aku Alena, kalau saja tadi aku tidak memarahamimu, aku menyesal, aku tidak akan pernah bisa memaafkan diriku sendiri apabila sampai kau terluka sedikit pun, dan siapapun yang saat ini yang telah menculikmu, aku bersumpah akan membunuhnya dengan tanganku sendiri, maafkan aku Alena, hikksss..hikkkk"Kim mengeluarkan lipatan kemejanya yang menutup dipinggangnya sembari meneteskan air mata.
Sementara di sebuah gudang lama tempat Alena disekap, Wu Jin menawarkan makanaan untuk Alena, namun Alena tidak menyentuhnya sama sekali.
"Heii..wanita murahan simpanan Jenderal Kim, ini dimakan makanannya, kalau kau masih mau hidup, apa kau mau mati dengan cepat, bilang saja, aku lebih mudah untuk membuat Jenderal kesayanganmu itu terluka, hahaaa, makan aku bilang!"
"Tidak...sampai aku mati pun aku tidak ingin makan dari pemberian tangan kotormu itu, aku tidak sudi".
"Bukkkk"bogem mentah ke wajah Alena, hingga mengeluarkan darah dari bibirnya.
"Hmm...terus saja pukul, pakai alat sekalian, jangan tanggung, tidak sakit, hanya segini keberanianmu dengan wanita, pantas saja, mungkin di luar sana, banyak wanita yang tidak mau denganmu, karena apa, karena kau tidak pernah bisa menghargai wanita sedikit pun, kau lelaki paling pengecut, lelaki paling biadap yang pernah aku temui".
"Tutup mulutmu, jangan sampai kesabaranku habis, ohh apakah pakaianmu harus dilucuti dulu ya, baru kau mau makan, apa mau tidur bersamaku Alena".
"Cuiihhhh, aku tidak pernah sudi , lebih baik aku mati, dari pada harus tidur denganmu, lelaki biadap".
"Bukkkk"wajah Alena dipukul lagi kali ini dengan benda tumpul, seperti sebuah balok kayu.
Wu Jin terkejut, Alena tak sadarkan diri, dia segera memeriksa denyut nadinya, masih berdenyut, namun tidak sadarkan diri. Wu Jin menyiramkan air lagi ke wajah Alena, namun tetap saja Alena belum juga tersadarkan diri.
"Heii..jangan bercanda kau Alena, bangun kataku, bodoh dia benar-benar tidak sadarkan diri, Wu Jin kau bodoh, karena kau tidak bisa mengontrol emosimu, wanita yang tidak bersalah harus menanggung akibatnya"ucap Wu Jin sembari memukul kepalanya sendiri.
Wu Jin lalu mengambil beberapa obat dan menyuntikan ke tangannya Alena, agar Alena segera sadar, kebetulan Wu Jin adalah seorang dokter namun menjalani bisnis gelap yaitu bandar narkoba. Saat dia mengompres wajahnya Alena, dia melihat secara dekat wajah cantik nan lembut Alena, perasaan Wu Jin mendadak tidak karuan, jantungnya berdekup kencang, ya selama ini memang dia tidak pernah memikirkan wanita dan belum pernah merasakan apa itu jatuh cinta, hasrat Wu Jin seperti melayang, membayangkan Alena menjadi istrinya, namun karena dendamnya pada Jenderal Kim, wajahnya berubah lagi.
"Akhhhh...bodoh...tidak aku tidak boleh jatuh cinta dengan wanita simpanan Jenderal arogan itu, ahhhhh, aku tidak boleh kalah dengan cinta. Wu Jin kau tidak boleh terpengaruh dengan wajah cantik Alena, bangun dari mimpimu, jangan pernah menjadi lelaki bodoh yang kalah akan wanita, tidak aku tidak mau".
"Prannkkk" Wu Jin melempar botol ke sebuah dinding yang ada di dalam gudang itu, dia menjadi dilema sekarang, sepertinya Alena sudah bisa membuka hatinya yang beku akan cinta.
Enam jam sudah berlalu, seluruh tim sudah menemukan titik lokasi dimana Alena berada, ya karena ponsel Alena sudah dilengkapi dengan GPS yang sudah dipasangkan oleh Jenderal Kim.
Tim sudah berjaga di area luar gudang kosong itu, Kim memilih menghadapi penculik itu sendiri tanpa bantuan timnya, karena khawatir nyawa Alena akan terancam, Kim membawa mobil Barakuda untuk menabrak pintu gudang itu.
"Kalian semua berjaga saja di luar, biar aku sendiri yang menghadapi penculik itu"perintah Jenderal Kim.
"Siap laksanakan Jenderal".
Tiba-tiba hal mengejutkan terjadi, mobil Barakuda seketika menerobos pintu besi gudang tua itu, Wu Jin terkejut, saat dia sedang menyadarkan Alena. Sosok lelaki tampan dengan amarah membara, dengan tinta hitam di wajahnya, sikap Jenderal Kim yang sudah seperti ingin menghajar penjahat yang sudah berani menyentuh wanita yang sangat dia sayangi.
"Wow...akhirnya Jenderal arogan yang sudah ditunggu kehadirannya, datang juga, hmm..mau menjemput wanita simpananmu, wanitamu sudah hampir mati, hahaha".
"Jangan pernah menyentuh Alena, kau sudah berani melukainya berarti kau pun sudah siap mati ditanganku, siapa kau sebenarnya, ada urusan apa kau dengan Alena".
"Hmm... kau yang membuatku harus menculik Alena, karena aroganmu yang sudah memecat dan memenjarakan kakakku Joon Wo".
"Ohh.. jadi kau adik dari Joon Wo, pantas saja kalian sangat mirip, kau dan kakakmu sama-sama lelaki pengecut, tidak salah kalian bersaudara, kakakmu memang pantas dipecat dan dipenjara, karena sudah menggelapkan uang negara, kau tahu untuk apa dana itu, untuk membayar hutangnya, karena kakak tersayangmu itu, penyuka judi".
"Ahh..aku tidak percaya, kau bisa saja mengarang sebuah cerita".
"Sudah jangan banyak bicara, kita bertarung satu lawan satu".
Mereka pun saling bertarung , Wu Jin menggunakan sebuah pedang yang dia ambil dari sebuah meja yang juga berada di mana Alena disekap. Satu jam berlalu , mereka pun sudah sama-sama berdarah, namun Wu Jin sudah mulai kalah dan terjatuh, saat Jenderal Kim berbalik untuk menyelamatkan Alena, naas Wu Jin masih terbangun dan menembakkan tiga peluru ke punggung Jenderal Kim.
"Doorrr... dooorrr... doorrr"suara tembakan yang mengarah ke punggung Jenderal Kim.
Tak lama pasukan tentara masuk menyergap Wu Jin, Jenderal Kim menahan sakitnya peluru sembari melepaskan ikatan Alena, darah sudah banyak keluar dari punggungnya, Jenderal Kim tetap berusaha menggendong Alena.
"Akkhhhh...Alena maafkan aku, bertahanlah, kau tidak boleh mati, nanti siapa yang akan menjadi musuh debatku, bertahanlah, tim ambulans akan segera datang"ucap Kim sembari menahan sakitnya tiga peluru yang sudah bersarang di punggungnya.
Tak lama saat tiba di dekat mobil tim pasukan tentara Korea Selatan, Kim terjatuh dan tak sadarkan diri, dia lupa memakai rompi anti peluru, tak lama tim ambulans datang dan segera membawa Alena dan Kim menuju rumah sakit terdekat.
Sementara Wu Jin sudah dibawa di dalam mobil tahanan, tak lupa tim utusan dari Jenderal Lee, ikut membantu menangkap Wu Jin, agar diproses oleh hukum sesuai dengan perbuatannya.