Clemira dan Alvan pun tiba di rumah.
"Clemira senang banget deh bang tadi makan di cafe punya bang Zayn. Enak banget makanannya terus juga tempatnya bagus. Tenang banget apa lagi yang di tempat kita duduk tadi," ucap Clemira.
Alvan pun mengangguk.
"Iya abang juga suka dek. Zayn memang pintar sih kalau untuk urusan itu. Maklum juga ya kan dia kan berasal dari keluarga yang serba berkecukupan," ucap Alvan.
Alvan lalu mengambil posisi duduk di sofa ruang tengah. Clemira lalu menghampiri Alvan dan duduk di sebelah Alvan.
Ia kemudian menyandarkan kepalanya di pundak Alvan.
"Abangnya Clemira ini juga pintar dan hebat lho. Selama ini dia bekerja keras untuk bisa membiayai kebutuhan Cle. Dia rela melakukan apa saja untuk kebahagiaan Cle. Cle sayang banget sama dia," ucap Clemira.
Clemira lalu memperbaiki posisinya. Ia kemudian memeluk lengan Alvan.
"Clemira sayang dan bangga banget bisa memiliki abang seperti bang Alvan. I miss you my brother," ucap Clemira.
Alvan terdiam selama beberapa saat karena ucapan Clemira. Ia tersenyum penuh arti mendengar ucapan Clemira.
Alvan lalu meletakkan dagunya di atas kepala Clemira.
"Abang juga sayang banget sama Clemira. Sayangnya abang ke kamu itu lebih dari rasa sayang abang untuk diri abang sendiri," ucap Alvan.
Clemira pun merasa terharu dengan ucapan abangnya. Ia langsung memeluk erat abangnya dalam posis duduk seperti itu.
"Cle jauh lebih sayang sama abang. Pokoknya sayangnya Cle untuk abang lebih besar dari apa pun. Makasih karena selama ini abang udah menjaga, merawat dan juga melindungi Cle." ucap Clemira.
"Iya sayangnya abang. Udah dong. Kok jadi melow gini sih? Jangan melow dong," ucap Alvan.
Alvan membalas pelukan sang adik.
"Besok abang antar Cle?" tanya Cle dengan sedikit mendongakkan wajahnya.
"Iya dong. Besok abang ke kantor biasa. Gak ada tugas ke mana-mana. Jadi abang juga bakalan bisa menjemput kamu besok," ucap Alvan.
Clemira pun tersenyum bahagia.
"Makan siang di cafenya bang Zayn lagi ya bang besok sepulang sekolahnya Cle," ucap Clemira.
"Telat dong sayang makan siangnya. Kamu makan siang saja di kantin. Sore atau malamnya nanti kita ke sana lagi. Atau abang pesan makanan aja ntar dari sana," ucap Alvan.
"Hmm iya sih. Tapi gak apa-apa ya bang ntar sepulang sekolah kita ke sana. Cle suka sama tempatnya," ucap Clemira.
Alvan pun mengangguk.
"Iya. Tapi gak langsung pulang sekolah ya sayang. Abang kan harus lanjut kerja di kantor. Kamu ikut abang ke kantor sebentar ya sampai jam pulang ngantor abang," ucap Alvan.
Clemira pun mengangguk.
"Oke deh gak apa-apa bang. Tapi gak masalah kan bang sama orang kantor kalau Cle ikut ke kantor abang?" tanya Clemira.
"Atau kalau enggak abang antar kamu pulang ke rumah terlebih dahulu? Ntar sepulang abang ngantor kita jalan-jalan?" tanya Alvan.
Clemira tampak berpikir untuk mempertimbangkan penawaran Alvan. Ia lalu mengangguk.
"Boleh deh bang. Cle mau. Besok abang chat Cle ya," ucap Clemira.
"Iya sayang. Ya udah tidur yuk. Abang udah ngantuk banget," ucap Alvan.
Clemira pun mengangguk. Mereka lalu bangkit dari posisi duduk mereka dan berjalan bersama menuju ke kamar masing-masing.
Saat telah berada di depan kamar Clemira,
"Jangan lupa wudhu dan doa sebelum tidur. Kalau sedang haid, kamu bisa cuci tangan, wajah dan kaki kamu terlebih dahulu ya dek." ucap Alvan.
Clemira pun mengangguk.
"Oke bang. Good night. Have a nice dream," ucap Clemira.
"Nice dream too adikku." ucap Alvan tersenyum.
Keduanya lalu memasuki kamar masing-masing untuk beristirahat.
....
Rizan pulang ke rumahnya di jam dua belas malam. Saat dirinya baru saja memasuki rumahnya, dirinya langsung ditodong oleh beberapa pertanyaan dari abangnya.
"Dari mana aja lo jam segini baru pulang ke rumah? Masih ingat pulang lo? Gue pikir lo udah gak ingat untuk pulang ke rumah ini lagi," ucap Rafka dengan satu tangannya yang ia sembunyikan di dalam saku celana pendeknya.
Rizan menatap malas wajah Rafka.
"Bukan urusan lo." balas Rizan singkat.
"Bokap titipin lo ke gue! Jadi apa pun yang berkaitan dengan lo itu akan menjadi urusan gue!" ucap Rafka dengan seruan.
Rizan benar-benar lelah harus terus berdebat dengan sang kakak.
"Udah berapa kali gue bilang ke lo sih?! Jangan pernah ikut campur dengan semua urusan gue! Urus aja hidup lo! Hidup lo juga belum tentu lebih baik dari hidup gue! Brengsek!" geram Rizan yang menekan setiap kata yang ke luar dari mulutnya.
Bruk!
Rafka sedikit mendorong tubuh Rizan hingga tersudutkan pada tembok.
"Kalau lo sampai berani melakukan hal-hal sialan itu lagi, jangan salahkan gue kalau gue akan membuat lo kapok dengan semua itu!" ucap Rafka mengancam.
Rizan tersenyum miring. Rizan tidak pernah peduli dan takut akan setiap ancaman Rafka.
"Gue gak pernah peduli dan takut sama ucapan lo. Gue akan tetap menjadi diri gue apa pun yang terjadi!" ucap Rizan.
Bruk!
Rizan balik mendorong tubuh Rafka.
"Lo memang abang gue, tapi bukan berarti lo bisa mengatur hidup gue!" ucap Rizan lalu pergi begitu saja meninggalkan Rafka.
Sepergian Rizan, Rafka mengepalkan kedua tangannya.
"Shit!" umpat Rafka.
....
Keesokkan harinya,
Clemira dan Alvan kini sedang menikmati sarapan pagi mereka di meja makan.
"Nanti kalau jadi abang kabari ke aku ya. Takutnya tiba-tiba kan abang ada pekerjaan di luar terus gak bisa deh jemput aku," ucap Clemira di sela-sela makan.
Alvan pun mengangguk.
"Iya dek. Nanti abang kabari ke kamu lagi ya di jam makan siang. Tapi semoga aja hari ini abang gak ada pekerjaan di luar ya," ucap Alvan.
Clemira pun mengangguk.
"Iya bang. Cle juga berharap begitu," ucap Clemira.
Tak lama mereka pun akhirnya telah selesai makan.
"Ya udah ayo dek kita berangkat sekarang. Ntar keburu telat," ucap Alvan.
Clemira pun mengangguk. Mereka lalu bangkit dari posisi duduk mereka dan meraih tas masing-masing. Setelah itu mereka lalu bergegas pergi menuju ke sekolah Clemira.
...
Rizan melewati meja makan saat Rafka kini sedang menikmati sarapan paginya di sana.
Rafka yang melihat hal tersebut pun langsung memanggil Rizan.
"Gak sarapan terlebih dahulu lo?" tanya Rafka.
Rizan menghentikan langkah kakinya sejenak. Ia lalu menoleh ke arah Rafka.
"Gak. Gak nafsu gue. Ntar gue makan di ruang OSIS aja," ucap Rizan.
"Terserah lo sih. Yang penting lo jangan pernah membuat masalah lagi," ucap Rafka.
"Berapa kali sih harus gue katakan sama lo? Lo tuh jangan pernah ikut campur sama urusan gue! Urus aja deh hidup lo! Lagian lo tuh gak jauh lebih baik kok dari pada gue. Jadi jangan sok menasihati gue!" ucap Rizan.
Setelah mengatakan hal tersebut, Rizan lalu meninggalkan Rafka dan bergegas pergi ke sekolah.
.....