Dikarenakan murid-murid dan petugas UKS sudah pada pulang, akhirnya Fano lah yang membantu untuk mengompres perut Rizan yang sakit akibat dipukul oleh Rafka.
.....
Clemira dan Liora pun mematung dan saling berbisik.
"Itu bukannya temannya si ketos ya Cle?" tanya Liora.
"Iya itu temannya. Dan yang di sebelahnya itu yang tadi menolong gue sampai akhirnya gue bisa bebas dari si ketos sialan itu," ucap Clemira.
"Oh jadi ternyata itu orangnya. Kelihatannya cool sih Cle," ucap Liora.
"Orangnya udah dekat. Diem ya Li jangan bicara apa-apa," bisik Clemira.
"Iya Cle," ucap Liora.
....
Saat hampir tiba di kelas Clemira, kedua pasang mata itu menemukan Clemira dan Liora yang baru saja ke luar dari kelas.
"Wah pas banget itu mereka bang baru ke luar dari kelas," ucap Sauqi.
Rafka hanya mengangguk.
Tap!
Rafka dan Sauqi pun akhirnya kini telah berada di hadapan Clemira dan Liora.
Liora dan Clemira sama gugupnya saat ini. Namun keduanya berusaha untuk terlihat biasa saja. Padahal sebenarnya kaki mereka sudah bergetar.
"Pas banget kalian di sini," ucap Sauqi.
"Hmm ada perlu apa memangnya kak?" tanya Clemira.
Rafka lalu mengulurkan tangan kanannya di mana di sana terdapat ponsel Clemira.
"Ini ponsel lo kan?" tanya Rafka.
Clemira menelan salivanya sendiri dengan susah payah saat melihat ponselnya ada pada Rafka.
Ia lalu mengangguk.
"Iya kak. Ini ponsel saya. Tapi gimana bisa ponsel ini sama kakak?" tanya Clemira.
"Itu gak penting. Yang terpenting saat ini adalah ponsel ini sudah kembali ke tangan kamu. Ambil," ucap Rafka.
Clemira dengan ragu lalu mengambil ponsel tersebut.
"Makasih kak," ucap Clemira.
Rafka pun mengangguk.
"Oh iya satu lagi. Tadi ada yang menghubungi nomor kamu. Tapi tadi langsung saya matikan karena saya takut ada salah paham. Jadi mungkin kamu bisa menghubungi kembali nomor itu," ucap Rafka.
Clemira menggigit bibir bawahnya.
'Siapa ya? Apa bang Alvan?' ucap Clemira di dalam
hatinya.
"Ya udah itu aja. Kalau gitu kami permisi," ucap Rafka.
Clemira pun mengangguk. Rafka dan Sauqi lalu beranjak dari sana.
Clemira lalu dengan segera memeriksa daftar panggilan di ponselnya.
Clemira menghela nafasnya.
"Bang Adnan? Jangan-jangan bang Adnan udah sampai? Aduh gawat," ucap Clemira.
"Kenapa Cle? Kamu sudah dijemput?" tanya Liora.
Clemira pun mengangguk.
"Iya Li. Kita ke depan sekarang ya. Gue takutnya dia tunggu gue kelamaan," ucap Clemira.
Liora pun mengangguk.
"Oh iya ayo Cle," ucap Liora.
Mereka lalu bergegas pergi ke gerbang sekolah.
.....
Rizan ke luar dari UKS dengan dipapah oleh Fano.
"Perut gue sakit banget. Sialan emang si Rafka!" umpat Rizan.
"Lo udah sakit juga masih aja mengumpati abang lo. Heran gue," ucap Fano.
"Dia gak pantas disebut abang. Di mana-mana itu seorang abang seharusnya bisa melindungi adiknya. Bukan sebaliknya!" ucap Rizan.
"Seharusnya memang seperti itu. Tapi rasanya hal itu sama sekali tidak pantas dilakukan oleh saya terhadap kamu. Jika kamu ingin diperlakukan dengan baik oleh orang, maka perlakukan lah orang dengan baik. Jika tidak bisa, maka jangan pernah bermimpi seperti itu. Berubah lah," ucap Rafka yang tiba-tiba muncul di sana.
Rizan menatap tajam Rafka. Tak banyak bicara, Rizan langsung meminta Fano untuk mengantar dirinya ke parkiran.
"Antar gue ke parkiran langsung no," ucap Rizan.
Fano pun mengangguk. Mereka lalu beranjak dari sana dan meninggalkan Rafka seorang diri di sana.
"Maafkan Rafka, pa. Rafka masih belum bisa merubah Rizan menjadi orang yang lebih baik. Aku juga masih belum bisa menjadi abang yang baik untuk dia. Tapi aku akan terus berusaha pa," lirih Rafka dengan mata yang berkaca-kaca.
Rafka lalu beranjak dari sana.
.....
Ryan baru saja meninggalkan parkiran sekolah. Namun saat dirinya baru saja ke luar dari parkiran sekolah, matanya menangkap Clemira yang sedang menghampiri seorang pria yang bersandar di sebuah mobil di dekat gerbang sekolah.
Ryan menghentikan laju motornya masih di area sekolah. Ia membuka kaca helmnya untuk dapat melihat lebih jelas hal tersebut.
.....
Liora dan Clemira terpisah saat ojek online pesanan Liora sudah tiba.
Clemira lalu segera menghampiri Adnan yang kini sedang menunggu dirinya di samping mobil.
"Der!" ucap Clemira mengejutkan Adnan.
Adnan pun terkejut namun Clemira justru tertawa melihat hal tersebut.
"Astaga beb, kamu tuh ya senang banget melihat aku menderita sih. Gemes deh," ucap Adnan lalu mencubit pipi Clemira.
"Wkwk kalau gak gitu gak seru. Bang, kita nanti ke cafe bang Zayn kan? Makan dulu?" tanya Clemira.
"Boleh. Kamu gak mau menunggu Alvan aja?" tanya Adnan.
...
Tatapan mata Ryan terus menatap ke arah Clemira yang kini sedang berinteraksi dengan Adnan dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.
'Siapa lelaki itu? Kenapa dia menjemput Clemira? Dan kenapa mereka terlihat begitu dekat?' ucap Ryan di dalam hatinya.
....
Di lain sisi,
Fano mengantar Rizan ke parkiran mobil. Fano juga membantu Rizan untuk masuk ke dalam mobil.
"Lo masih kuat untuk mengemudi kan, Zan? Gue takut soalnya kalau nanti sampai terjadi sesuatu sama lo," tanya Fano.
Rizan pun mengangguk.
"Masih. Lo gak perlu khawatir. Btw hanks ya," ucap Rizan.
Fano pun mengangguk.
"Oke. Kalau gitu gue mau langsung pulang ya. Hati-hati lo," ucap Fano.
Rizan pun mengangguk.
"Iya. Nanti gue ganti kok. Once more thanks," ucap Rizan.
"Gak perlu, Zan. Gue ikhlas kok bantu lo. Kita ini kan teman bahkan kita ini berteman bukan sehari atau dua hari aja lho. Jadi ya sudah seharusnya kita saling bantu," ucap Fano.
Rizan tersenyum remeh.
"Nyatanya cuma lo doang yang paling mengerti gue dalam kata teman. Sedangkan dua orang itu? Ryan dan Sauqi enggak. Mereka udah pindah kubu kayaknya. Udah bosen kayaknya berteman sama gue makanya sekarang mereka join sama Rafka. Hahah pengkhianat," ucap Rizan dengan tawa kebencian.
"Lo gak boleh berasumsi seperti itu, Zan. Mereka sama sekali gak pernah berkhianat sama lo. Jadi
Jangan pernah berpikir seperti itu. Mungkin mereka bersikap seperti itu sama lo karena mereka kesal sama lo. Tapi after this gue yakin kok kalau semuanya akan kembali membaik," ucap Fano.
"Terserah lo deh. Intinya pengkhianat tetap aja pengkhianat," ucap Rizan.
"Ya udah lah gue balik. Take care lo," ucap Fano.
Rizan pun mengangguk. Fano lalu pergi ke parkiran motornya untuk pulang.
"Brengsek!" umpat Rizan.
Rizan lalu memasang seatbeltnya. Ia lalu mulai menyalakan mobilnya dan melajukannya.
Namun saat mobilnya baru saja melaju sedikit, ia tiba-tiba menghentikan laju mobilnya.
Matanya menatap suatu objek dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.
......