Chereads / THE LOST WORLD [SUPERNATURAL] / Chapter 24 - 23. MENYELIDIKI

Chapter 24 - 23. MENYELIDIKI

Claire kali ini tidak jauh dari rumahnya mencari anak perempuan yang pernah di lihatnya tempo hari. Tebakannya anak itu tidak akan pergi hingga jauh walau Claire yakini kalau anak itu juga sudah tidak bisa di lihat oleh orang biasa. Yang Claire takuti anak itu sendirian berjalan mencari keluarganya.

Tidak lagi pergi ke dalam perkomplekan rumah Ryan. Claire sudah memantapkan niatnya untuk mencarinya di sekitaran halaman depan hingga gang kecil yang tak jauh dari rumahnya.

Claire sangat berharap sekali bisa bertemu dengan adik Ryan, hantu itu sudah sangat geregetan menunggu informasi darinya hingga sekarang. Claire kali ini tidak boleh gagal apalagi sampai tidak menemukan. Sedikit membuang tenaga juga memang, namun Claire sebisa mungkin menepis rasa lelah yang kini sedang di rasakan.

Seharusnya dia belajar untuk ujian harian besok, namun di karenakan misinya masih saja zonk, Claire mau tidak mau harus melakukan hal yang juga sudah di janjikannya. Rumit. Saat ini kehidupannya tidak enak, sangat berbeda dengan yang dulu. Coba saja kemampuannya itu bisa di berikan pada orang, Claire dengan cepat akan lakukan itu demi hidupnya yang damai.

"Harus kemana lagi." gumamnya sambil mengelap keringatnya di dahi.

Claire tidak mungkin langsung pulang tanpa mendapatkan info lagi. Sudah cukup kemarin-kemarin dia berjalan di jalanan seperti tidak tahu arah. Claire harus bisa menemukan Sonia dengan cara apapun. Tetapi kenapa di setiap tempat banyak sekali orang yang juga membawa anak kecil seumuran dengan Sonia?

Kedua mata Claire lelah terus saja melirik satu persatu anak yang berada dekat dengan orang dewasa. Mungkin kah Sonia tidak akan ada di sana? Tetapi naluri hati Claire mengatakan bahwa pasti dia akan bertemu dengan adik Ryan yang membawa boneka kesayangannya.

"Walau pun aku tahu ciri-ciri anak itu, tapi tetep aja ga bisa lihat jelas wajahnya." Claire sedikit mengeluh. Matanya kembali menelisik area di sekitaran sana. Sonia pasti ada dan sendirian seperti yang Claire lihat pada malam itu.

Namun kenapa belum ada tanda ada anak kecil membawa boneka usang itu di sekitarannya?

"Kemana lagi aku harus cari, Sonia?" tangannya mengusap anak rambutnya ke belakang. Jika di waktu mungkin kini Claire sudah dua puluh lima menitan berjalan tanpa tujuan. Cewek itu mengulum bibirnya melihat ke arah selatan.

"Tepat sekali. Anak itu berjongkok sambil membawa bonekanya di bawah pohon mangga." Claire bergumam pelan.

"Tapi kenapa anak itu selalu di dekat tukang nasi goreng, ya? Apa anak itu kelaparan?" dengan penasaran Claire melangkah mendekati anak kecil itu untuk sekedar bertanya.

Claire melirik orang-orang yang hanya pokus pada aktivitasnya, dia mulai berjongkok untuk melihat anak perempuan tadi yang sedang menundukkan kepalanya dalam.

"Apa kamu, Sonia?" tanya Claire pelan, sedangkan anak itu mulai mendongakkan kepalanya begitu pelan membuat Claire menunggu semakin penasaran.

"AAAAAAAAAAAAA…." Claire menjerit, terjengit hingga yang di sana kini mengalihkan atensi padanya.

"Dek, ada apa?" tukang nasi goreng yang berada di dekat Claire bertanya khawatir.

Claire mengatur napasnya dan menggeleng. "Engga, Pak. Maaf, sudah mengagetkan." tuturnya sambil menelan ludah cepat.

"Benar kamu tidak apa-apa?" tanya tukang nasi goreng kembali memastikan.

Claire mengangguk satu kali. "Iya, maaf sekali lagi."

Semua kembali pada aktivitasnya sedangkan Claire kembali melihat ke bawah. Benar-benar membuat jantungnya akan keluar. Pantas saja selama ini Claire tidak dapat melihat dengan jelas bagaimana sosok adik Ryan yang menghilang itu, Claire menelan ludah susah payah.

"Gimana bisa aku tanya sedangkan … wajahnya rata."

>>>>>>>>>>>>

"Jangan berisik kalau mau masuk rumahnya."

"Gue nunggu di sini aja, barangkali nanti ada orang yang mencurigakan gue langsung chat kalian."

Vero mengangguk satu kali, dia melirik temannya. "Gas, lo inget apa yang udah gue arahin, kan?"

Bagas mengapungkan ibu jarinya. "Siap itu gue selalu inget."

"Oke, lo berdua buruan masuk sekarang mumpung keadaan masih sepi." pungkas Doni yang mulai menyuruh dua temannya.

Bagas dan Vero mulai masuk lewat pintu belakang. Mereka sudah mulai nekad untuk masuk ke dalam rumah Lidia, sesuai dengan misinya yang akan mencari tahu rahasia pribadi yang sedang di tutup rapat oleh cewek itu. Mereka tidak ada pilihan lain selain langsung bertindak, menyelidiki kediaman Lidia.

Dengan sangat waspada Vero masuk tanpa pintu terkunci. Cewek itu entah lupa atau memang tidak mengecek lebih dahulu sudah di kunci atau belum. Tetapi itu juga adalah jalan yang bisa di manfaatkan oleh Vero dan Bagas agar leluasa untuk masuk ke dalam sana.

"Ver, yang di tengah itu keknya kamar si cewek uler. Gue ke sana lo ke ruangan lain, ya." ucap Bagas dengan suara pelan. Vero mengangguk setuju. Mereka berdua mulai berpencar di rumah Lidia yang lumayan luas.

Vero melihat lihat foto yang terpajang di dinding. "Kayaknya mereka orang tua, Lidia." gumamnya sambil memotret oleh kamera handponenya. "Bisa jadi ini juga penting."

Vero mulai berjalan kembali pada satu ruangan yang sedikit membuat hatinya resah. Entah kenapa di dalam ruangan itu akan terdapat sesuatu yang bisa mendapatkan informasi yang sedang dia cari.

Vero memutar knop pintu tersebut, namun tidak bisa di buka karena memang di kunci seolah ruangan tersebut begitu di amankan. Takut jika ada orang luar masuk ke sana dan menemukan sesuatu barang berharga. Vero semakin penasaran saja dengan ruangan pintu di hadapannya ini.

"Gue harus lakuin sesuatu."

Baru saja Vero akan melangkah handphone nya bergetar tanda pesan masuk. "Gawat. Gue harus samperin, Bagas, dulu." dia berlari menjauh dari ruangan itu tanpa berpikir untuk masuk ke sana lagi. Vero menarik lengan Bagas saat sudah bertemu.

"Eh, lo apaan sih?!" dengus Bagas yang terkejut dengan kehadiran Vero tiba-tiba.

"Cewek itu udah balik, kita harus buruan cabut." sahut Vero sambil menarik temannya walau Bagas memberontak. Mereka akhirnya berlari cepat keluar dari rumah itu tanpa membawa satu pun info yang di niatkan.

Lambaian tangan dari Doni membuat Vero dan Bagas segera melesat pada tempat persembunyian. Vero menarik napas lega saat Lidia yang sudah memakirkan mobilnya di depan halaman rumah itu tidak curiga dan mendapati dirinya di sana.

"Gimana, Ver? Lo berdua berhasil ga?" tanya Doni yang mulai penasaran.

Vero menggeleng. "Gue curiga sama satu ruangan, kayaknya itu ruangan kerjaan orang tua dia."

Doni meringis pelan. "Sayang banget padahal nyaris dapet."

"Kata siapa ga dapet?"

Vero dan Doni melirik Bagas yang menyunggingkan senyuman miringnya.

"Lo dapetin apa yang kita mau, Gas?" tanya Doni antusias.

Cowok itu masih saja tersenyum sambil menjentikan jari. "Kita omongin lagi di rumah gue. Ada satu set kunci yang gue dapet dari kamar cewek centil itu, dan dari masing-masingnya terdapat nama ruangan di sana."