Chereads / Unforgettable, You / Chapter 2 - 2 Bobby

Chapter 2 - 2 Bobby

Pelajaran berlalu seperti biasa sampai waktu di mana kegiatan belajar mengajar di sekolah sudah berakhir. Bel pulang berbunyi, Anya Melangkah dengan lesu tidak seperti biasa keceriaan menyambut saat bel pulang berbunyi. Harusnya itu menjadi tanda berakhirnya kegiatan sekolah pada hari ini dan beristirahat di rumah untuk melanjutkan kegiatan sekolah besok hari. Namun bagi Anya saat ini dia hanya ingin pulang dan tidak kembali ke sekolah itu di hari esok karena apapun yang sudah dijelaskan tidak akan dipercaya sekalipun oleh teman-temannya.

"Udah, besok pasti udah pada lupa," hibur Renata. Dia satu-satunya orang yang tidak percaya pada gosip itu.

"Iya sih, jalani aja dulu kali ya karena kita nggak pernah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya."

Renata menatap gadis itu penuh makna seakan mengerti kalau Anya sedang banyak pikiran.

Mereka masih kelas 2 SMA tapi sudah mendapat fitnah yang bisa dibilang sangat berat. Gadis kecil itu pasti di benaknya menangkap kalau pelakor itu adalah pecinta lelaki Korea bukan arti sebenarnya yaitu perebut laki orang. Mereka masih berjalan perlahan di sepanjang koridor kelas sebelas IPS.

"Siang, Pak Jamal," sapa Renata sambil tersenyum Dan disambut dengan anggukan canggung dari Anya. Tidak tahu sebenarnya apa yang membuat mereka dekat tapi fitnah yang membuat Anya jadi tidak enak saat bertemu Pak Jamal padahal besok ada pelajaran matematika.

"Pulang?" tanya Pak Jamal sekedar basa-basi karena sudah tahu sekarang waktunya pulang.

"Iya, Pak."

Jawaban pendek dari Renata sudah cukup menjelaskan kalau mereka akan kembali ke rumah masing-masing akan tetapi dengan gerakan yang sangat cepat, Anya menarik tangan Renata agar jauh dari Pak Jamal. Ya berjalan secepat mungkin sampai dekat pos satpam. Renata bingung dibuatnya karena tampak Anya setakut itu berada di sekitar Pak Jamal.

"Jangan deketin pak Jamal, gue ngeri siapa tahu ada yang foto lagi," ucap Anya trauma.

"Nggak bakalan, gue jamin," tukas Renata meyakinkan. Tanpa curiga, Anya bergegas pamit pulang tanpa memikirkan apapun.

Esok biar tetap jadi misteri yang akan di hadapi saat hari berganti.

Sore harinya Renata menepati janji karena dia mau menjemput Anya untuk nongkrong di cafe kemudian mampir ke rumah Renata. Bukan hanya berkunjung seperti biasa melainkan ada Bobby yang menunggu di ruang tamu sampai Renata dan Anya pulang dari kafe.

"Eh, Kak Bobby. Udah lama nunggu?" tanya Renata.

"Lumayan bisa bikin Arca," kelakar Bobby. Renata terkekeh lalu mengajak Anya duduk di sofa ruang tamu dengan posisi Bobby ada di tengah dan seolah ada dua bidadari yang mengelilinginya.

"Waduh, gue jadi salah tingkah dikelilingi sama dua bidadari," Bobby melirik cengengesan dia malah terlihat seperti sudah tak sabar ingin mengenal Anya lebih jauh.

"Lebay lo, sini gua kenalin sama Anya," tandas Renata seperti yang sudah direncanakan kalau Bobby memang ke rumahnya hanya untuk berkenalan dengan gadis imut bernama Anya.

Anya dan Bobby berkenalan, memang tidak secepat itu rasa yang namanya cinta muncul akan tetapi Bobby sudah sangat tertarik dengan Anya bahkan sebelum mereka bertemu.

"Rumah kamu di perumahan Bukit Bintang?" tanya Bobby selepas perkenalan.

"Iya, di gang pajak, " jawab Anya. Mereka adalah tetangga karena rumah Bobby juga ada di Perumahan Bukit Bintang hanya beda Gang dengan Anya. Sebelumnya Bobby sering melihatnya di sekitar rumah.

"Dia sering kali kegiatan di daerah rumah tapi dari dulu nggak berani kenalan," kata Bobby.

Tuduhan itu terbukti karena satu foto bisa mewakili Jawaban dari pertanyaan orang-orang. Namun mereka tidak pernah tahu apa yang terjadi sebenarnya.

Malam itu yang terjadi sebenarnya sederhana, Anya ke luar bersama Papanya ke sebuah pembukaan Cafe yang ada di depan perumahan Bukit Bintang. Di sana papa Anya bertemu dengan Pak Jamal. Mereka adalah teman dekat maka tak heran kalau sudah bertemu dan asyik mengobrol keberadaan sang anak sampai terlupakan.

Anya sampai ngambek karena bosan sedangkan obrolan terus berlanjut sampai malam. Namun di tengah obrolan tiba-tiba bapaknya mendapat telepon Yang sepertinya penting sehingga dia harus menjauh untuk fokus mengobrol sedangkan Pak Jamal yang juga adalah guru matematika dari Anya hanya bisa diam saat papa Anya meninggalkannya.

Dan banyak obrolan basa-basi seputar sekolah yang mereka bicarakan selama menunggu papa Anya kembali ke meja. Tanpa disangka banyak kecocokan antara nya dengan pak Jamal yang ternyata di sekolah Anya lebih banyak diam daripada di luar, dia menjadi orang yang cukup cerewet. Sungguh duality yang maksimal.

Entah apa motivasinya sampai ada yang memotret dan dengan nomor tak dikenal "dia" menyebarkan foto itu sehingga menjadi sumber gosip.

Anya tanpa diminta menceritakan kejadian yang terjadi di sekolahnya pada Bobby. Tampilan Bobby yang tinggi, putih, dan wajahnya yang cukup berwibawa dengan kacamata bertengger di hidungnya sepintas cukup membuat wanita terpesona. Sekolah Bobby tepat disebelah SMA 127 yaitu SMK 21 yang sebagian besar muridnya adalah pria maka tak heran ia sampai minta tolong Renata untuk mengenalkan dirinya dengan Anya padahal tanpa dikenalkan pun karena mereka sama-sama dari Perumahan Bukit Bintang yang sewaktu-waktu bisa bertemu dan saling berkenalan.

"Jadi sampai segitunya kamu dikejar gosip?" tanya Bobby.

"Itulah SMA 127, Bob. Keras," tandas Renata. Bobby mengangguk-anggukkan kepala karena Paham bagaimana kerasnya nyinyiran dari siswa SMA 127.

"Jadi apa nih yang bisa gue bantu?" tanya Bobby lagi agar mengarahkan pembicaraan agar tidak lari ke mana-mana.

"Lu pura-pura jadi pacar Anya, ya?" pinta Renata. Setidaknya cara itu bisa menekan gosip yang ada. Demi nama baik Anya dan Pak Jamal terlebih guru matematika itu sudah memiliki istri dan satu anak.

"Boleh, nggak pura-pura juga oke aja sih gue," kelakar Bobby yang memang tertarik pada Anya.

"Sementara ini tolongin gue antar sampai ke gerbang sekolah setiap pagi untuk menunjukkan kalau gue punya pacar dan gue nggak akan merebut siapapun," ucap Anya sedikit memaksa tanpa mencari tahu kalau Bobby punya pacar atau tidak saat ini.

"Boleh aja, rumah kita dekat. Lu gang pajak, gue gang emas, tinggal lurus sama belok dikit saja udah sampai," kata Bobby bersedia.

"Tapi gue lupa satu hal," tandas Anya dengan cepat sebelum mereka berdua menjalani hari dengan berpura-pura pacaran.

"Apa?" tanya Bobby santai.

"Lu punya pacar?" tanya Anya waspada.

"Anggap aja nggak punya," jawab Bobby meragukan. Anya khawatir dia dituduh merebut orang lagi.

"Kok anggap sih? Berarti punya dong?" cecar Anya.

"Gue jomblo, dijamin," tukasnya meyakinkan. Dia hanya khawatir hubungan dengan sang mantan yang ternyata masih dipertanyakan. Namun bisa ia nyatakan kalau saat ini dia sedang sendiri.