Chereads / Surrealistic Lucelence (Andrea den Svard) / Chapter 11 - Kacamata yang Terlihat Mahal

Chapter 11 - Kacamata yang Terlihat Mahal

Ruang Direksi

Lucelence Art Technology

30 Maret 2058

09.30 AM CEST

Svard membaca sekali lagi proposal proyek CSR versi terbaru yang diserahkan oleh Diana dan Amie. Peninjauan akhir proposal telah berlangsung sejak dua jam lalu, membahas aspek-aspek detail sesuai permintaan Svard sebelum proyek itu disetujui dan ditanda tangani. Svard dan seluruh jajaran direksi sangat teliti, penuh pertimbangan panjang sebelum menyetujui proyek tahunan yang dipastikan akan turut memoles citra publik LAT melalui agenda non-profit alias bersifat sosial.

"Aku akan menanda tanganinya kali ini."

Svard memecah keheningan dengan putusan final yang membuat Amie dan Diana hampir saja bersorak-sorak di ruang rapat. Melihat reaksi tertahan itu, Svard hanya tersenyum miring. "Bergembiralah kalian, Amie, Diana. Hampir saja aku menolaknya," ujarnya seraya membubuhkan tanda tangan digitalnya di atas tablet.

Seluruh orang di ruangan itu lantas tertawa. Inilah momen yang ditunggu-tunggu oleh kebanyakan karyawan LAT: Svard yang mencair di ruang rapat.

"Apakah kau bersedia menyeleksi para seniman yang mendaftar nantinya, Svard?"

Svard menaikkan sebelah alisnya, "Kau ingin menambah-nambah pekerjaanku?"

Semua orang kembali tertawa.

"Tidak, maksudku kau kan berjiwa seni tinggi, dan kau sangat paham karya mana yang memenuhi kualifikasi perusahaan. Bukankah akan lebih kompetitif jika mereka dipilih langsung oleh seorang CEO LAT?" jelas Amie.

Svard mengangguk, selesai menanda tangani seluruh dokumen yang diperlukan untuk legalitas. "Kembali saja ke rencana awalmu. Aku akan mengundang beberapa seniman yang kukenal untuk berpartisipasi. Anggap saja itu jalur khusus, atau jalur undangan. Sisanya, anggap jalur reguler, dan kalian yang akan mengurusnya."

Amie dan Diana mengangguk paham.

"Tapi tetap, jangan berikan perlakuan khusus. Baik seniman yang masuk lewat jalur khusus atau reguler itu akan melewati proses seleksi yang sama."

"Baik, Svard."

Rapat kemudian diakhiri setelah tidak ada lagi pembahasan penting seputar proyek CSR yang menjadi highlight pagi ini. Svard juga tampak melangkah lebih terburu-buru dari biasanya begitu keluar dari ruang rapat.

"Svard!" panggil seseorang, menghentikan langkah Svard sebelum masuk ke dalam lift. Rupanya Mark, orang yang memang dicarinya sejak tadi. "Kemana saja kau? Kenapa tidak ikut rapat? Sembarangan saja," ocehnya.

"Aku tidak ikut rapat karena Yona datang."

"Lalu? Kau memilih kencan dibanding bekerja? Perlukah aku memecatmu sekarang?"

Mark menggeleng, tetap santai meski terancam. "Yona datang atas perintah Sera yang tidak bisa menemuimu setelah kejadian kemarin, ketika kau pergi ke Yaimore."

"Apa hubungannya? Kemana penyihir itu?"

"Dia bukan penyihir, Svard. Sera mengeluarkanmu dari Yaimore ke Visby bukan tanpa alasan. Sera membantumu untuk bertemu dengan Klara, dan karena itu, Dia menghukumnya!"

****

Royal Carte Residence

Gothenberg, Swedia

30 Maret 2058

05.15 PM CEST

Svard mengetuk-ngetukkan tangannya di atas meja kaca. Pria itu tampak tidak tenang setibanya di apartemen pribadinya. Belum ada kabar apapun dari Sera, dan itu membuatnya gusar. Svard memang kerap kali mengutarakan ujaran kebencian pada Sera, mengatainya penyihir, tak berguna, dan sebagainya. Tetapi tetap saja, Svard peduli, menyayangi Sera sebagaimana orang tua yang telah menemaninya ratusan tahun dalam kehidupannya yang abadi. Hanya saja, Svard terkadang kecewa karena Sera juga tidak berdaya jika berurusan dengan Dia, seperti yang terjadi saat ini.

"Apa yang terjadi padanya?"

"Apa yang dilakukan makhluk gila itu padanya?" lanjutnya, kembali mengutuk Dia yang menurutnya sangat tidak berbelas kasih sedikitpun.

Svard menghela nafasnya berat, kembali membuka sistem AI dalam Glimms yang belum dilepasnya seharian ini. Svard karena khawatir akan ada pemberitahuan terkait keberadaan Sera di suatu tempat yang terdeteksi oleh sistem pelacakan LUBEL.

[Sistem Pelacakan LUBEL Metaverse]

(Nol persen kecocokan)

(Sera Moller tidak ditemukan)

"Ck! Dimana dia sebenarnya?" Svard berdecak frustasi, beranjak dari kursinya menuju dapur, mencari segelas air mineral dingin di dalam lemari es, meneguknya sampai habis seperempat.

Pria itu kembali berpikir usai tubuhnya sedikit dingin, "Klara muncul di Yaimore, Sera menghilang. Apakah selama ini Sera mengetahuinya?"

"Kenapa juga dia mengatakan aku tidak seharusnya berada disana?" Svard mulai bertanya dan berasumsi. Pusing, pria itu kembali meneguk air mineralnya. Namun getar ponsel di saku beberapa detik kemudian mengalihkannya.

[Pesan Singkat]

(Andrea Stenstorm - Pelukis Visby)

Selamat sore, Calle Svard

Maaf mengganggumu

Tapi aku baru tahu ingat bahwa kau meninggalkan kacamatamu di meja kafe tempat kita mengobrol waktu itu.

Apa aku perlu mengantarkannya?

Kebetulan aku sedang di Gothenberg

Sepertinya kacamata ini sangat mahal

"Hah?" Svard mendekatkan layar ponsel ke matanya, "Apa aku tidak salah lihat? Kenapa dia menghubungiku duluan?" tanyanya pada diri sendiri.

Sejak kemarin, Svard masih terus menyelidiki siapa sosok Andrea sebenarnya. Dengan penampilannya yang serba tertutup itu, sekilas ia mirip sekali dengan Klara. Namun, Svard belum berasumsi macam-macam karena ia harus memastikannya terlebih dahulu dengan Sera, dan sayangnya Seraph itu malah menghilang entah kemana.

Svard lantas mengerutkan dahinya, mengingat-ngingat sebelum membalas pesan. Ah, ia bahkan lupa bahwa ia memang membawa kacamata hitam hari itu, ketika ia dan Mark menonton pertunjukan musik dan lukis di Visby. Mereka bertiga juga memang sempat minum kopi bersama di kedai terdekat atas ajakan Mark.

Tapi sekarang, kebetulan sekali, bukan?

Svard bisa melihat gadis itu lebih dekat dan intens tanpa Mark yang kemarin sangat cerewet dan mendominasi percakapan.

(Calle Svard)

Sore, Andrea

Terima kasih sudah mengabari

Sebenarnya itu kacamata milik Mark

Tapi tidak masalah, biar aku saja yang mengambilnya

Bisakah kau memberitahu alamatmu? Aku akan menemuimu malam ini