Chereads / Unpredictable Thing / Chapter 13 - Part 13 - Murka

Chapter 13 - Part 13 - Murka

Rizan sudah tidak tahan lagi. Ia telah menunggu Clemira begitu lama di ruang OSIS tersebut namun Clemira tetap tidak datang menemui dirinya.

Rizan menggebrak meja.

"Sialan! Dia benar-benar gak datang! Gak ada takut-takutnya ya tuh anak sama gue! Padahal semalam gue sudah memperlakukan dia seperti itu! Shit!" umpat Rizan.

Rahang Rizan mengeras karena amarah yang menyelimuti dirinya.

"Awas lo! Gue gak akan pernah melepaskan lo!" monolog Rizan dengan penuh penekanan.

Rizan lalu beranjak dari posisinya dan meninggalkan ruangan tersebut.

.....

Alvan dapat bernafas lega setelah Adnan bersedia untuk menjemput Clemira.

"Alhamdulillah Adnan ternyata bisa jemput Clemira. Syukurlah. Aku tidak akan cemas jika Clemira pulang dengan Adnan," gumam Alvan.

Alvan lalu membalas pesan dari Clemira.

[Oke ya udah kalau gitu dek. Nanti abang gak akan jemput kamu tapi seperti kemarin ya.]

Send.

Setelah mengirimkan pesan tersebut, Alvan meletakkan ponselnya di atas meja dan melanjutkan kegiatannya.

.....

Seseorang menghalangi langkah Clemira dan Liora yang baru saja ke luar dari kelas. Orang tersebut berdiri tepat di depan mereka menghalangi jalan mereka.

"Lo? Ngapain sih lo di sini? Minggir! Gue sama teman gue mau lewat!" ucap Clemira dengan berani dan tatapan tajam.

Sedangkan Liora? Dirinya menggenggam lengan Clemira karena rasa takutnya.

"Aku takut Cle," bisik Liora.

"Lo gak perlu takut Li. Ngapain sih takut sama dia?" ucap Clemira dengan tenang.

"Lo udah berani ya sama gue? Berani banget lo tidak mengikuti perintah gue!" ucap Rizan dengan penuh penekanan.

Tring!

Ponsel Clemira tiba-tiba saja menerima pesan masuk.

Saat Clemira akan memeriksanya, Rizan dengan berani merampas ponsel Clemira.

"Lo!" kesal Clemira saat ponselnya dirampas oleh Rizan.

"Berani banget ya lo mainin handphone lo di saat gue sedang ada di hadapan lo dan saat gue sedang murka sama lo!" ucap Rizan dengan geram.

Rizan menatap tajam Clemira.

"Balikin!" teriak Clemira tanpa rasa takut.

Beruntungnya suasana di sana sedikit sepi karena ini jam istirahat sehingga murid-murid meninggalkan kelas mereka untuk beristirahat di kantin atau tempat lain.

"Gak akan! Gue gak akan pernah memberikan ponsel ini ke lo! Lo harus ikut gue sekarang juga!" ucap Rizan dengaan penuh penekanan lalu menarik tangan Clemira.

Pegangan tangan Liora pada lengan Clemira akhirnya terlepas karena Rizan yang menarik kuat Clemira.

"Gue gak mau ikut sama lo! Lepas!" ucap Clemira berontak.

...

Liora benar-benar merasa ketakutan saat ini.

"Kasihan banget Clemira. Ya Allah," lirih Liora cemas seraya memainkan jari tangannya.

"Aduh gimana ya? Gimana kalau kak Rizan menyakiti Clemira lagi di sana?" gumam Liora cemas.

Ia menggigit bibir bawahnya.

"Aku mau bantu tapi aku juga takut. Aku takut sekaligus trauma karena aku sering mengalami hal yang menyakitkan itu," lirih Liora.

Tes!

Tanpa terasa air mata Liora menetes begitu saja. Ia dengan cepat mengusapnya.

"Lebih baik aku beli makanan. Nanti kalau sudah masuk Clemira pasti akan dikembalikan. Saat itu aku bisa memberikan makanan itu ke Clemira. Huh," gumam Liora.

....

Sauqi, Ryan, Fano kini sedang berada di kantin.

"Teman lo gak ikut makan di kantin lagi?" tanya Fano.

"Gak tahu gue. Lagi di ruang OSIS dia. Gak tahu deh dia ngapain di sana," ucap Sauqi.

"Jangan-jangan urusan sama tuh anak baru lagi qi," ucap Ryan.

"Gak tahu gue yan. Tapi kayaknya iya sih," ucap Sauqi.

"Bantuin gak sih? Dia tuh lama-lama udah keterlaluan banget," ucap Ryan.

"Gak berani gue yan. Lo tahu sendiri dia itu gimana. Lo jangan cari masalah deh sama dia," ucap Fano.

"Bukannya mencari masalah Fano. Gue cuma gak mau aja dia terus-terusan melakukan hal itu," ucap Ryan.

"Lo benar sih yan. Tapi gue juga takut sih sama dia," ucap Sauqi.

"Kalian sedang membicarakan Rizan? Dia di mana? Apa yang dia lakukan?" tanya Rafka yang tiba-tiba berada di sana.

'Mati!'

'Mampus!'

Umpat mereka bertiga di dalam hati.

Sauqi, Ryan dan Fano saling memandang dengan cemas.

"Jawab gue! Di mana Rizan?!" tanya Rafka.

Mereka menelan saliva mereka dengan susah payah. Ryan lalu bangkit dari posisi duduknya.

"Di ruang OSIS bang. Gue temenin lo bang." ucap Ryan.

Sikap Ryan sukses membuat Fano dan Sauqi melotot.

"Yan?" ucap Sauqi tak percaya.

"Shit! Anak itu benar-benar tidak bisa diberitahu!" geram Rafka.

Rafka lalu beranjak dari sana dan Ryan pun menyusul.

"Gimana ini fan?" tanya Sauqi.

"Ya susul lah qi. Takutnya perang mereka ntar," ucap Fano.

"Ya udah ayo." ucap Sauqi.

Mereka lalu bergegas menyusul Rafka dan Ryan ke ruang OSIS.

....

Clemira dan Rizan kini sedang berada di dalam ruang OSIS. Kini posisi mereka adalah berdiri di tengah-tengah ruangan tersebut dan saling berhadapan serta saling menatap dengan tatapan tajam.

"Jadi laki-laki itu jangan pengecut!" seru Clemira.

Rizan berdecih lalu tersenyum miring.

"Lo yang pengecut bukan gue!" ucap Rizan.

"Lo!" geram Clemira seraya telunjuknya menunjuk wajah Rizan.

"Turunkan tangan lo!" ucap Rizan dengan penuh penekanan.

Clemira lalu menurunkan tangannya.

"Balikin handphone gue! Lo tuh kenapa sih senang banget mengganggu hidup gue?" tanya Clemira kesal.

"Bukannya lo yang senang hidupnya diganggu oleh gue?" ucap Rizan dengan senyum miring dan satu alis yang terangkat.

"Jangan asal bicara ya lo! Gue benar-benar merasa terganggu dengan kehadiran lo yang selalu mengusik hidup gue!" ucap Clemira.

"Kalau lo gak mau gue ganggu maka jangan mencari masalah sama gue!" ucap Rizan.

"Apa sih lo? Masalah yang kemarin? Masalah itu kan udah selesai. Lo juga udah buat pinggang gue sakit karena tertubruk siku meja sialan!" umpat Clemira.

"And that's not enough," ucap Rizan.

"Mau lo apa sih? Gue capek ya terus-terusan bermasalah sama lo! Berhenti usik hidup gue!" bentak Clemira.

"Gak akan pernah. Gue gak akan pernah berhenti sampai gue bosen melakukannya ke lo." ucap Rizan.

"Brengsek! Lo benar-benar brengsek!" umpat Clemira.

Rizan tersenyum miring. Tangannya perlahan lalu terulur ke kepala Clemira dan mengusapnya.

Ia menatap Clemira dari jarak yang lebih dekat dari sebelumnya dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.

Nafas Clemira pun memburu saat mereka berada di jarak yang sangat dekat.

'Apa yang akan dia lakukan? Aku harus berhati-hati.' ucap Clemira di dalam hatinya.

'Dia.. cantik.' ucap Rizan di dalam hatinya.

Plak!

Dengan berani Clemira menampar pipi Rizan membuat Rizan memegang pipinya dan menarik tangannya dari kepala Clemira. Tubuh Rizan juga sedikit menjauh dari Clemira akibat perbuatan Clemira.

"Shit! Beraninya lo menampar gue!" umpat Rizan.

Clemira tersenyum mengejek.

"Syukurin lo! Lo pikir gue takut sama lo?" tanya Clemira mengejek.

"Awas ya lo! Gue akan memberi perhitungan yang lebih ke lo!" geram Rizan.

Brak!

......