Alvan benar-benar merasa cemas saat pesannya tak kunjung dibaca dan dibalas oleh Clemira.
"Ini kenapa Clemira belum juga membalas pesan dari aku ya? Apa bel istirahatnya udah selesai? Makanya dia gak bisa baca dan balas pesan aku?" gumam Alvan.
Di saat Alvan sedang cemas memikirkan Clemira, pintu ruangannya tiba-tiba saja diketuk oleh seseorang.
Tok Tok Tok
"Permisi pak,"
"Ya masuk!" sahut Alvan dari dalam ruangannya.
Ceklek!
Seseorang lalu memasuki ruangan Alvan.
"Selamat siang pak. Mohon maaf mengganggu. Saya hanya ingin menyampaikan bahwa satu jam lagi anda akan ada meeting dengan klien dari PT. Samudra,"
Alvan melirik ke arah jam tangannya.
'Hampir aja aku lupa kalau aku ada meeting sebentar lagi. Untung aja Adnan bersedia untuk menjemput Clemira. Kalau gak kan kasihan Clemira.' ucap Alvan di dalam hatinya.
Alvan pun mengangguk.
"Oke terima kasih," ucap Alvan.
"Baik kalau begitu saya permisi ya pak." ucapnya lalu meninggalkan ruangan Alvan.
Alvan mengusap wajahnya.
"Bisa-bisanya aku lupa kalau ada meeting. Huft," ucap Alvan.
.....
Pintu ruang OSIS tiba-tiba dibuka secara paksa. Hal tersebut membuat mereka menoleh ke arah pintu OSIS.
Rafka, Ryan dan tak lama Sauqi dengan Fano pun ikut menyusul ke sana.
"Brengsek!" umpat Rizan.
Rafka menatap tajam Rizan. Ia lalu menghampiri Rizan dan mendorong tubuh Rizan hingga tersungkur ke lantai.
"Berapa kali harus gue katakan ke lo untuk berhenti mengusik kehidupan orang lain ha?!" bentak Rafka pada Rizan.
Rafka menatap Rizan dengan sangat murka. Rizan dengan segera bangkit dari posisinya dan menghampiri Rafka. Ia lalu mempertajam tatapannya pada Rafka.
"Dan berapa kali juga harus gue katakan untuk tidak perlu ikut campur dengan urusan gue, sialan?! Lo gak punya kehidupan sendiri ya sampai lo terus-terusan mengurusi hidup gue?!" tanya Rizan dengan penuh penekanan.
Clemira menelan salivanya sendiri dengan susah payah. Ia lalu menggigit bibir bawahnya.
'Siapa lelaki itu? Kenapa dia terlihat sangat marah pada si brengsek ini?' ucap Clemira di dalam hatinya.
Rafka lalu menoleh ke arah Clemira.
"Lo bisa kembali ke kelas lo sekarang juga." ucap Rafka tanpa ekspresi.
Clemira menggigit bibir bawahnya.
'Ah iya aku baru ingat kalau dia adalah kakak kelas yang gak sengaja aku tabrak semalam saat aku baru saja ke luar dari ruangan ini.' ucap Clemira di dalam hatinya.
"Ke luar dek," ucap Ryan.
Clemira pun mengangguk.
"Makasih kak," ucap Clemira.
Clemira lalu dengan segera ke luar dari ruangan tersebut.
"Brengsek! Lo berani ya sama gue yan?!" ucap Rizan dengan sangat emosi pada Ryan.
"Gue berani karena gue tahu kalau cewek itu gak salah. Dan lo udah sangat keterlaluan karena telah memperlakukan dia dengan sangat buruk!" ucap Ryan.
"Lo!" geram Rizan dan bersiap untuk menyerang Ryan.
Namun tiba-tiba saja sesuatu terjadi.
...
Di lain sisi, Clemira berjalan dengan cepat menuju ke kelasnya.
Ia dapat bernafas lega karena dirinya akhirnya dapat terbebas dari Rizan, si brengsek itu.
'Untung aja ada mereka yang membantu gue. Kalau enggak? Gak tahu deh gimana nasib gue sekarang. Makasih ya Allah.' ucap Clemira di dalam
hatinya.
Clemira akhirnya tiba di kelasnya. Liora yang melihat Clemira baru saja memasuki kelas pun tersenyum lega. Ia dengan segera bangkit dari posisi duduknya dan menghampiri Clemira.
"Alhamdulillah akhirnya kamu bisa terbebas juga dari ketua OSIS itu Cle," ucap Liora.
Clemira pun tersenyum lalu mengangguk.
"Iya Li Alhamdulillah. Tadi ada beberapa kakak kelas yang membantu gue. Kak Sauqi juga ada tadi," ucap Clemira.
Liora menghela nafas lega.
"Syukurlah. Hmm duduk Cle. Tadi aku udah beli makanan untuk kamu. Kamu makan dulu ya. Tapi cepat Cle karena lima menit lagi bel masuk," ucap Liora.
Clemira pun mengangguk.
"Iya Li. Makasih banyak ya. Maaf banget karena gue selalu ngerepotin lo," ucap Clemira.
"Enggak Cle sama sekali enggak kok. Makan dulu ya. Ayo," ucap Liora.
Clemira pun mengangguk. Mereka lalu duduk di tempat duduk mereka. Clemira pun lalu mulai memakan makanan yang tadi dibeli oleh Liora.
"Tadi kamu diapain aja sama ketua OSIS itu Cle?" tanya Liora.
"Dia yang gue tampar Li. Bodoh amat," ucap Clemira seraya memakan makanannya.
Liora membelalakkan matanya mendengar hal tersebut.
"Ha? Gimana Cle? Kamu tampar kak Rizan? Beneran? Kok bisa Cle? Gimana caranya? Berani banget kamu," ucap Liora tak habis pikir.
"Bisalah. Siapa suruh dia ganggu gue. Syukurin kena tampar kan sama gue," ucap Clemira dengan santainya.
"Ya ampun kamu ada-ada aja sih. Kalau dia sampai dendam gimana Cle? Aku takutnya nanti dia melakukan hal yang lebih dari ini ke kamu. Apa lagi tadi dia ambil handphone kamu kan?" tanya Liora.
Clemira membulatkan matanya dengan sempurna. Ia lalu menepuk keningnya sendiri dan menghentikan kegiatan makannya.
"Astaghfirullah Li. Handphone gue masih sama si arrogant itu!" ucap Clemira saat dirinya baru saja menyadari tentang ponselnya yang masih ada di tangan Rizan.
Liora pun juga sama terkejutnya saat mengetahui hal tersebut.
"Aduh jadi gimana dong Cle? Kalau udah di tangan kak Rizan pastinya bakalan susah untuk diambil? Duh gimana ya?" ucap Liora.
...
Seorang pria berusia sekitar empat puluh tahun kurang lebih kini sedang sibuk dengan pekerjaannya.
Ia kini sedang berada di sebuah ruang meeting melakukan meeting dengan para pegawainya terkait masalah perusahaan.
"Oke sampai di sini meeting kita. Saya harap apa yang saya sampaikan tadi bisa kalian terapkan," ucap pria tersebut.
"Baik pak," ucap para pegawai yang ikut serta dalam meeting tersebut.
"Oke kalau begitu saya permisi." ucap pria tersebut lalu ke luar dari ruang meeting.
Pria tersebut lalu memasuki ruangannya. Ia lalu melirik ke arah sebuah figura yang terdapat di meja kerjanya.
"Rasanya aku sangat merindukan mereka. Semoga dengan ini kalian bisa akur. Tolong ya Allah perbaiki lah hubungan kedua saudara ini." gumam pria tersebut.
Tok Tok Tok
Pintu ruangannya pun diketuk oleh seseorang.
"Masuk!" sahut pria tersebut.
Seseorang lalu memasuki ruangan pria tersebut.
"Permisi pak. Ini ada berkas yang harus anda tanda tangani pak," ucapnya.
Ia lalu memberikan dokumen tersebut pada pria tersebut.
Pria tersebut lalu memeriksa dokumen tersebut dan menandatanganinya setelah selesai dibaca dan diperiksa.
Pria tersebut lalu memberikan berkas tersebut kembali.
"Tolong buatkan kopi susu untuk saya ya. Kamu bisa menyuruh office boy," ucap pria tersebut.
Pegawai tersebut pun mengangguk.
"Baik pak. Kalau begitu saya permisi," ucapnya.
Pria tersebut pun mengangguk. Pegawainya lalu ke luar dari ruangannya.
Pria tersebut mengusap wajahnya perlahan lalu menghela nafasnya.
...