Claire menyimpan semua buku yang sempat dia baca sebelum akhirnya guru pelajaran masuk ke dalam kelasnya. Hari ini tepatnya Claire mulai ujian harian berserta seluruh murid di sana. Semua teman-teman Claire pun sudah berada di dalam dan bersiap untuk mengerjakan soal di dalam kertas yang sedang di bagikan oleh guru tersebut.
"Pak, sekolah lain ujian minggu depan, kenapa kita lebih dulu?" siswa berkomentar sambil mengacungkan tangan.
"Iya, Pak. Temen saya di sekolahan sebrang juga bilang gitu."
Rama, nama guru tersebut menarik napas panjang. "Kalian ini murid, saya guru yang hanya di utus untuk melakukan perintah dari pusat. Kenapa protes? Mau di tambahin double soal?"
Dua murid itu bungkam, mengatupkan rapat bibirnya tanpa berceloteh lagi. Claire menggeleng pelan merasa heran. Mereka ujian harian saja masih berkomentar, apalagi ujian yang lainnya? Setiap dari sekolahan yang Claire tempati selalu saja ada murid yang seperti itu. Sepertinya tidak ada sekolahan yang mendapati murid bersikap santai jika mendengar ujian.
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA…"
Claire menoleh cepat ketika terkejut mendengar suara jeritan dari samping mejanya.
"KELUAR!!!!"
Claire masih tetap duduk di bangkunya sedangkan yang lain sudah berdiri bahkan ada yang berlari keluar ruangan.
"Kamu kenapa, Gina?" tanya Pak Rama mendekati siswi yang teriak.
"HIHIHI … Kalian semua bodoh!"
Claire melihat tingkah teman satu kelasnya. Gina sepertinya kerasukan. Namun Claire kembali memalingkan pandangannya ke arah bangku paling pojok yang di huni oleh laki-laki.
"HAHAHAHA … BODOH!"
"Kalian kenapa?" Pak Rama mulai bingung dan risau. "Kalian tolong panggil kepala sekolah untuk ke sini!" ucapnya pada siswa dan siswi yang hanya melihat aneh dua temannya itu.
Claire mulai berdiri melihat Gina. Mereka berdua saling menatap tanpa ada ucapan yang keluar.
"Claire, kamu kenapa diam? Cari pertolongan sekarang!"
"Mereka kerasukan."
"HAHAHAHA …"
Claire kembali melirik pada bangku di depannya. Suara Sheila berubah jadi berat. Apa kah cewek itu juga ikut kerasukan seperti dua orang tadi?
"INI RUMAH AKU, HIHIHIHI."
Claire menelan ludah. Tiga teman satu kelasnya di rasuki oleh penghuni sekolah. Terlihat yang masuk dalam tubuh Gina adalah sosok Ibu yang Claire lihat di ruangan lab. kemarin. Mereka mengusik dan membuat gaduh dengan keadaan menjadi genting.
"Ada apa, Pak Rama?" kepala sekolah datang dengan pertanyaan.
"Pak, mereka kerasukan. Saya tidak tahu harus melakukan apa pada mereka." sahutnya dengan nada cemas.
Claire memegang bahu Gina. "Tolong keluar dari tubuh teman saya."
"HIHIHI … TIDAK."
Claire berkedip. Sepertinya memang harus ada cara lain agar hantu itu dengan cepat pergi dari tubuh Gina.
"Guru yang mengerti agama sudah pulang sejak tadi. Beliau ada kepentingan yang mendadak. Mungkin kah kita bubarkan sekolah juga?" kepala sekolah berseru kembali.
Claire tidak bisa tinggal diam. Apa saat ini dia membutuhkan bantuan Ryan? Lagi pula tadi malam dia sudah menyelesaikan tugas dari misi hantu lelaki itu.
Atau mungkin … itu adalah rencana Ryan?
Kelasnya mulai berat oleh hawa negatif, Claire tidak bisa menahannya jika terus berlama-lama di sana. Otaknya harus berpikir lebih supaya mereka bisa kembali seperti semula.
"GINA, SHEILA DAN GALANG SUDAH MERUSAK BENDA DI RUMAH KITA!"
>>>>>>>>>>>
Vero mengernyit heran, begitu pun dengan dua temannya, Bagas dan Doni. Mereka bertiga melihat murid IPA 1 berlarian seperti di kejar sesuatu hingga terbirit-birit seperti itu.
"Lah, mereka lari kenapa, ya? Kayak di kejar zombie aja." ujar Bagas sambil masih melihat murid yang menjauh dari tempatnya.
"Ver, bukannya itu dari kelasnya si … Claire?" Doni melirik Vero yang menatap lurus ke depan.
"Lah, ayok samperin malah diem di sini doang!" Bagas memeringati, menarik Vero dan Doni untuk segera pergi dari sana melihat penyebab apa sampai murid tadi berlarian.
Tiga cowok itu berdiri di depan rauangan kelas Claire yang sudah tidak beraturan. Semua bangku serta meja dan papan tulis hancur dengan enam orang yang mengamuk di sana.
"Claire, awas!!!" Vero berlari menepis kayu yang nyaris melukai bahu cewek itu.
Claire menarik napas jengah. "Ini semua ga bisa di biarin. Ryan! Keluar kamu!"
Bagas dan Doni bergidik ngeri masih di tempatnya. "Don, dia manggil setan di sini atau temennya?"
Doni melirik sinis. "Mana gue tahu. Claire, aneh emang tapi kita juga ga seharusnya mikir negatif begitu. Mungkin dia berusaha buat redain ini semua."
Bagas mengangguk pelan. Vero di dekat Claire pun membantu untuk menenangkan semua itu, namun tetap saja justru semakin brutal membuat Claire pening dan kebingungan.
"Claire, kenapa bisa jadi begini?" tanya Vero mulai prustasi.
Cewek itu menghela napas halus. "Mereka rusakin benda di … lab. Mereka yang merasa itu rumahnya jadi marah dan begini akhirnya." terang Claire sedikit membuat Vero bingung tidak mengerti apa yang di maksudkannya.
Entah benda apa yang di maksud oleh hantu yang merasuki Galang. Bahkan Sheila pun masuk dalam masalah dua teman kelasnya. Claire harus melakukan apa sekarang? Kelasnya begitu rusuh tidak bisa di redakan hanya dengan peringatan. Pak Rama serta Kepala sekolah pun ikut di rasuki oleh makhluk-makhluk di ruangan lab.
Claire mengalihkan ke sudut ruangan. Dia mendapati Ryan yang sedang tersenyum miring ke arahnya saat ini. Apa tanda senyuman itu untuknya? Kenapa Ryan membuat Claire curiga akan sesuatu?
"Eh, stop!!!" Vero menahan bahu Sheila yang akan membanting bangku, cowok itu di dorong kasar hingga membentur meja yang sudah terbaring.
"VERO!" Bagas dan Doni berlari membantu temannya. Mereka benar-benar seperti orang gila yang sedang mengamuk tidak jelas.
Claire tidak habis pikir. Hal itu kenapa bisa terjadi di luar dugaannya? Padahal baru saja akan di adakan ulangan harian, namun mendadak teman-temannya kerasukan. Seperti yang di sengajakan sekali agar ujian itu gagal hari ini. Akan tetapi juga mereka yang tak terlihat patut di salahkan karena sudah mengganggu.
"Claire, kita harus lakuin apa? Lo ga mungkin diem aja, kan? Vero, luka karena ulah temen lo itu!" Bagas menyalahkan seolah semua yang mengendalikan itu adalah Claire.
"Ver, lo harus ke uks." sahut Doni sambil menahan lengan Vero.
Cowok itu menggeleng. "Gue ga pa-pa. Gimana pun juga kita harus bantu, Claire."
Bagas mendecak sebal. "Tapi ini urusannya sama hal ghaib, mereka semua kerasukan yang bahkan kita aja ga tahu harus lakuin apa, kan?!" erangnya membuat Claire sedikit tersindir.
Apa mereka pikir jika hal ghaib harus selalu berurusannya dengan Claire? Kenapa bisa hingga sejauh itu? Claire bahkan hanya bisa melihat tanpa tahu menahu mengenai makhluk tak kasat. Tidak heran jika mereka menganggapnya aneh, walau Vero menyanggah hal itu tetap saja temannya seperti yang lain.
Claire menatap Ryan yang masih di tempatnya tanpa bergeser sedikit pun. Cewek itu menautkan alis ketika mendengar penuturan dari mulut Ryan yang terlontar jelas.
'Claire, kepsek lo yang udah bunuh gue.'