Clemira dan Alvan pun tiba di tempat makan tujuan mereka. Mereka berdua lalu turun dari mobil dan berdiri di depan mobil.
"Abang gak malu membawa Cle ke tempat ini? Pakaian Cle kayak gini lho bang," ucap Clemira menatap abangnya.
Alvan tersenyum menatap wajah adiknya yang begitu menggemaskan baginya. Alvan lalu memegang kedua pundak Clemira dengan tubuhnya yang sedikit membungkuk agar bisa sejajar dengan posisi Clemira.
"Enggak lah. Kenapa abang harus malu? Abang justru bangga banget bisa memiliki adik seperti kamu. Kamu pakai baju tidur begini aja udah cantik banget. Gimana lagi kalau kamu pakai pakaian yang bagus dan sedikit polesan make up? Duh bisa-bisa orang-orang terpesona sama kecantikan kamu," ucap Alvan lalu mengusap pipi Clemira dengan sangat lembut.
"Tapi hijab Cle gak berantakan kan bang?" tanya Clemira.
Alvan menggeleng dan tersenyum.
"Udah rapi kok. Cantik banget sih adiknya Alvan," ucap Alvan menggoda Clemira hingga membuat Clemira tersenyum malu.
"Hehehe abang nih bisa aja," ucap Clemira.
"Ya udah yuk kita masuk sekarang. Abang udah laper banget soalnya," ucap Alvan.
"Memangnya masih ada tempat untuk kita bang? Kelihatannya udah penuh deh bang," ucap Clemira.
"Udah ayo ikut aja. Abang udah booking kok tadi sama teman abang. Ini tempat makan milik dia jadi santai aja. Ayo," ucap Alvan lalu merangkul Clemira.
Clemira pun mengangguk. Mereka lalu melangkahkan kaki mereka memasuki cafe tersebut.
Sesampainya di dalam, Alvan langsung bertemu dengan temannya.
"Hai bro," sapa mereka bersamaan lalu berpelukan ala laki-laki.
Setelah itu mereka melerainya.
"Ramai ya bro cafe lo," ucap Alvan.
"Hahah lumayan lah van. Tenang pokoknya tempat lo udah gue sediakan kok," ucap teman Alvan.
"Hahah thanks bro," ucap Alvan.
"By the way lo sama siapa ke sini van? Cakep banget," tanya teman Alvan.
"Ah iya kenalin adik gue. Clemira. Cle, kenalin ini teman abang, Zayn." ucap Alvan memperkenalkan keduanya.
Clemira dan Zayn pun berjabat tangan.
"Clemira,"
"Zayn,"
Ucap mereka secara bersamaan.
"Kayaknya gue pernah dengar namanya deh van," ucap Zayn.
"Wkwk kalian kan juga udah pernah ketemu. Tapi udah agak lama sih. Beberapa tahun yang lalu," ucap Alvan.
"Eh iyaya. Kalau gak salah masih SD atau SMP gitu ya. Sekarang udah besar aja ya Cle," ucap Zayn.
Clemira tersenyum.
"Heheh iya bang. Long time no see bang Zayn," ucap Clemira.
"Hahah iya Cle. Ah iya ayo kita langsung ke sana aja yuk. Supaya kalian bisa langsung makan juga," ucap Zayn.
Clemira dan Alvan pun mengangguk. Mereka lalu pergi ke meja mereka dan mengambil posisi duduk di sana.
"Sebentar ya. Pelayan gue sedang mempersiapkan semuanya," ucap Zayn.
Alvan dan Clemira pun mengangguk.
"Santai bro. Gak apa-apa kok," ucap Alvan.
.....
Rizan mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya. Matanya menyipit kala dirinya melihat suatu objek yang tak asing.
"Itu kok kayak si anak baru ya?" gumam Rizan.
Rizan mempertajam penglihatannya untuk dapat melihat lebih jelas objek tersebut.
"Benar. Gak salah lagi. Itu memang beneran tuh anak baru," ucap Rizan.
....
Pelayan Zayn pun datang dan membawakan makanan beserta minuman untuk Alvan dan juga Clemira.
"Ayo langsung dimakan aja. Hope both of you like it ya," ucap Zayn tersenyum.
Alvan dan Clemira pun mengangguk.
"Wah kelihatannya enak banget sih ini bang. Aku cobain ya bang," ucap Clemira tersenyum dan penuh semangat untuk mencoba makanan tersebut.
Zayn pun tersenyum lalu mengangguk.
"Hahah iya Cle Makasih lho udah dipuji duluan padahal belum dicoba," ucap Zayn.
"Cle memang begitu kalau urusan makanan. Dari ngelihat doang aja dia tuh bisa kayak klepek-klepek gitu. Wkwk," ucap Alvan.
"Bang jangan mulai deh. Kebiasaan banget bongkar aib adiknya sendiri," ucap Clemira.
"Eh udah ayo buruan dicobain. Keburu dingin hmm," ucap Zayn.
Clemira dan Alvan pun mengangguk. Mereka lalu mencoba makanan tersebut.
Pada suapan pertama, Clemira langsung dibuat jatuh cinta oleh lezatnya makanan tersebut. Matanya berbinar-binar merasakan sensasi kelezatan makanan tersebut.
"Bang! Sumpah, ini tuh enak banget. Makanan terenak yang pernah Cle makan!" ucap Clemira heboh.
Alvan pun mengangguk.
"Benar Zayn. Sumpah enak banget sih ini. Tapi dek by the way kamu lebay banget," ucap Alvan.
"Abang ihhh. Ya gimana namanya juga enak banget," ucap Clemira.
Zayn tersenyum mendapat pujian dari Alvan dan juga Clemira.
"Hahah thank you so much by the way. Senang banget kalau kalian suka sama masakan di sini,"
ucap Zayn.
"Bakalan menjadi tempat favorit sih ini. Everything is incredible! Benar-benar keren deh bang. Pantes aja tempat makan abang selalu ramai. Enak banget sih taste dari masakannya. Udah gitu tempatnya juga bagus. Aesthetic," ucap Clemira.
Zayn kembali dibuat tersenyum karena ucapan Clemira.
"Bisa aja kamu. Hahah nanti sering-sering mampir ke sini ya Cle. Kalau gak pas bareng Alvan juga gak apa-apa kok. Abang bakalan open selalu kok wkwk," ucap Zayn.
.....
Rizan yang melihat hal tersebut mengernyitkan keningnya.
"Akrab banget ya kelihatannya mereka. Bahagia banget juga. Dari tadi terus bicara sambil senyum dan ketawa," gumam Rizan.
"Tapi siapa ya dua lelaki itu? Kenapa tuh cewek kelihatan dekat banget sama mereka? Kan gak mungkin juga kalau dua orang itu adalah kekasihnya dia. Masa iya ngedate sama dua cowok sekaligus. Gila aja," gumam Rizan.
Rizan tampak berpikir seraya terus melihat ke arah meja Clemira.
"Hmm mungkin pacarnya dia tuh salah satu di antara mereka. Terus yang satunya lagi kalau gak temannya si cowoknya dia ya temannya dia," gumam Rizan.
Rizan menabok mulutnya sendiri.
"Dasar bego! Ngomongin apaan sih gue? Ngapain juga gue sibuk banget mikirin tuh cewek? Dih gak penting banget. Bego emang," Rizan merutuki dirinya sendiri.
"Tapi tuh cewek kelihatan beda deh pas berhijab gitu," gumam Rizan lagi.
Rizan memperhatikan penampilan Clemira.
"But wait. Dia pakai baju tidur ke sini?" gumam Rizan.
"Njrit! Pede banget dia pakai baju tidur ke sini terus bareng dua cowok lagi. Ya Tuhan. Emang dasar cewek aneh," ucap Rizan tak habis pikir.
Rizan geleng-geleng kepala di sana.
.......
Liora memasuki kamarnya. Ia lalu menutup dan mengunci pintu kamarnya. Ia kemudian menyandarkan tubuhnya di pintu kamarnya dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipinya.
Tubuhnya perlahan-lahan merosot ke lantai.
Liora mengusap wajahnya dan sedikit menjambak rambutnya dengan isakan tangis.
"Hiks hiks. Sampai kapan aku akan terus menderita seperti ini?" lirih Liora.
Kondisinya saat ini benar-benar berantakan sekali. Entah apa yang baru saja terjadi padanya hingga dirinya menjadi seperti ini sekarang.
"Hiks hiks. Aku capek ya Allah. Aku capek. Hiks," lirih Liora yang terus saja terisak.
.......